Share

Tak Ada Cinta?

*****HAPPY_READING*****

Hari demi hari sudah dilewati oleh pasangan pengantin baru ini. Tapi, semuanya tak seperti yang diharapkan oleh Devan. Dia mengharapkan Clara menjadi istrinya, tapi malah Chika yang kini menjadi istrinya. Devan begitu terpukul atas keputusan Oma-nya. Begitu pun Chika, dia tak tau harus berbuat apa setelah dia menjadi istri Boss-nya sendiri. Setelah 3 hari menginap di hotel, Devan dan Chika langsung pulang ke rumah Oma.

"Ehm, gimana kalian? Pasti bahagia 'kan?" tanya Oma langsung menyambut kedatangan pengantin baru ini.

"Iya, Oma," jawab Chika tersenyum.

Devan langsung pergi ke dalam kamar untuk menenangkan hatinya.

"Chika, gimana? Pasti Devan gak suka yaa sama kamu?" tanya Oma.

"Gapapa, Oma. Pak Devan baik kok," ucap Chika.

"Syukurlah, kalau Devan baik. Ya udah, kamu istirahat dulu, Oma lagi masak buat kalian," ucap Oma.

"Baik, Oma."

Chika masuk ke dalam kamar tamu. Dia tak berani masuk ke kamarnya Devan.

"Aku harus bohong sama Oma, aku gak mau Oma sedih. Bagaimana pun, Oma adalah keluarga yang aku punya sekarang. Walaupun Pak Devan masih bersikap dingin sama aku, perlahan aku harus bisa mencintai dia dan membuatnya jatuh cinta sama aku. Aku akan melakukan kewajibanku sebagai istri, aku gak mau Tuhan marah dan melihat aku gak berbakti sama suamiku sendiri. Aku harus bisa, walau ini berat buat aku. Andaikan Mami sama Papi ada, pasti mereka akan bahagia karena Putrinya kini sudah menjadi seorang istri," ucap Chika dalam hati.

Beberapa menit kemudian, Oma memanggil Chika.

"Iya, Oma, aku segera kesana," kata Chika.

Chika langsung merapikan pakaiannya dan dia berjalan ke ruang makan. Disana, terlihat sudah ada Devan yang sedang duduk dengan keadaan sedih. Ya! Chika tau kalau Devan tidak bahagia atas pernikahan itu.

"Pak, biar aku ambilin yaa?" kata Chika memulai perhatian kecilnya.

"Gak usah, saya bisa sendiri," tukas Devan langsung mengambil piring.

Di tengah-tengah suasana hening, Oma memulai obrolannya.

"Chika, Oma minta mulai sekarang kamu jangan panggil Pak Devan, panggil Mas Devan atau sayang," ucap Oma tersenyum.

"Tapi, Oma. Aku gak mencintai dia!" tegas Devan.

"Oma harap kamu gak akan menolak permintaan Oma, Chika yang terbaik buat kamu. Buktinya, pacar yang kamu banggakan malah gak datang di acara pernikahan kalian. Oma sangat kecewa! Tapi, Oma punya pilihan terbaik buat kamu, yaitu Chika. Oma harap perlahan-lahan kamu akan mencintai Chika," kata Oma tersenyum ke arah Chika.

Devan terdiam, dia tak mau berdebat lagi masalah hal yang sama dengan Oma-nya.

"Chika, kamu panggil Mas Devan yaa? Atau apalah panggilan sayang menurut kamu," ucap Oma.

"Iya, Oma."

"Oh yaa, Oma sudah menyiapkan rumah mewah untuk kalian tinggali. Lokasinya juga gak terlalu jauh dari sini," ucap Oma membuat Devan kaget.

"Kapan Oma membeli rumahnya?" tanya Devan.

"Sudah dua tahun yang lalu sih, tanpa sepengetahuan kamu. Itu hadiah dari Oma untuk Devan kalau sudah menikah. Dan, sekarang kalian sudah menikah, harus tinggal disana berdua," ucap Oma.

"Tapi, Oma gimana?" tanya Chika.

