Bian memberikan pidato singkat di acara ulang tahun perusahaan Jayker, dia menatap Cinta terus menerus hingga membuat Cinta gelisah juga salah tingkah.
Viza yang dirangkul oleh Banu malam itu terus tersenyum kepadanya membuat dia semakin salah tingkah, sebenarnya ada apa dengan mereka semua.Saat Cinta larut dalam pikirannya dia terkejut saat Bian menyebut namanya.
"Terutama untuk dia yang membuat kepercayaan diri saya hadir kembali, Cinta. Nama nya_Cinta, dia memberikan semangat kepada saya dan memberikan hal yang mungkin tidak dia sadari berdampak besar kepada saya. Terimakasih Cinta I love you my preety .Cinta merasa terharu, Bian mengatakan mencintainya didepan semua orang, dia yang bukan siapa-siapa selama ini dipandang kagum oleh semua orang disana, bahkan Oma Bian memeluk dirinya dengan membisikkan sesuatu.
"Ini kado dari Oma dan Opa juga mama dan papa Bian. Selamat ulang tahun Cinta, kami berdoa kamu selalu bBian mengantarkan Cinta ke kamar yang disiapkan untuknya itu, mereka berdua terus tersenyum bersama. Setelah tiba dikamar Cinta membuka pintu dan melihat kamar yang nyaman untuknya dia berbalik badan melihat Bian yang ikut masuk kedalam kamar itu sehingga Cinta gelagapan."Loh bapak, kenapa masuk?" Bian melihatnya seolah bertanya."Aduh maksud saya, saya gak enak sama ibu bapak dan juga Oma ." Cinta menunduk karena tatapan serius Bian. Pria itu menarik lengannya mengisyaratkan Cinta untuk duduk dipangkuannya, Cinta menurut lalu Bian mencium pipinya sembari menyelipkan surai indah itu ketelinga Cinta."Jika bulan depan aku melamarmu apa kamu akan menerima ku?" Pertanyaan Bian memberikan efek geli diperut Cinta juga warna merona dipipinya."Mak_sud bapak?" Bian yang gemas dengan sikap malu Cinta mencium bibir Cinta dalam saling membelit dan mereka mencicipi rasa masing-masing. Cinta menyelipkan tangannya diselah rambut Bian
Cinta mengayuh sepedanya pagi ini, dia memasuki kubikelnya lalu berdandan dengan cepat untuk memulai hari nya. Hari dimana Bian pergi meninggalkannya demi kebaikan pria itu, bagaimanapun dia ingin Bian bisa berjalan lagi meski kerinduan ini terus menyiksa. Cinta tersenyum kecut dengan pemikirannya itu, dilihatnya Brian memasuki kubikelnya dan meletakkan sebuah kotak diatas meja nya."Ini dari mas Bian untukmu." Brian tersenyum lalu pergi dari sana. Cinta mengucapkan terimakasih dengan cepat karena Brian langsung pergi begitu saja.Sudah sebulan dan pria itu masih saja memberikannya hadiah aneh. Ya, Bian memang sudah satu bulan pergi dan setiap seminggu sekali pria itu akan mengirimkan apapun itu untuk Cinta. Ikat rambut, bel untuk sepedanya, jam dinding, dan terakhir ini apron !! Dahi Cinta berkerut karena celemek berwarna pink dengan corak bunga sakura menjadi kado dari Bian kali ini.Ponselnya bergetar saat Cinta mengamati lebih d
Cinta mengusap keringatnya saat dia sudah berada di parkiran untuk motor tempat dimana sepedanya dia parkirkan.Setelah selesai mengurus pembuatan ulang passpor seperti yang diperintahkan Brian kepadanya, Cinta diberikan ijin cuti hari ini untuk mengurus keperluannya itu.Saat Cinta ingin pergi dia mendengar nama Bian disebutkan."Serius kakak loe pernah hampir nikah sama Bian Jayker yang ganteng itu?""Iya, sayangnya sekarang dia cacat jadi kakak gue gak direstuin bokap buat tetap nikah sama kak Bian. Padahal mereka saling mencintai, bahkan sampai sekarang kakak gue masih menyimpan perasaan itu."Seorang wanita remaja yang dilihat Cinta sedang berbicara didekat pos security sambil menunjukan majalah bisnis yang sepertinya ada foto Bian."Ya kalau gue jadi bokap loe juga gue bakal larang kakak loe buat nikah sama Bian Jayker ini.""Ya kan cinta gak bisa dipaksain
Jakarta 02.30 wib"Cinta....," teriak Ibu memanggil nama nya. Namun Cinta tidak mau menoleh sedikitpun. Dia sedang merajuk kepada Ayah dan Ibunya.Pasalnya sepele, karna Ibu dan Ayahnya menolak keinginannya untuk menjalin hubungan dengan Pria yang dia suka."Cinta apa kamu lebih pilih Pria itu daripada Ibu dan Ayah?" Cinta diam lalu berbalik.Bukan! Bukan ini yang dia maksud, dia ingin kedua orangtuanya melihat dulu bagaimana Pria yang dia suka itu.Dandy_Pria yang dia sukai itu benar-benar menjaga dan juga mencintainya."Cinta dengarkan Ibu dan Ayah Cinta." Tidak sedikitpun hati Cinta goyah mendengar dan melihat bagaimana airmata dan rasa sedih Ibunya. Dia hanya memikirkan hubungannya dan Dandy."Jika kamu ingin pergi dengan Pria itu kamu tidak perlu menganggap kami orangtua mu lagi." Ucapan Ayah nya membuat C
