Kawasan puncak, sudah seperti lautan manusia sekarang. Untungnya para anggota berwajib bergerak cepat dengan mengamankan jalan untuk rombongan Regan.
Para petugas keamanan perusahaan pun sudah Kaisar kerahkan untuk hari ini. Menyibakkan kerumunan, yang berebut untuk mengambil foto mereka.
"Jadi ini, tempat yang kamu resmikan?"
"He'em. Bagaiamana, kamu suka? Aku membangun ini untukmu."
"Suka sekali! Kenapa kita tidak berhenti di sini?"
"Ini masih jauh Nona, kawasan kita berada paling puncak."
Fanya sampai ternganga melihat semua dekorasi rumah yang didominasi dengan warna putih. Terlihat sangat mewah, dan juga sangat indah.
Sejak masuk kawasan di pintu utama, sudah ada papan kayu yang bertuliskan, "Welcome To Erland Area." Dan itu terletak di pintu masuk pertama.
Entah berapa luas dari kawasan White House itu. Sepertinya itu sama dengan dua desa yang digarap oleh Regan.
"Anya's White House," lirih Fanya
"Aku, Jihan Gunawangsa. Setelah ini aku bersumpah untuk tidak jatuh cinta lagi dengan Kaisar sampai kapan pun."Aku masih ingat dengan jelas kata-kata yang aku ucapkan dengan lantang beberapa tahun yang lalu. Semua itu hanya karena satu nama, Almira.Entah wanita itu punya dendam kesumat apa denganku, sampai dia mengirimkan semua foto yang tidak jelas ke nomor Kaisar.Saat itu dia melayangkan kata-kata yang sangat menyakitiku. Aku tidak ingin lagi berurusan dengannya. tidak sampai kapan pun.Tapi sepertinya takdir ingin bermain-main denganku. Aku berurusan kembali dengan pria itu. Dan sekarang, aku terikat kontrak dengannya.Sudah beberapa hari ini aku bekerja dengannya. Rasanya masih sulit aku percaya. Aku ingin menyapanya, aku ingin mengucapkan, "Hai, Kaisar. Bagaimana keadaan hatimu?"Ah ... sial! Aku bahkan tidak bisa hanya sekedar untuk menyapanya. Nyatanya, jarak kita memang terlampau jauh. Hanya aku yang dungu
Aku tidak menyangka, dia bukan hanya tidak mencintaiku, tapi dia juga membenciku. Kedua mataku terasa panas sekali, dada ini begitu sesak. Aku berusaha menahan air mataku agar tidak sampai terjatuh di depannya."Ada apa dengan kalian?" Tiba-tiba saja Nona Muda datang dan menatap kami bergantian. "Hai Kai, apa ini caramu mendekati wanita?""Tidak Nona, kami hanya membicarakan masalah pekerjaan."Aku tidak tahan lagi. Sebelum Nona Muda tau kalau aku menangis, aku buru-buru berkata, "Maaf Nona, saya permisi."Aku berjalan cepat, hampir seperti berlarian kecil. Menghindar dari kerumunan. Aku tau, aku masih bertanggung jawab untuk selalu berada di dekat Nona Muda. Tapi untuk saat ini, aku perlu menenangkan hatiku.Cukup lama aku duduk termenung di sini. Mungkin Kaisar akan menghukumku karena meninggalakan pekerjaan, tidak masalah. Aku aku menerimanya.Apa aku salah? Tidak, 'kan?Jika sudah begini, aku memilih untuk menutup diri
Fanya tidak mengerti, saat ia mendekat, Jihan justru pergi begitu saja dengan menahan air mata. Sampai ia berpikir, apa Kaisar memang benar tidak punya hati?Saat Fanya melihat Kaisar, pria itu hanya menatap dingin melihat Jihan yang semakin menjauh. "Kai, kenapa kamu tidak mengejarnya? Apa kamu mau menjadi bujang lapuk seumur hidupmu, hah?""Maaf Nona, saya tidak akan pernah mencampurkan urusan pribadi di saat jam kerja."Regan datang, dan melingkarkan tangan ke leher istrinya. "Kamu mau Kaisar mengejar Jihan?""Tentu saja. Apa-apan dia? Seenaknya saja menyakiti wanita.""Kalau begitu, ikut aku!"Regan dengab pedenya menggendong Fanya, padahal semua karyawannya masih memenuhi taman."Re, bisa tidak, sih, kamu bersikap biasa saja jika di depan umum?""Bisa. Hanya saja aku tidak bisa bersikap bisa saja jika di dekatmu."Cih. Jawaban apa itu? Bukannya itu sama saja."Kenapa kamu malah m
Fanya terbangun setelah matahari sudah terik. Tubuhnya masih hanya berbalut selimut tebal sepanjang malam. Tumpukan bantal masih berdiri rapi mengapitnya.Tidak ada Regan di sisinya, tapi itu sama sekali bukan hal yang baru. Sudah hal yang biasa, sejak kehamilannya Regan lebih sering bangun terlebih dulu dan menyiapkan susu untuknya.Padahal, dia lebih suka jika Regan hanya diam dan tetap mendekapnya sampai ia membuka mata dan melihat wajah pria itu saat terbangun.Sudah ada bathdrobe yang terlipat di atas meja. Mungkin Regan yang sudah menyiapkannya. Dengan malas, ia menyahut itu dan membersihkaan dirnya dengan cepat.Tapi sampai dia menyelesaikan mandinya pun Regan belum juga menampakkan kehadirannya. Padahal dia sudah berendam air hangat sampai hampir satu jam lamanya."Regan ke mana, sih?" tanyanya sendiri degan buru-buru mengganti baju. Ia sudah tidak sabar hanya untuk mengeringkan rambut. Handuk putih kecil, ia lilitkan ke atas kepala u