"Gapapa, Oma 'kan sama Bibik yang ngurusi Oma. Oma mau, kalian belajar mandiri disana. Oma sudah siapkan pembantu untuk kalian, karena Oma gak mau Chika capek," kata Oma.

Devan sedih, karena dia tak bersama Clara. Di dalam hatinya, hanya ada Clara, bukan Chika. Tapi, Devan harus meerima semua kenyataan pahit itu.

"Harusnya saya bahagia karena dihadiahkan rumah oleh Oma. Tapi, harusnya saya bahagia dengan Clara, bukan wanita yang tidak pernah saya cintai!" ucap Devan dalam hati.

"O ya, Chika. Kamu bisa ambil barang kamu di kontrakkan, kamu bisa bersama supir pribadi kamu, namanya Mang Ujang," kata Oma.

"Oma, aku bisa ambil sendiri naik taxy. Lagian, gak usah ada supir pribadi segala, Oma," kata Chika.

"Syukurlah kalau sadar diri!" sindir Devan.

"Devan! Jaga mulut kamu! Chika istri kamu, kamu gak boleh berkata seperti itu, Oma yakin nanti kamu akan menyadari semuanya, kalau Clara bukan yang terbaik buat kamu. Dan, satu lagi kalian bisa pindah hari ini. Semuanya sudah dibereskan oleh pembantu yang disana," ucap Oma.

Chika pamit untuk pergi ke kontrakkannya. Dia ditemani oleh Mang Ujang untuk mengambil barang-barang berharganya.

"Aku sadar kalau Pak Devan tak akan pernah membuka hatinya untukku, tapi aku harus tetap menjadi istri yang terbaik di matanya," kata Chika dalam hati.

"Non, ini kemana?" tanya Mang Ujang.

"Lurus, nanti ada pertigaan belok kanan yaa, Mang."

Mereka pun telah sampai di depan kontrakkan. Chika segera turun, lalu mengemasi semua barangnya. Barangnya sedikit, jadi tidak membutuhkan waktu lama untuk membereskannya.

"Sini, biar Mang Ujang yang angkat," kata Mang Ujang.

Bu Inem, pemilik kontrakkan menghampiri Chika.

"Chika, katanya kamu sudah nikah yaa? Selamat yaa? Ibu turut berbahagia," kata Bu Inem.

"Iya, makasih yaa Bu? Oh yaa maaf aku gak ngabarin Ibu. Dan, sekarang aku mau bersama suami aku, Bu. Chika minta maaf kalau selama ini banyak berbuat salah disini," kata Chika memeluk Bu Inem yang sudah sangat baik sekali kepadanya.

"Kamu anak yang baik, Chika. Ibu sangat kehilangan kamu pastinya, tapi Ibu mendo'akan agar kamu bahagia dengan suami kamu yaa? Dan, jangan lupain Ibu disini, kamu bisa main kesini kapan pun kamu mau," kata Bu Inem.

Setelah berpamitan, Chika langsung nain ke mobil dan pulang ke rumah Oma-nya lagi.

******

Clara sudah tiba di Indonesia, dia sudah tiba juga di rumahnya. Mama dan Papa menyambutnya dengan pelukan hangat.

"Saaaayaaang, Mama rindu sekali," kata wanita yang bernama Dewi, Mama-nya Clara.

"Papa juga rindu," ucap Pak Adi.

"Aku juga rindu sama kaliaaan," ucap Clara.

"Oh yaa? Kok kamu tumben gak dijemput sama Devan?" tanya Dewi.

"E...e...mmm enggak, Ma, Pa. Devan lagi sibuk, mungkin nanti siang aku ke kantornya untuk ketemu sama Devan," jawab Clara.

Sejak Clara membatalkan acara pernikahannya dengan Devan, dia tak pernah mendapat kabar lagi tentangnya. Clara sengaja mematikan HP-nya sejak hari itu, dia akan mendatangi Restaurant Devan dan memberikan dia kejutan.

"Ma, Pa, Clara ke kamar dulu yaa, capek," kata Clara.

"Iya," ucap Adi dan Dewi serentak.

Clara langsung ke kamar, dia tertidur lelap karena perjalanannya yang sangat melelahkan.

*

Chika dan Devan sudah di rumah baru yang dihadiahkan oleh Oma-nya. 

