"Aku tidak perduli, Mama harus segera menekan Lucas dan keluarganya agar mereka mempercepat pernikahan!" Lisa melempar gelas kosong yang tergeletak di atas meja kearah tembok. ucapan Lucas berhasil membuat api kemarahan Lisa bekerja, saat pria itu mengatakan jika wanita simpanan Felix yang tak lain adalah dirinya hanya akan mendapat kesengsaraan."Astaga Lisa, apa kau bodoh? kemarin kau memaksaku untuk menekan mereka agar pertunangan kalian di laksanakan. setelah itu kau ingin aku menekan mereka lagi untuk mempercepat pernikahan!" Anne mengerjap, ia memijat perlahan pelipisnya setiap kali mendengar Lisa terus-terusan meminta sesuatu kepadanya.Anne adalah wanita berusia lanjut yang berpenampilan modis. sebagai pemilik bar yang cukup terkenal, Anne memang di haruskan untuk tetap menjaga penampilan."Biarkan aku menikmati hidupku, pulanglah. jangan ganggu aku!" titah Anne pada Lisa.&nb
"Mmm..." Bella membuka matanya perlahan. suara alarm yang nyaring sukses membuatnya tersadar.Pelukan Lucas yang hangat masih terasa kurang. Bella merasa tubuhnya sangat kedinginan."Apa kita akan pulang sekarang?" tanya Lucas ikut tersadar."Kau saja, aku merasa sangat kedinginan. cepatlah cuci wajahmu, Jangan sampai para pekerja tahu jika kau menginap di sini semalaman.""Bella kau..." Lucas meletakan punggung telapak tangannya di dahi sang empu, "Kau demam, suhu tubuhmu tinggi sekali.""Tinggi apa? aku sangat kedinginan." lirih Bella mengeratkan selimut yang terpasang."Tidak, ini tidak benar. kita ke rumah sakit sekarang. Ayo bangun." titah Lucas penuh kekhawatiran."Berhentilah mencemaskan ku Lucas, aku baik-baik saja. cepat pergi sebelum para pegawai datang!" 
Kedua orang tua terus menatap Bella dengan sorot tak biasa. begitu Bella datang, sebuah sambutan berupa cecaran pun Bella dapatkan."Kami memang bangga padamu, karena kerja kerasmu." Nick menghela nafas panjang, melipat tangannya dengan tatapan mematikan. "Jangan besar kepala, Mama dan Papa membebaskan mu, bukan berarti kau bisa seenaknya, Bella.""Hah?" Bella tersenyum kikuk, "A... apa maksud Papa? aku tidak mengerti. seenaknya apa?" sahut Bella sedikit takut."Dimana kau setiap malam? kenapa setiap Mama mengirimkan pesan kau hanya membacanya saja, lalu setelah itu kau langsung menonaktifkan ponselmu?""Ohhh itu..." Bella melebarkan senyumnya, bola matanya bergerak ke kiri dan ke kanan seolah sedang mencari jawaban. "Itu... aku... aku sengaja mematikan ponselku, karena aku lelah dan tidur setelah mengerjakan sketsa."Rina melirik penampi
"Lucas, Ayo dimakan." titah Rina kembali menyerukan.Lucas melirik kearah Rina dan Nick secara bergantian. Ia menjadi semakin gugup, bertujuan hanya untuk mengantar ponsel tetapi malah berakhir di sebuah meja makan."A... apa ini tidak merepotkan?" tanya Lucas kaku."Merepotkan apa? kita semua lebih suka jika ada seseorang yang membantu kami menghabiskan makanan. Bella tak pernah mau setiap kali kamu mengajaknya makan bersama, justru sekarang kami bingung kenapa Bella menjadi sangat rakus. padahal ia sangat menjaga penampilan." seloroh Rina menahan tawa."Astaga, apa di dunia ini hanya Mama-lah satu-satunya ibu yang merasa aneh begitu melihat putrinya mengunyah?"Nick berdecih, ia mencoba menenangkan Bella dengan cara merangkul bahu kemudian mengelus rambut panjangnya. "Papa juga merasa begitu sayang, karena kau memang selalu mengabaikan
"Sedang apa kalian?" tanya Nick melangkah menghampiri.Glek... Lucas menelan salivanya dengan bersusah payah, tenggorokannya terasa tercekat. "Aku... kami, sebenarnya aku...""Ini..." Bella menunjukan sebungkus obat yang Lucas berikan, "Dia memberiku ini, bukankah dia sangat perhatian?" imbuh Bella mengalihkan pembicaraan.Nick terperangah, ia langsung meraih wajah Bella dan dahinya. "Kau sakit?"Bella menggelengkan kepalanya, melirik Lucas singkat. "Aku hanya kelelahan, reaksi Lucas sangat berlebihan. padahal Papa juga tahu bukan, jika ini sering terjadi padaku.""Ehem..." Lucas berdehem, ia menatap Bella kemudian mengalihkan pandangannya kearah Nick, "Sepertinya aku harus pulang sekarang.""Pulang?" Nick mengerutkan dahinya. "Kenapa buru-buru sekali?" imbuhnya bertanya, memperdalam tatapan.
