Share

Part 5

Waktu pun berlalu, di kediaman rumah keluarga Aritama. Terlihat keluarga nan harmoni tengah makan malam bersama dengan hikmad.

Namun ada yang berbeda dari sang putri, Maya yang terlihat tak begitu berselera makan. Insting sang ibu Marwah melihat ada yang berbeda dari sang putri.

"May, di makan dong itu saladnya"

Maya sedikit terkaget.

"Ah, ya mah" sahut sang putri dengan menarik sendok garpu dan mulai mengaduk mangkuk salad sayurnya.

Namun Marwah melihat jika sang putri tak begitu antusias ketika melahap salad sayur seperti biasanya.

Marwah melirik sang suami yang hampir menyelesaikan makannya.

"Mas?"

"Hm?"

Marwah memberi mimik dengan menunjuk sekilas  pada sang putri.

Erwin menoleh mengikuti arah tunjuk sang istri, lalu kembali menatap wajah sang istri dengan heran.

"Kenapa?" tanya sang istri dengan berbisik.

Erwin sang Papa malah dengan santai mengangkat bahunya. Lalu kembali fokus pada sendok terakhir.

Marwah terlihat kesal dengan respon suami yang cuek. Hingga akhirnya ia memutuskan untuk mencoba mencari tau hal yang membuat sang putri tercinta terlihat tak bersemangat.

"Maya??"

"Ya, mah" sahut Maya kaget.

"Bagaimana tugas baru kamu sayang??"

"Hmm, biasa sih mah"

"Hmm, begitu" balas mama merespon jawab sang anak.

Namun perlahan jemari Maya berhenti mengaduk saladnya. Lalu tatapannya tertuju pada sang Papa.

"Pah?"

Papa Erwin melihat pada sang putri.

"Ya, sayang?"

Terlihat Maya hendak menyampaikan sesuatu yang penting dengan wajah terlihat serius.

"Pah? bagaimana menurut Papa tentang Dimas?"

"Hm???"respon Papa Erwin yang kaget.

"Bagaimana kalau.. Papa melamar Dimas Anggara untuk menjadi menantu di keluarga Aritama??"

Wajah syok Papa Erwin, mama Marwah dan juga Marcel terlihat kompak terpaku menatap Maya.

"Jangan bercanda Maya" seru Marcel menyela.

"Aku serius!!" balas Maya dengan menatap tajam sang  saudara kembar.

"Sayang??" seru mama Marwah ragu.

"Maya jatuh cinta pada Dimas Anggara mah" sahut sang putri tanpa rasa ragu.

Dan lagi-lagi ucapan Maya sukses membuat wajah keluarga Aritama itu terkejut syok.

"Ta-pi.. tapi bagaimana mungkin?? kamu itu perempuan sayang?? dan seharusnya kamu di lamar bukan kamu yang melamar pria"tutur mama Marwah yang gusar.

"Ini jaman modern mah, gak mestikan kita harus  menunggu pria dulu yang pinang, keburu di ambil orang mah" ujar Maya.

"Dan lagi sosok Dimas Anggara juga sangat baik mah, dari bibit bobot dan bebetnya juga jelas.. Dan dia sangat cocok jadi menantu keluarga Aritama" sambung Maya.

Papa Erwin yang sedari tadi diam akhirnya membuka suara.

"Papa setuju" sahut Papa Erwin singkat.

Sontak jawab itu mencengangkan mama Marwah yang menentang.

"Papa!!"seru mama Marwah kesal. Lalu dengan cepat menatap sang putri, Maya.

"Sayang?? kamu gak bisa mutusin hal ini begitu aja!! memilih pasangan itu  tidak bisa dengan terburu-buru" nasehat mama pada Maya.

"Mama benar, Maya" timpal Marcel yang mendukung nasehat sang Mama.

Maya menghela nafas pelan.

"Marcel??"seru Maya pelan.

"Jangan karena ejekan "perawan tua" Kamu lantas memutuskan  hal ini begitu saja, Maya"

Maya meradang mendengar ucapan sang kakak laki-laki.

"Marcel?? bukan kah ini cara yang bagus agar perusahaan New-A memiliki penerus yang kompeten? atau kau benar-benar ingin menjadi Direktur utama New-A??" cecar Maya membalas ucapan Marcel dengan tajam.

Ruang makan Aritama pun seketika berubah menjadi tegang. Suasana nyaman dan hangat seketika hilang setelah mendengar ucapan Maya yang tak pernah menunjukkan rasa marahnya.

Marcel meletakkan sendok makannya. Lalu dengan wajah serius menatap sang kembaran.