"Kalian seneng kan?" tanya Oma.

"Iya, Oma," ucap Chika.

"Devan, kok kamu diem aja? Kamu gak seneng dihadiahi ini sama Oma?" tanya Oma.

"Enggak, Oma. Pasti Pak...eh Mas Devan pasti bahagia banget. Iya 'kan, Mas?" tanya Chika menatap Devan.

Devan mengangguk pelan untuk membuat Oma bahagia.

"Iya sudah, Oma pergi dulu yaa? Semoga kalian bisa memulai hidup baru dan cinta yang baru di rumah ini," kata Oma lalu pergi.

Chika mencium tangan Oma.

"Apa-apaan sih kamu so baik sama saya," kata Devan menatap sinis.

"Maaf, tapi aku tidak mau melihat Oma sedih."

"Kamu fikir saya cinta sama kamu? Enggak!" tegas Devan.

"Mau Mas Devan cinta atau enggak sama aku, aku gak ada hak untuk melarangnya. Aku cuman ingin menjadi Istri yang baik dan nurut sama kamu, Mas. Aku tau pernikahan ini terpaksa, tapi aku gak mau mempermainkan pernikahan ini," kata Chika mulai berani membuka suaranya kepada Devan.

"Terserah kamu! Sampai kapan pun, saya tak akan pernah mencintai kamu! Dan, di hati ini cuman ada Clara, bukan kamu!" bentak Devan.

Deg! Hati Chika sakit mendengar amarah Devan. Chika sadar kalau dia bukan wanita yang diharapkan oleh pria yang kini menjadi suaminya. Walau bagaimana pun, Chika sudah berjanji tak akan pernah mempermainkan pernikahan ini. Dia harus berbakti sama Devan, suaminya.

Chika melihat-lihat rumah itu dengan perasaan senang, walau hatinya sedikit sedih atas perlakuan Devan.

Dia naik ke lantai dua. Disana sudah ada kamar untuknya dan Devan. Chika membuka pintu kamarnya.

"Waaah, Oma pasti sengaja nih buat kamar bertema kan pink, kan Oma tau aku suka sekali dengan warna pink. Hmmm, Oma Tri sungguh baik," ucap Chika.

Chika membaringkan tubuhnya di atas kasur yang empuk itu. Kini, dia harus bisa membuat Devan jatuh cinta kepadanya. Dia tak ingin Oma sedih dan nangis karena pernikahan ini.

Devan masih ada di lantai satu, dia menggenggam HP-nya dan melihat semua fotonya bersama Clara.

"Yang aku inginkan kamu, Clara. Kenapa kamu begitu tega membatalkan pernikahan kita? I love you, Clar," kata Devan dengan mata berkaca-kaca.

Devan segera pergi lagi, dia tak pamit kepada Chika, istrinya. Karena, baginya tak penting melakukan itu dengan orang yang tidak ia cintai dan sayangi.

Tok...Tok...Tok...

Pintu kamar diketuk.

Chika membuka pintunya, "Eh, Ibu siapa?" tanyanya.

"Maaf, Bu, saya Bik Jumi, asisten disini," kata perempuan paruh baya itu.

"Oh, iya, Bik. Saya baru tau, hehe," kata Chika.

"Oh yaa, saya udah siapin makan siang untuk Ibu," kata Bik Jumi.

"Oh, iya makasih Bik. Nanti aku kesana," kata Chika.

"Baik, bu."

"Bik, panggil saya Chika aja, jangan Ibu," pinta Chika.

"Tapi, gak sopan, Bu. Ya udah saya panggil Non Chika aja yaa?" ucap Bik Jumi.

"Boleh, aku gak mau dipanggil Ibu, karena aku masih muda, Bik," kata Chika terkekeh.

Bik Jumi turun lagi untuk membereskan barang-barang milik Devan.

"Hidupku kini telah kembali seperti dulu, hanya saja keadaannya yang berbeda. Dulu aku bahagia bersama Mami dan Papi, tapi kini entah aku harus bahagia atau sedih hidup bersama suamiku?" ucap Chika teringat kedua orang tuanya.