Bella menghirup udara segar, memandang hamparan rumput luas dengan pemandangan yang menghadap langsung di sekitar area pegunungan.Island golf, berlokasikan di pinggiran kota. menawarkan berbagai macam pasilitas dari sederhana sampai istimewa. lapangan yang membentang, serta iklim yang sejuk sukses membuat Bella terpesona. ini bukan yang pertama kalinya, akan tetapi setiap kali datang Bella selalu berhasil di manjakan hanya dalam satu kali lirikan."Papa bermain saja, aku disini." ucap Bella sambil menyaksikan pengunjung lain, yang bermain tak jauh darinya."Baiklah, Sayangnya Felix dan Ayahnya terkena kendala.""Felix?" Bella membulatkan matanya, "Ada Felix disini?"Sebuah pelayan pun datang membawa makanan yang sebelumnya sudah Bella pesan. Nick sedikit heran, saat ia melihat makanan yang Bella pesan ternyata hanya sebuah manisan lemon
"Kau melihat putriku?" tanya Nick pada temannya, yang duduk tak jauh dekat kursi Bella sebelumnya."Anakmu?""Ya, berambut coklat panjang. menggunakan rok di atas lutut dan baju berwarna putih, dia tadi duduk disini."Seseorang itu menggelengkan kepalanya, "Aku tidak melihatnya, saat aku datang kursi itu sudah kosong sedang di bersihkan oleh pelayan.Nick berdecak, sudah satu jam ia menunggu tapi Bella tak kunjung menunjukan batang hidungnya. berulang kali Nick mencoba menghubungi Bella. Namun, Bella tak menjawabnya.***Farah memandang Lisa yang terus terisak di hadapannya. setelah mendapat pesan singkat berisikan sebuah pemutusan hubungan, Lisa langsung mendatangi kediaman Lucas bersama Ibunya."Apa ini Farah? kau mengkhianati ku?" ucap Anne, ia masih mencoba meminta penjelasan t
"Aish, breng*sek!" Bella mengumpat geram, begitu mobil yang sedang ia tumpangi kini terhenti. "Mereka hanya baik saat pencalonan. setelah ini berakhir. mereka semua tentu tidak akan pernah mendengar apa yang rakyatnya keluhkan." imbuh Bella senada kasar.Lucas melirik kearah Bella, pria itu sama sekali tak menanggapi apa yang Bella katakan. Ia hanya sesekali tersenyum, saat ucapan Bella menurutnya sedikit agak berlebihan."Apa? kenapa kau menyeringai?" tanya Bella kesal."Aku tidak menyeringai!""Kau memiringkan senyum saat aku mengatakan itu tadi. Apa kau ini pro pemerintah? kenapa kau hanya diam saja?"Lucas mengerutkan dahinya, ia menghela nafas panjang mencoba bersikap sabar. Lucas merasa jika Bella kali ini terlihat kembali mengalami perubahan suasana hati."Lalu aku harus bilang apa?"