Share

Episode 6

"Bella, kenapa kau masih disini?" tanya Rendi sambil mengemas barang, bersiap-siap untuk pulang.

 

"Ah, iya." Bella tersenyum kikuk, "kau duluan saja, aku akan menyelesaikan sketsa ini malam nanti."

 

Rendi menganggukan kepalanya, ia lantas menyandangkan tas wanita di bahu sebelah kirinya kemudian berkata, "Aku akan pulang sekarang. jika ada sesuatu cepat hubungi aku." ujarnya dengan nada bicara sedikit kewanita-wanitaan.

 

"Baik, baik. aku pasti akan menghubungimu jika perlu sesuatu," sahut Bella secepat kilat mengiyakan. berharap Rendi bisa cepat pergi meninggalkannya seorang diri.

 

"Dengan syarat."

 

"Apa?"

 

"Naikan gajiku, dan aku akan langsung cepat datang."

 

"Astaga," Bella menggelengkan kepala, seraya memutar bola mata. "cepat pergi dari hadapanku, bulan depan gajimu ku naikan!" desak Bella seolah mengusirnya.

 

Rendi mengerutkan dahinya. apa di dunia ini ada bos seperti Bella? menyuruh pegawainya pulang dan gajinya akan di naikan. sungguh, hari ini Bella benar-benar terlihat mencurigakan. siang hari, gadis tersebut terus mengisi waktunya dengan sebuah pertengkaran yang ia lakukan bersama Felix. lalu pada malam hari, Bella terlihat santai dan biasa saja mengatakan jika ia ingin menyelesaikan sketsanya.

 

Padahal Rendi tahu, sketsa tersebut masih memiliki waktu dua minggu. waktu tersebut masih teramat panjang, sampai di hari pemilihan material.

 

"Syukurlah," Bella menghembuskan nafas lega, sambil menyusutkan bahunya setelah Rendi benar-benar tiada.

 

Bella langsung merapikan meja kerjanya. ia tidak mengerjakan pekerjaannya. Bella justru meraih tas dan mengeluarkan sebuah pewarna bibir beserta bedak padat untuk sedikit merapikan penampilan.

 

Saat Bella sedang mewarnai bibirnya dengan lipstik yang tidak terlalu terang. gadis tersebut memandang pantulan dirinya yang terlihat di dalam cermin. Bella mengamati kecantikannya, dengan mata yang memanas lalu berkata. "Sebenarnya apa yang kurang dariku? kenapa Felix tega menduakan ku?"

 

"Kau tidak kurang apapun, dia hanya tidak bersyukur memiliki gadis secantik dirimu."

 

Bella terperangah, membulatkan mata sambil menutup kaca bedaknya spontan.

 

"Kau... kau sudah datang?"

 

Bella dan Lucas memang sudah membuat janji bersama. keduanya sepakat untuk membahas masalah percintaan yang sedang menimpa mereka di butik, yang sudah Bella tutup dua jam terakhir.

 

"Aku sudah memanggilmu di depan, dan mengirimkan pesan juga panggilan. tapi kau tak meresponnya. pintunya terbuka, jadi aku masuk saja."

 

Bella menepuk pelipisnya, ia mengalihkan sorot matanya kearah ponsel yang berada jauh darinya. wajar jika Bella tak merespon pesan atau panggilan yang Lucas lakukan. sebab, ponsel Bella sedang di isi daya.

 

"Baiklah, kau duduk saja dulu. aku akan menyiapkan minuman untukmu." ujar Bella beranjak dari duduknya melirik kearah sofa.

 

"Tidak perlu repot-repot," Lucas memperlihatkan apa yang sudah ia bawa pada Bella. Pria itu meletakannya begitu saja di atas meja.

 

"Ini apa?"

 

"Es kopi dan cemilan yang akan kita butuhkan, aku juga sudah mencetak bukti reservasi hotel yang di lakukan oleh kekasihmu. berikut dengan foto kebersamaan mereka," 

 

"Apa ini sudah berakhir?" Bella menajamkan tatapannya kearah Lucas, sorot matanya terlihat sangat penasaran.

 

"Kau berakhir, dan aku belum."

 

"A... apa maksudmu?" Bella semakin di buat kebingungan setelah mendengar jawaban yang Lucas lontarkan.

 

Pria itu meraih leptop Bella, yang sempat mereka gunakan untuk melihat tayangan tak senonoh yang Felix dan Lisa lakukan. "Aku akan membackup rekaman CCTV-mu, kau bisa menjadikan ini sebagai barang bukti untuk memutuskan hubunganmu tanpa di salahkan oleh keluargamu."

 

"Lalu, bagaimana denganmu?"

 

"Aku masih akan mengikuti alur permainan."

 

"Kenapa?" Bella semakin memandang lekat wajah Lucas yang saat itu sudah mulai di sibukkan dengan sistem rekaman.