Tak ingin larut dalam kesedihan, Chika memilih untuk turun ke bawah dan makan siang sendiri.

***

Devan sudah tiba di Resto. Dia segera masuk ke dalam Resto.

Anita dan Hito melihat wajah Devan yang sangat kusut, tak seceria seperti biasanya.

"Nit, kenapa yaa Pak Devan? Harusnya dia bahagia, kan udah nikah," kata Hito.

"Kalau gue tebak, Pak Devan gak bahagia atas pernikahan itu. Kan dia terpaksa menikah dengan Chika, karena Clara gak dateng," ucap Anita.

"Wah, kalau gitu, Chika gak bahagia juga dong? Gue gak akan biarin Chika sedih," kata Hito.

"Cieee, lo sayang 'kan sama Chika? Hmmm, tapi sayangnya lo keduluan sama Pak Devan," ejek Anita.

"Nah, gue ketinggalan deh. Padahal, baru aja gue mau ajak Chika pacaran pas hari itu, gue mau ungkapin perasaan gue," kata Hito.

"Lah, lo cuman ngajak pacaran. Liat dong, Pak Devan langsung nikahin Chika," tawa Anita.

Hito memberikan kode kepada Anita, dia memasang jari telunjuk di hidungnya.

"Apa sih?" tanya Anita.

Hito melirik-lirik ke arah pintu. Anita melihat dan langsung kaget.

"Hah?" ucap Anita.

"Hey, kalian! Kerja yang bener, malah ngerumpi!" bentak Clara kepada Anita dan Hito.

Anita dan Hito langsung pergi melayani para pelanggannya.

"Buat apa dia kesini lagi?" tanya Anita.

"Wah, apa jangan-jangan mereka masih berhubungan di belakang Chika? Kasihan Chika," kata Hito.

Clara membuka pintu ruangan Devan.

"Surrrrrprisssseeeee!!!" ucap Clara melentangkan kedua tangannya.

Devan yang sedang melamun, sangat kaget karena Clara hadir di depannya.

"I miss you, Honey," kata Clara mencium pipinya.

"Ka...kamu? Kapan sampe disini?"

"Jangan kaget gitu dong, sayang. Oh yaa, aku beliin ini, biar kamu makin tampan seperti Oppa-Oppa Korea disana," kata Clara.

"A...apa kamu gak marah, Clara?"

"Ihhh, kok kamu nanyanya gitu. Oh yaa, maafin aku yaa karena aku mendadak harus pemotretan di Korea. Tapi, aku juga belum siap nikah muda. Kamu mau 'kan nunggu aku?" tanya Clara dengan senyumnya yang menggoda.

"Aku kecewa sama kamu, harusnya aku sudah nikah dengan kamu, Clara!" ucap Devan dengan nada tinggi.

"Tapi, aku akan siap nikah sama kamu, tapi bukan sekarang. Kamu mau 'kan nungguin aku? Aku ingin tetap berkarir di dalam dunia modelling," kata Clara merajuk.

"Terserah kamu, Clara. Aku gak akan ngelarang kamu. Asal kamu tau, aku sudah menikah sekarang!" tegas Devan.

"Kamu menikah?!!! Dengan siapa?!!! Apa kamu mencintai perempuan lain selain aku?!!" tanya Clara lalu berdiri menjauh dari Devan.

"Oma meminta pernikahan itu tidak dibatalkan, dan akhirnya aku menikah dengan perempuan lain, bukan kamu! Padahal, aku berharap pada hari itu adalah hari bahagia kita, tapi semuanya menjadi kacau," kata Devan menunduk.

"Kamu bilang? Siapa perempuan itu? Dari kalangan mana?" tanya Clara meraih dagu Devan.

"Aku tidak mencintainya! Tapi, Oma memaksaku untuk menikahi dia."

"Okey, kamu tidak mencintainya 'kan? Kamu hanya mencintai aku kan sayang? Aku masih mau kok menjadi pacar kamu," kata Clara.

"Apa kamu gak salah? Kamu masih mau menjadi pacarku?" tanya Devan tak percaya.

"

I will always be by your side and can make you happy, Devan. But, aku mencintai kamu, dan kamu juga mencintai aku," ucap Chika.

