Share

Kecerobohan Lintang

Kepergian Lintang meninggalkan prasangka yang membuat ekspektasi Ishan semakin tinggi. 

"Reaksi Lintang ... mungkinkah dia cemburu?!" batin Ishan. Terlalu hanyut dalam pikirannya, Ishan mengabaikan Dira, sang kekasih yang tengah menanti sebuah penjelasan.

"Dira? Apa yang kamu lakukan disini?"

tanya Ishan tanpa ada rasa canggung.

"Akhirnya kamu menyadari keberadaanku! Siapa wanita tadi?" Dira menjawab pertanyaan Ishan dengan pertanyaan.

"Oh, dia Lintang sekretarisku. Kenapa?"

jawab Ishan santai.

Dira tertunduk dan meneteskan air mata.

"Hey, kenapa menangis? Apa aku menyakitimu? Aku minta maaf sayang."

Sesenggukan Dira dipenuhi rasa bersalah.

"Maafkan aku, aku sempat meragukanmu. Ku kira wanita tadi ...."

"Sshh ..." Ishan memotong kalimat Dira dengan menempelkan telunjuk kanannya pada bibir merah Indira. 

Dengan lembut Ishan mengusap air mata Dira sambil mengelus kepala Dira.

"Aku mengerti perasaanmu. Itu karena kamu terlalu mencintaiku, hingga rasa takut kehilangan menumbuhkan rasa curiga di hatimu. Benarkan?"

Dira mengangguk dan tersenyum lembut mendengar perkataan Ishan yang begitu penuh pengertiannya mampu mengusir gusar di hatinya.

"Oh iya, aku masih belum tau, apa yang sedang kamu lakukan disini?" Ishan menanyakan hal yang sama.

"Apa lagi, tentu saja aku berkerja disini. Ini adalah restoranku, dan akulah manajer disini. Tadinya aku hendak menegurmu, karenamu beberapa pelanggan merasa risih."

"Aduh, maafkan aku ya sayang? Akibat kecerobohanku, kamu jadi mendapat keluhan," tutur Ishan manja.

"Tak apa, lagi pula ini restoranku sendiri jadi aku nggak peduli jika itu menyangkut tentang mu."

"Pacar siapa sih ini, hebat sekali. Masih muda sudah punya restoran sendiri."

Puji Ishan gemas, sambil mencubit manja hidung mancung Indira.

Perlakukan Ishan membuat Indira menyerahkan hatinya sepenuhnya pada Ishan.

"Eh, sudah siang sekali. Aku harus segera kembali ke kantor. Sayang aku ijin kerja lagi ya sayang. Sampai jumpa lagi. Mmuach!" ucap Ishan yang ia akhiri dengan mengecup lembut kening Indira. Sedangkan Indira menatap getir punggung Ishan yang perlahan menghilang dari pandangannya.

Bagi Indira yang 100% mencintai Ishan, ia sangat merasakan jika Ishan hanya setengah-setengah mencintainya. Justru perlakuan Ishan terhadap Lintang yang baru ia lihat mulai membuatnya gusar.

Sesampainya di kantor, Ishan mencari Lintang.

Namun, Lintang tak ada di ruangannya.

"Anita! Dimana Lintang? Aku tidak melihatnya di ruangannya."

"Sesaat setelah tiba di kantor, ibu Lintang menerima telepon dan kembali pergi. Kalau tidak salah, beliau pergi ke Star seven hotel."

"Untuk apa dia kesana?"

"Maaf pak, saya kurang tau, sepertinya ini terkait dengan kasus model dari agensi pak Denny."

"Baiklah. Kembali kerja!"

Setelah Anita meninggalkan ruangannya, Ishan segera menghubungi Lintang.

Sementara itu, Lintang tengah sibuk bernegosiasi dengan Denny.

"Kalau kalian tidak mau menaikan bayaran 10x lipat dari kesepakatan awal, saya minta maaf! Terpaksa saya membatalkan kerja sama dengan anda."

"Saya tau, meminta kenaikan bayaran adalah hal yang wajar! Tapi 10x lipat?! Ini namanya merampok!"

"Inilah bisnis nona, kecuali jika nona bersedia menjadi hadiah ulang tahun saya malam ini, mungkin saya akan berubah pikiran!"

Dzrtt.....

Ponsel Lintang terus bergetar panggilan masuk dari Ishan. Karena sibuk, saat ia hendak mematikan ponselnya, tanpa di sadari ia justru mengangkat teleponnya.

Sehingga pembicaraan Lintang dan Denny dapat di dengar oleh Ishan.

"Halo! Halo!" 

Teriak Ishan, namun tak ada jawaban. Terdengar percakapan antara Lintang dan Denny. Instingnya mulai merasakan adanya bahaya. Sembari mendengarkan percakapan Lintang dan Denny melalui ponselnya, Ishan bergegas pergi menyusul Lintang.