"Aku lebih tau apa yang akan aku jalani, dan soal menjadi Direktur New-A, aku sama sekali tidak keberatan!!" tegas Marcel.

Sekilas wajah Maya sedikit tertawa bodoh mendengar ucapan sang kembaran.

"Aku akan pegang ucapan mu, Marcel" sahut Maya dengan menyudahi sarapan paginya dan berlalu pergi meninggalkan meja makan itu.

Papa Erwin hanya diam melihat pertengkaran kedua buah hatinya itu. Mama Marwah juga terlihat gusar.

"Pah???" seru mama Marwah dengan menyentuh punggung tangan suaminya.

Papa Erwin menoleh.

"Tenanglah"

***

Waktu pun berselang, namun tak terdengar lagi canda tawa di kediaman Aritama. Marcel dan Maya bahkan tak saling sapa. Keduanya benar-benar bertengkar.

Namun, di satu hari yang mengejutkan. Ruangan kerja Erwin Aritama tiba-tiba kedatangan seorang tamu yang tak terduga.

"Selamat siang, Tuan Erwin Aritama" sapa sang tamu yang terlihat santai masuk kedalam ruangan itu.

Pria paruh baya itu pun terkaget ketika melihat sosok Dimas Anggara pemilik Star Tomo datang berkunjung ke ruangan tanpa terduga.

"Waw, sungguh mengejutkan,  silahkan masuk Dimas" sambut Erwin dengan karismanya.

Jabat tangan pun terjalin, dan keduanya duduk di sofa mewah diruangan Direktur New-A tersebut.

"Ruangan yang cukup nyaman" puji Dimas.

Erwin hanya mengangguk simpul.

"Ruangan lama dengan hanya sedikit perubahan modern"balas Erwin merendah.

Keduanya saling tertawa kecil.

"Investasi berjalan lancar, nilainya cukup stabil" ujar Dimas.

"Ah, ya.. kami mengusahakan yang terbaik" jawab Erwin.

"Hm, sepertinya soal investasi New-A tidak diragukan lagi" balas Dimas.

"Syukurlah jika penilaian mu puas"

"Ya, sejauh ini saham Star Tomo pun ikut naik"

Erwin mengangguk, dua hal yang saling menguntungkan.

"Tapi..." ucap Dimas sesaat tergantung ragu.

"Saya datang bukan untuk membahas urusan bisnis dengan Anda, Tuan Erwin Aritama" sambung Dimas dengan menatap pria paruh baya di hadapannya ini.

Kening Erwin sedikit berkerut.

"Lalu?"

"Saya datang untuk melamar putri anda Zarulita Maya menjadi istri saya "ujar Dimas dengan nada serius disana.

Wajah Erwin seketika berubah kaget.

"Melamar putri ku??"

"Benar" sahut Dimas dengan senyum tipis.

Erwin sedikit menimbang.

"Mengapa kau ingin  melamar Maya?"

Dimas di hadapkan pertanyaan pertama dari calon Papa mertuanya.

"Saya jatuh cinta pada pribadi putri Anda" jawab Dimas to the poin.

Erwin sejenak berpikir.

"Dia wanita yang pintar dan terlihat pantang menyerah.. dan putri Anda benar-benar memiliki wajah cantik yang susah untuk di lupakan" puji Dimas jujur.

Erwin sedikit tersenyum bangga ketika mendengar pujian itu dari seorang Dimas Anggara.

"Jadi karena itu lah saya ingin melamar putri anda untuk menjadi istri saya" ucap Dimas Anggara dengan sorot mata percaya diri.

Sejenak Erwin terdiamnya, ia harus berpikir secara matang akan lamaran yang tak terduga ini.

Namun di sisi lain, Erwin mengingat sosok pria muda yang juga sangat berkompeten menjadi suami untuk putrinya. Pria yang tak ia sangka memiliki karisma tersembunyi sebagai seorang pemimpin. Dan ia sang cocok sebagai penerus New-A yang akan datang.

Tapi, melewatkan kesempatan yang sudah datang di hadapannya ini pun tidak bisa di ia lepaskan.  Jika pernikahan ini terjadi dua poin terbaik pun akan dirasakan. Maya menikah dengan pria yang ia sukai dan kerjasama Star Tomo dan New-A akan semakin kuat.

"Baiklah, saya menerima lamaran mu untuk meminang putriku, Zarulita Maya" ujar Erwin tenang.

Dimas pun tersenyum puas, kedatangan sungguh tak sia-sia.  Dan satu pintu untuk mencapai tujuannya pun terwujud.

Flash Back Off

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status