"Apa kamu gak marah karena aku sudah berkhianat menikahi perempuan lain?" tanya Devan.

"No! Aku bisa membuat kamu bahagia. Aku yakin, kebahagiaan kamu, cuman sama aku 'kan sayang?" tanya Clara.

Clara tak ingin kehilangan Devan yang selalu menuruti maunya. Ya iyalah, gimana mau dia kehilangan ATM berjalannya? Clara sudah menyusun rencana baru agar Devan tetap menjadi kekasihnya, walaupun dia sudah punya istri.

****

Ting! Sebuah pesan singkat masuk ke dalam HP-nya Chika. Chika membukanya dan matanya terbelalak kaget mendapatkan sebuah pesan dari Anita, sahabatnya.

"Aa...aapa? Clara masih berani temuin Mas Devan?!" teriaknya.

Chika berusaha menenangkan hatinya. Dia tak ingin emosi.

"Aku harus gimana? Aku gak bisa berbuat apa-apa, tapi aku gak mau suamiku tergoda lagi oleh Clara. Walaupun aku yakin, Mas Devan pasti masih mencintai Clara. Tapi, aku harus bisa membuat Mas Devan jauh dari Clara," kata Chika dalam hati.

Chika tak ingin berbuat gegabah, dia tak ingin memarahi Clara yang sudah berusaha menggoda Devan lagi.

***

Devan sudah sampai di rumahnya. Terlihat olehnya, Chika sedang menyiapkan makan malam.

"Mas, kamu makan dulu yaa?" kata Chika dengan sopan sekali.

"Saya masih kenyang!" tegas Devan lalu dia pergi ke kamar mandi.

Chika tak ingin memaksa Devan, lalu dia makan sendiri di ruang makan itu. 

"Apa Mas Devan kembali berhubungan dengan Clara? Hmmm, aku harus bisa jauhin Mas Devan dari dia," kata Chika dalam hati.

Selesai makan malam, Chika masuk ke kamar Devan. Dia melihat Devan senyum-senyum menggenggam HP-nya.

"Mas," kata Chika.

Devan menengok, tapi dia memainkan HP-nya lagi.

"Mas, ada apa sih, kok kamu senyum-senyum gitu?"

"Bukan urusan kamu! Udahlah, kamu jangan harap bisa mendekati saya, karena saya tidak pernah mencintai kamu sedikit pun!" tegas Devan.

"Tapi, Mas, sekarang aku istri kamu," kata Chika.

"Terus? Saya harus bersikap spesial sama kamu? Kamu tau? Pernikahan ini bukan yang saya inginkan!" tegas Devan lalu keluar dari kamar. Devan memilih tidur di kamar lantai satu.

Chika meneteskan air matanya mendapatkan perlakuan seperti itu, tapi dia juga berusaha tegar dan tak ingin terlihat lemah di depan suaminya.

"Mas, aku gak akan berhenti sampai kamu bisa mencintai aku," ucap Chika dalam hati.

_______

Keesokan harinya, Chika memasak sarapan pagi. Dia sengaja tak menyuruh Bi Jumi masak, karena dia ingin memberi perhatian lebih kepada suaminya.

"Hmmm, semuanya sudah beres. Aku harap, dengan masakan aku ini, kamu perlahan-lahan bisa membuka hati kamu, Mas," ucap Chika tersenyum melihat makanannya sudah disiapkan di meja makan.

"Waah, Non Chika pinter banget masaknya. Pasti Pak Devan akan suka banget," puji Bik Jumi.

Devan keluar dari kamar dengan pakaian yang sudah rapi. Chika menyambutnya.

"Mas, aku udah siapin ini lho buat kamu," kata Chika tersenyum.

Devan melihat ke arah meja makan.

"Maaf, saya tak akan pernah mau makan ini! Saya sarapan di Resto!" kata Devan lalu pergi.

Bik Jumi yang melihat kelakuan majikannya itu merasa kasihan dengan Chika. 

"Non Chika yang sabar," kata Bik Jumi.

"Iya, Bik," Chika langsung lari ke kamarnya. 