Manda bukan hanya menyulut api. Tapi dia juga menyiram api itu dengan bensin hingga berkobar. Dia benar-benar mencari mati.Bisa-bisanya dia mengunggah foto saat Rega menciumnya waktu itu. Meskipun bukan akun milik Amanda, tapi jelas Regan dan Kaisar tahu kalau itu pasti kerjaan Manda."Kita harus segera ke Jakarta sekarang juga, Tuan."Regan memaki, menghantam pukulan sangat keras ke dinding kamar Kaisar. "Lihat saja, aku akan memberikan pelajaran pada wanita itu."Dia berbalik dan kembali menatap Kaisar. "Aku tidak mau Anya tau tentang ini. Kita akan pergi sekarang juga, tapi tidak dengan istriku. Kai, siapkan semuanya sekarang."Kaisar mengangguk, tanpa dijelaskan panjang lebar pun dia tahu apa yan harus dilakukan. Malam ini juga, dia mengumpulkan Jihan dan juga Akbar.Foto Regan menyebar begitu pesat, bak virus yang menjamur. Mereka berdua pun sudah diwanti-wanti Kaisar agar menjauhkan Fanya dari ponsel dan
[Los Angeles, California. Hotel Beverly Hilton]"Aku, Regan Erlando, mengambil engkau sebagai istriku untuk saling memiliki dan menjaga dari sekarang dan selama-lamanya. Pada waktu susah, maupun senang. Pada waktu kelimpahan, maupun kekurangan. Dan pada waktu sehat maupun sakit. Untuk selalu mengasihi dan menghargai sampai waktu memisahkan kita. Inilah janji setiaku yang sangat tulus."Beberapa waktu yang lalu aku juga melontarkan jnji ini dengan sangat lantang di depan Anya. Dulu aku berharap akan mengucapkannya di depan manda.Tapi seiring waktu, Anya mengalihkan duniaku. Membuatku tak ingin lagi mengucap janji suci pernikahan untuk kedua kalinya.Dan sekarang? Apa yang aku lakukan?Aku kembali mengucap janji itu dan Manda lah yang berada di depanku. Ku genggam tangannya dengan perasaan dingin. Aku mengutuk diriku yang begitu bodoh bisa masuk ke perangkap brengsek ini."Aku, Amanda Roulette. Mengambil engkau sebagai
[Jakarta. Kediaman Regan Erlando, satu minggu yang lalu]Setelah mendapat kabar kalau Regan tiba-tiba harus terbang ke Amerika, Fanya langsung pulang ke Jakarta dengan Jihan dan juga Akbar.Sepanjang perjalanan pun Fanya hanya diam, tidak membuka mulut sedikit pun. Kecewa, tentu saja. Regan bukan hanya meninggalkannya tiba-tiba, tapi dia juga mengatakan kalau akan berada di sana selama dua minggu.Jihan pun juga tidak membuka suaranya, dan semua itu membuatnya bosan dan mendadak kedua matanya menutup perlahan. Kombinasi yang sempurna, hujan pertama dan dinginnya AC mobil untuk mengukir sungai.Sampai dia tidak sadar, mobil yang dikendarai Jihan sudah masuk ke dalam pekarangan rumah Regan. Ternyata Kaisar sudah menunggu mereka di depan pintu utama."Pak, anda tidak ikut ke Amerika?" tanya Jihan. Kemudian Akbar pun ikut menyahut setelah ia keluar dari mobil lainnya. "Kamu tidak ikut Tuan Muda, Kai?""Tidak. Aku ya
Malam ini, Fanya menepati janjinya untuk pulang ke rumah. Saat bertemu Atmaja di kantor, pria itu menyuruhnya untuk pulang jika tidak sibuk.Bukan hanya rindunya untuk menginjak rumah, tapi kata-kata Atmaja seolah mengartikan, "Pulanglah ke rumah, ada sesuatu yang ingin Ayah tunjukkan."Padahal saat itu Atmaja berkata, "Jika kamu tidak sibuk, pulanglah ke rumah. Lagi pula, kamu sudah lama tidak pulang, 'kan?"Tapi saat itu gestur tubuh Atmaja mengatakan lain. Itu sebabnya, malam ini ia begitu penasaran untuk pulang ke rumahnya. Jihan yang mengantarnya pun hanya bisa mengikuti Fanya tanpa tahu apa yang akan terjadi.Sampai di rumah Atmaja, sudah ada satu mobil yang terparkir di halaman rumahnya. Jihan tidak mengenalinya, tapi jelas Fanya tahu pemilik mobil itu.Dia berjalan cepat, masuk ke rumahnya sebelum Jihan membukakan pintu. "Yah," panggil Fanya dengan masuk begitu saja.Ternyata dugaannya benar. Sudah ada semua keluarg