 

Lucas menghentikan aktivitasnya sejenak. ia membalas tatapan Bella sama tajamnya kemudian menjawab, "Karena aku di jodohkan."

 

"Lalu kenapa? kau bisa memutuskan hubungan itu juga dengan segala bukti yang sudah kita miliki." Sungut Bella mendalamkan lipatan di dahinya.

 

"Tidak semudah itu, Bella." Lucas menghela nafas panjang, menghentikan ucapannya sejemang. "Aku harus bersabar sampai Ibunya Lisa meninggal,"

 

"Meninggal?" Bella membulatkan mata, dengan mulutnya yang sedikit terbuka. "Kau mengharapkan Ibunya Lisa meninggal?"

 

"Tidak!"

 

"Lalu?"

 

"Ibunya Lisa memiliki riwayat penyakit jantung, kondisinya sekarang sangat tidak memungkinkan. ia bahkan terus memintaku untuk menjaga Lisa, jika semua ini aku selesaikan. maka nyawa wanita paruh baya itu juga akan selesai."

 

"Astaga," Bella menutup mulutnya, tanpa mengedipkan mata. "Apa semengerikan itu?"

 

"Kau pikir apa? Aku bisa saja mengakhiri hal ini. setelah mendapatkan bukti perselingkuhan, bagaimana jika Ibunya meninggal setelah mengetahui fakta ini?" Lucas menggelengkan kepalanya perlahan. tanpa mengalihkan pandangan, "Aku tidak sejahat itu."

 

Bella tak bisa berkata-kata. pantas saja, Lucas selau mengulur waktu untuk mengakhiri hubungannya bersama Lisa meskipun ia sudah mendapatkan bukti yang cukup untuk mengungkap kebusukan calon istrinya. ternyata, di balik itu semua ada sebuah nyawa yang di pertaruhkan. Lucas sampai rela mengorbankan perasaannya sendiri, hanya demi sebuah nyawa yang mungkin sudah tak lama lagi.

 

"Selesai," Lucas mencabut sebuah flashdisk yang sudah ia isi dengan sebuah rekaman CCTV tadi siang. rekaman yang menunjukan aksi erot*is yang Lisa dan Felix lakukan, "Ini, simpanlah." titah Lucas santai tersenyum nanar.

 

"Tapi bagaimana dengan kau?"

 

"Jangan pedulikan aku, cepat akhiri saja hubunganmu dengan pria itu."

 

"Tapi aku..."

 

"Jangan membuang-buang waktumu, Bella." Lucas memotong ucapan Bella, "Sekarang Lisa dan Felix bahkan sedang berada di hotel, mereka mungkin akan kembali tidur bersama."

 

Deg... Bella terpaku, bibirnya terasa kelu. "Ba... bagaimana kau tahu?"

 

"Aku pernah memberikan jam tangan mahal, aku sudah menyeting jam tersebut dengan fitur pintar. sehingga aku bisa tahu dimana keberadaan Lisa sekarang."

 

Sialnya, Bella masih terasa berat untuk meninggalkan Felix. dua tahun cukuplah lama, dan bagi Bella itu tidaklah mudah.

 

"Tapi... tapi tadi siang dia mengatakan jika dia sangat mencintaiku," lirih Bella menjatuhkan setetes air matanya.

 

"Cintanya tak cukup kuat untuk melawan nafsunya," tegas Lucas mencoba meyakinkan.

 

"Huh..." Bella menghela nafas kasar, ia langsung menjatuhkan tubuhnya di atas sofa. dengan ekspresi tak percaya. "Astaga, dia benar-benar keterlaluan."

 

Bella terlihat sangat menyedihkan. alasan kenapa Lucas terus mendesak Bella agar gadis itu mengakhiri hubungannya, karena Lucas tak ingin hidup Bella hanya akan tersia-siakan sepertinya. Lucas yakin, setelah lepas dari Felix. Bella akan mendapatkan pengganti yang lebih baik, mengingat Bella sama sekali tak memiliki kekurangan dalam segi apapun.

 

"Tak ada waktu untuk menangis, kenapa kau terus saja membuang-buang air mata hanya demi pria sepertinya?" gerutu Lucas jengah.

 

Bella hanya terdiam, kesedihannya memang selalu membuat Bella kehilangan akal. Andai yang Felix lakukan dapat Bella kembalikan. Bella yakin, jika Felix akan lebih rapuh dari yang sedang ia rasakan sekarang. Bella sudah cukup sabar menghadapi kegilaannya. tapi Felix justru terus saja menggores luka.

 

"Lucas..." Bella mengalihkan pandangannya kearah Lucas, dengan sorot kosong.

 

"Apa?"

 

"Ayo tidur bersama," ajak Bella santai. Namun sukses membuat Lucas terkesiap melebarkan bola matanya.

 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status