***

Devan menjemput Clara untuk mengajaknya jalan-jalan hari ini. Clara sudah siap dengan penampilan modisnya. Clara memang tak pernah terlihat tak cantik di depan Devan.

"Sayang, ini dress yang aku beliin waktu itu 'kan?" tanya Devan ketika keluar dari mobilnya.

"Iya dong. Gimana? Aku pantes 'kan pake dress yang sangat mahal ini?" tanya Clara.

"So, beautiful! Ayo, kita jalan-jalan sayang," ajak Devan lalu membukakan pintu untuknya.

Mereka segera meluncur ke tempat-tempat yang biasa dikunjungi.

Seakan tak ingat kalau dia sudah beristri, Devan terpesona oleh kecantikan Clara. Devan hanya tau, kalau pernikahannya itu adalah sebuah kesalahan besar dalam hidupnya.

"Harusnya dulu aku menolak permintaan Oma," ucap Devan dalam hati.

"Hmmm, pasti sangat beda jauh sekali 'kan sama istrimu di rumah?" tanya Clara.

"Iya, sayang. Kamu selalu terlihat sempurna di depan mataku, beda dengan istriku yang tak pernah aku cintai," kata Devan.

Clara tersenyum bahagia, "Gapapalah yaa, Devan nikah sama wanita lain, yang penting cintanya gak akan pernah luntur buat gue! Dan, gue bisa membeli apapun dari uangnya," batinnya.

Mereka sudah sampai di depan Mall termewah di Ibukota.

"Aku gak sabar untuk liat barang-barang limited edition," kata Clara.

"Pilihlah semau kamu, sayang," ucap Devan merangkul pinggangnya.

****

Oma Tri datang untuk menemui Chika.

"Hay, cucuku sayang," sapa Oma ketika melihat Chika yang sedang duduk di sofa ruang TV.

"Eh, Oma, kok gak ngabarin aku dulu?" tanya Chika.

"Oma sengaja dateng kesini, kangen sama cucu Oma yang paling Oma sayang," kata Oma.

"Tapi, Mas Devan udah berangkat, Oma," kata Chika.

"Emangnya cucu Oma cuman Devan aja? Sekarang, kamu juga cucu Oma, cucu kesayangan Oma," kata Oma memeluk Chika.

Oma sudah tau kalau Clara mendatangi Devan lagi. Untuk itu, Oma menemui Chika langsung.

"Hmmm, pasti kamu lagi mikirin Devan yaa?"

"Iya, Oma. Aku takut kalau Mas Devan gak akan pernah mencintai aku," kata Chika lesu.

"Percaya sama Oma, kamu wanita baik, penurut dan cantik tanpa polesan make-up, Devan pasti akan membuka hatinya. Oma tau, kemarin Clara datang ke Resto 'kan? Kamu jangan sedih, nanti Oma akan tegur Devan," kata Oma.

"Tapi, jangan Oma. Biar Chika aja yang tegur Mas Devan. Chika gak mau Mas Devan marahin Oma, biar Chika yang dimarahin aja. Sekarang, Oma jangan terlalu memikirkan rumah tangga aku sama Mas Devan yaa? Aku gak mau Oma kenapa-napa, aku sayang sama Oma. Aku pasti bisa membuat Mas Devan jatuh cinta sama aku," kata Chika meyakinkan Oma.

Chika tak ingin Oma terlalu mencampuri urusannya. Dia tak ingin Oma terlalu keras sama Devan, untuk itu Chika meyakinkan Oma kalau rumah tangganya pasti akan baik-baik saja. Chika akan mengahadapi masalahnya sendiri, dia tak mau Oma terlibat oleh semuanya.

"Oma minta, kamu harus ke Resto dan ikut mengelola Resto milik Oma," pinta Oma.

"Tapi, Oma..."

"Kenapa? Kamu gak mau? Oma harap kamu mau menuruti permintaan Oma," kata Oma.

"Hmmm, baiklah Oma. Aku juga akan membantu Resto milik Oma," kata Oma.

Sebelumnya, Oma sudah memberitahu kepada karyawan lain kalau Chika akan ikut mengurus Resto Seafood miliknya. Semua karyawan setuju, karena mereka pernah kerja bareng sama Chika dan tau kalau Chika sangat baik hatinya.