Berlin Pagi HariCinta mengeratkan mantel yang dia pakai, dia melihat matahari untuk pertama kalinya di Berlin, Jerman. Brian tersenyum menatapnya lalu dengan cepat mengambil foto Brian dengan ponselnya.Jet Pribadi milik keluarga Jayker pagi ini tiba di Bandara Flughafen,Berlin Schonefeld.Oma dan Opa berjalan sambil beriringan, Cinta yang masih saja canggung bertemu dua orang penting di keluarga Jayker itu tersenyum menatap mereka.Brian terlihat menelpon seseorang dan Pria itu sangat bahagia sepertinya. Cinta kembali mengedarkan pandangannya masih sambil berjalan menuju luar gedung Bandara megah itu.Setelah diluar gedung seorang Pria mendekati Oma yang ternyata adalah Banu, dia tersenyum saat Banu menyapanya lewat senyuman tampan Pria itu. Banu membantu Oma naik kemobil yang sudah menunggu mereka, sementara Oma dan Opa berada dimobil yang lebih dulu melaju, Brian dan Banu bersama Cinta berada dimobil sa
Please....hargailah karya yang tak seberapa dari saya ini dengan apresiasi kalian lewat Vote dan Koment.Selamat hari sabtu dan malam minggu my all dear readers....🥰Bian bangun dengan semangat pagi ini karena saat dia membuka dihadapannya dia melihat mata indah milik Cinta, sungguh pagi yang indah.Cinta memberikannya air putih lalu Bian bangun dari posisinya. Jika kalian bertanya diamana Cinta tidur, maka jawabannya adalah mereka tidur dikasur yang sama namun tanpa melakukan hal lainnya, selain ciuman. "Mas mau mandi atau sarapan terlebih dahulu?" Bian mendekatkan tubuh Cinta dan mencium keningnya. "Kau cantik." Cinta tersenyum dan mencubit gemas pipi Bian. "Ayo aku bantu, Mas pasti mau ke kamar mandi kan?" Bian mengangguk lalu Cinta memegang kedua lengan Bian agar Pria itu bisa sampai di kursi rodanya. "Kamu tidak ingin mandi bersama ku?" "No!!" Jawab
Cinta mendorong kursi roda Bian disepanjang jalan menuju ke ruangan Bian. Sepertinya Bian sangat lelah dengan semua rutinitasnya pagi hingga siang ini, meski Cinta melihat mata elang yang dia sukai itu mencoba menutupi semuanya. Tapi Cinta tahu, Bian sangat lelah. Oma dan Opa memutuskan kembali ke hotel sementara Banu dan Cinta tetap berada di rumah sakit menemani Bian. "Kita jam berapa pergi ljalan-jalan?" Cinta menatap Bian lalu menggelengkan kepalanya. "Kamu istirahat saja dulu Mas. Setelah itu baru kita jalan-jalan." Banu setuju dengan usul Cinta, namun sepertinya Bian tidak setuju."Tidak apa-apa. Aku baik-baik saja preety." Cinta sepertinya harus memaksa Bian pikirnya. "Mas, bisakah sesekali Mas mendengarkan apa yang aku mau." Bian dan Banu melihat Cinta yang sepertinya merajuk. "Ya sudah jangan cemberut. Baiklah aku akan istirahat dua jam lalu kita pergi oke?" Cinta setuju lalu dia memeluk Bian dari belakang dan mencium pipi kekasihnya itu. "Hemmm...jadi jaga
Seorang Pria sedang berdiri menatap rumah sederhana yang ditempati wanita yang begitu dia cintai. Dandy__mantan kekasih Cinta yang meninggalkan Indonesia bertahun-tahun lalu untuk melanjutkan study nya di Harvard. Kini Pria itu sudah kembali dengan meniti karir menjadi seorang karyawan di perusahaan tekhnologi Jepang yang berada di Indonesia. Dandy tentu mencari wanita yang dia cintai itu, namun sepertinya Cinta sudah tidak lagi tinggal dirumahnya.Mungkin setelah meninggalnya kedua orang tua Cinta, wanita itu pergi. Begitu pemikirannya. Namun mengingat dia melihat sosok Cinta secara tiba-tiba waktu itu, bukankah berarti Cinta berada di Indonesia? Dandy sudah seminggu lebih hanya datang setiap pagi, sore hari ataupun malam. Tetap saja Cinta tidak pernah ada dirumahnya. Seminggu lagi dia juga harus pindah ke kantor cabang yang berada di Kalimantan. Akan susah untuk dirinya mencari keberadaan Cinta. "Cinta, kamu dimana?" Lirihnya pada diri sendiri.