"Ini untuk terakhir kali saya tegaskan, saya hanya bersedia menaikan harga 5x lipat dari kesepakatan. Jika anda tidak bersedia, bersiaplah untuk berurusan dengan hukum!"

"Wow nona, kamu benar-benar tipeku. Sangat berani. Sorot matamu yang tajam membuatku berdebar. Tapi sayangnya saya tidak akan merubah keputusan saya."

"Yah apa boleh buat!"

Lintang mengeluarkan berkas kontraknya.

"Sesuai perjanjian jika pihak pertama yakni pihak anda meminta menaikkan harga tiga hari sebelum fashion show di mulai maka pihak kedua yaitu pihak perusahaan kami harus menuruti atau membatalkan kesepakatan dengan membayar dendanya. Tapi jika pihak pertama meminta menaikkan harga satu hari sebelum fashion show maka pihak kedua berhak membatalkan perjanjian dan pihak pertama harus membayar 10x lipat dari harga kesepakatan. Ini sudah tertulis jelas dalam kontrak ini. Pihak saya akan memajukan jadwal fashion show lebih awal. Jadi anda bersiaplah membayar 10x lipat!"

BRAK!! 

"Apa-apaan ini! Kalian memanipulasi surat kontraknya!" Denny murka dan menggebrak meja. Melihat Denny yang tersulut emosi, Lintang justru tersenyum puas.

"Oh ayolah! Inilah bisnis, om!" Lintang memprovokasi Denny dengan sengaja memanggilnya 'om'.

"Om katamu?!" tanya Denny dengan tatapan mata yang mendendam. "Heh, apakah itu panggilan sayang?" tanyanya lagi sambil menyunggingkan senyum licik di wajahnya. Kali ini ia bisa melihat ekspresi jijik di wajah Lintang.

"Cih menjijikkan! Heh! Pria yang sudah bau tanah! Cepat selesaikan kesepakatan ini! Aku bukan orang yang bermurah hati! Ku beri kesempatan sekali lagi untuk memutuskan!"

ucap Lintang yang kali ini mulai naik pitam.

"Aturan di buat untuk dilanggar! Begitupun perjanjian kontrak! Inilah bisnis! Heh! Memangnya kenapa kalau aku melanggar surat kontrak? Jangan lupa kamu di kandang siapa nona. Kecil bagiku menyelesaikan wanita lemah sepertimu!" Denny tersenyum licik.

Percakapan Lintang dan Denny yang memanas membuat Ishan khawatir.

"Dasar wanita bodoh yang keras kepala! Apa dia tidak tau apa yang sedang ia hadapi?!" gumam Ishan yang semakin khawatir. Ia menambah kecepatan laju mobilnya dan terus memantau apa yang sedang terjadi melalu ponsel yang sangat terbatas.

"Wooo! Kau mengundang begitu banyak pengawal hanya untuk melawan seekor wanita lemah?! Dan kau sebut dirimu pria?! Ckckck ... benar-benar menggelikan!"

Lintang masih bersikap arogan dan terus memprovokasi walau Denny memanggil delapan bodyguard untuk melumpuhkannya.

Lain halnya dengan Ishan yang justru semakin tercekik oleh rasa khawatirnya. Ia melampiaskan kekesalannya dengan melempar ponselnya dan menambah lagi kecepatan laju mobilnya.

Perkelahian tak dapat dihindari. Lintang nampak lihai menghajar satu persatu pria-pria berbadan kekar itu. Tentu saja pukulan Lintang tak mungkin terlalu berdampak untuk melumpuhkan lawan. Namun bukan Lintang namanya jika tidak bisa mengatasinya.

Dengan selain kepiawaiannya berkelahi ia juga menggunakan stun-gun untuk melumpuhkan lawan yang jelas terlihat jauh lebih kuat darinya.

"Semua bodyguardmu sudah tepar! Bagaimana? Sudah ada rasa ingin kencing di celana belum?!" ejek Lintang dengan penuh kesombongan.

Denny masih duduk tenang. Mendengar ucapan Lintang yang begitu sombong ia hanya tersenyum licik sambil sedikit membenahi kacamatanya.

"Heh! Kesombonganmu inilah yang menjadi bumerang bagimu!"

"Apa maksudm...."

Cesss .... Denny menyemprotkan clorophyll spray tepat pada wajah Lintang yang lengah.

Dalam sekejap Lintang tak sadarkan diri. Denny tak menyia-nyiakan kesempatan dan segera melancarkan aksinya. Ia menggendong Lintang ke atas tempat tidur. Namun saat Denny hendak melepaskan kancing kemeja Lintang, "BRAK!" Terdengar suara pintu yang di buka paksa.

 Ishan datang di saat yang tepat.

Ia membuka pintu dengan cara menendangnya. Denny terperanjat melihat kehadiran Ishan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status