"Oma harap, kamu tetep sabar menghadapi Devan yang keras kepala. Walau ada Clara, kamu harus tetap mempertahankan semuanya, demi Oma!" ucap Oma memegang tangan Chika.

Chika mengangguk dan berjanji akan selalu setia mendampingi Devan. Walaupun dia tau, cintanya Devan masih buat Clara.

Chika mengajak Oma untuk sarapan bareng.

****

Pada siang hari, Devan pergi ke Resto. Dia sudah mengantarkan Clara pulang.

"Pak Devan, gimana kabar Chika?" tanya Anita menghampiri Devan.

"Saya tidak tau!" ketus Devan.

Devan meninggalkan Anita yang masih berdiri disitu.

"Pasti Pak Devan gak peduli sama Chika. Ya ampun, kasihan banget nasib kamu Chika. Tapi, aku akan mendo'akan kamu baik-baik saja. Apalagi besok kamu mulai ke Resto untuk mengurusnya, jadi aku akan lebih tau keadaan kamu," ucap Anita dalam hati.

Di ruangan, Devan melihat sepucuk surat di mejanya. Surat itu dari Oma.

"Hah? Masa dia disuruh ngurusin Resto? Apa dia mampu dan sanggup?!" ucap Devan menyepelekan.

"Tapi, kalau aku bantah Oma, pasti Oma akan marah dan gak berhenti bujuk aku. Ya udahlah, biar dia yang urus Resto, aku bisa sama Clara seharian penuh," kata Devan tersenyum.

Di hati dan fikirannya, cuman ada Clara Olasandra seorang. Dia tak sadar kalau sudah menikah dengan Chika. Untung saja Chika sabar menghadapi kelakuan suaminya, coba kalau Author, udah abis tuh Devan dibuatnya.

Devan melanjutkan chattingannya denga Clara. Mereka masih dimabuk oleh cintanya yang sangat terlarang. Kenapa terlarang? Karena Devan sudah mempunyai istri, tapi dia masih ingin mempunyai pacar. Salah besar 'kan?

Di rumah, Oma Tri pamit untuk pulang.

"Oma harap, kamu dan Devan akan bisa mengelola Resto lebih baik lagi," kata Oma.

"Pasti, Oma."

Oma masuk ke dalam mobil dan Chika kembali masuk ke dalam rumahnya.

"Hmmm, udah sore nih, Mas Devan bentar lagi pulang. Aku mau dandan yang cantik ah," kata Chika lalu pergi ke kamarnya.

Chika ingin terlihat sempurna juga di hadapan suaminya. Dia mencoba berbagai cara untum mendapatkan perhatian dan cintanya. Chika pun mempunyai ide untuk merias wajahnya dengan cantik. Chika sangat pintar merias dirinya. Maklum saja, dulu Chika selalu diajarin rias oleh Mami-nya.

"Hmm, aku cantik banget. Tinggal pake baju yang bagus deh," kata Chika memilah-milah baju di dalam lemarinya yang ia beli pada saat sudah menikah.

Terdengar suara mobil Devan, Chika segera berlari ke depan untuk menyambut kedatangan suaminya.

"Hay, Mas Devan," kata Chika tersenyum.

Devan terdiam dan melihat penampilan Chika dari atas sampai bawah.

"Hmmm, dia cantik juga," ucap Devan dalam hati.

"Mas, makan yuk? Aku udah siapin semuanya," kata Chika.

"Hmmm, saya kenyang!" tegas Devan.

"Oh iya, Mas."

Devan melangkahkan kakinya ke kamar, tapi dia menoleh lahi ke arah Chika.

"Satu lagi, jangan pernah kamu bikin saya buat jatuh cinta, karena itu tidak akan mungkin. Penampilan kamu seperti badut, beda dengan pacar saya, Clara, dia terlihat lebih elegant dan sangat cantik, tentu saja dia seorang model, beda dengan kamu yang hanya waitress!" ucap Devan.

Chika mematung mendengar semua hinaan yang dilontarkan dari mulut Devan.

"Hmmm, gapapa lah, kalau aku kayak badut, kenapa pas aku buka pintu kamu melihat penampilan aku dari atas sampe bawah? Sampe melongo gitu?" ucap Chika tersenyum.

Chika menunggu Devan yang sedang mandi.

"Mas," ucap Chika ketika melihat Devan keluar dari toilet.

"Apa?"

"Kan kita sudah suami istri, kamu gak mau..."

"Saya gak mau tidur bareng sama kamu! Jangan paksa saya untuk mencintai kamu, karena itu tidak mungkin!" tegas Devan memotong pembicaraan Chika.

"Tapi, Mas..."

Belum juga menjawab, Devan sudah pergi ke kamarnya dan membanting pintu dengan keras.

"Sabar, sabar," ucap Chika mengelus dada.

Chika pun pergi ke kamarnya untuk tidur.

____

Hari ini adalah hari pertama Chika menuju ke Resto lagi. Tapi, hari ini dia bukan untuk bekerja, melainkan untuk ikut mengurus Resto Seafood itu.

"Mas, kita bareng yaa?" pinta Chika.

"Gak bisa!" Devan langsung keluar tanpa sarapan dahulu.

Bik Jumi menghampirk Chika.

"Duh, kok Pak Devan gitu yaa, Non sama istri sendiri?"

"Gapapa, Bik. Tapi, aku gak akan nyerah gitu aja," kata Chika.

"Bibik dukung! Non Chika cantik, baik dan sempurna, suatu saat Pak Devan akan membuka mata dan hatinya," kata Bik Jumi.

"Lah, kan sekarang Mas Devan buka matanya, kalau enggak, gak mungkin dia nyetir mobil sendiri," ucap Chika tertawa.

"Ih, Non mah bukan gitu. Maksudnya, supaya Pak Devan membuka hatinya untuk Non Chika," ucap Bik Jumi.

"Hehe, iya Bik. Ya udah aku mau ke Resto dulu," kata Chika.

Chika pun pergi bersama Supirnya, Mang Ujang.

*

Sesampainya di Resto, semua karyawan menyambut kedatangan Chika. 

"Hay, apa kabar kalian?" tanya Chika ketika turun dari mobil.

"Alhamdulillah, kita baik Bu Chika," kata salah satu karyawan.

"Hmmm, jangan manggil Ibu dong, kan aku masih muda," kata Chika.

"Tapi, Oma yang meminta kita untuk memanggil kamu Ibu. Lagian, kamu pantes dipanggil Bu Chika, karena kamu sudah resmi menjadi istri Pak Devan," kata Anita maju ke depan.

"Ahhh, kalian baik banget. Ya udah itu terserah kalian," ucap Chika.

Lalu, mereka masuk ke dalam Resto. Chika merasa berterima kasih karena Oma sudah memperlakukannya dengan sangat sangat spesial. Bahkan, sakit hati yang diterimanya karena sikap Devan tak pernah dirasa oleh Chika, karena dia sangat sayang Oma.

"Mas Devan kemana yaa? Kok belum sampe, padahal 'kan dia tadi berangkat duluan," gumam Chika.

Chika membereskan ruangan Devan yang tak beraturan. Dia membuka laptop di atas meja itu. Tapi, Chika tak berhasil karena dia tak mengetahui passwordnya.

Tak lama kemudian, terlihat Devan membuka ruangannya.

"Mas Devan, macet yaa tadi?" tanya Chika menghampiri.

Devan masuk ke dalam ruangan itu.

"Ka...ka...mu?" ucap Chika terlihat gugup ketika wanita di belakangnya Devan.

"Hay, istrinya Devan? Perkenalkan, saya wanita yang dia cintai," kata Clara dengan tersenyum sinis melambaikan tangannya.

Deg! Hati Chika sakit lagi. Devan tega membawa Clara ke dalam ruangannya. Harusnya dia tau, kalau ada istrinya disitu. Devan hanya tersenyum melihat Chika yang menundukkan kepalanya.

"Kasihan banget yaa jadi istrinya, tapi gak pernah dianggap! Berbeda kelas banget sama gue, yang hits dan seorang model kelas tinggi!" cibir Clara mendekati Chika.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status