Bian masuk kedalam rumah mewah yang ditinggali olehnya dan juga kedua orangtuanya. Ah dan sepasang suami istri yang juga begitu Bian sayang, yaitu oma dan opa nya. Bian menggerakkan kursi roda agar bisa berjalan memasuki ruang utama rumah megah berwarna kuning gading itu.
Mata nya melihat diluar ada mobil tante Bianca dan om Yash yang tak lain adalah adik dari ayahnya. Tante Bianca anak nomor dua dan dia adalah ibu dari Banu dan Bella.
"Hai Bian, kamu ternyata sudah pulang dari kantor." tante nya mulai memeluk dia dengan sayang.
"Tante dan om sudah lama datang?" Tante Bianca hanya mengangguk dan dia berjalan disamping Bian yang juga menuju ruang keluarga. Oma dan opa terlihat ada disana sedang menikmati pisang goreng buatan Mama nya.
"Kamu sudah pulang Bian?" Oma nya menyentuh pundak Bian dengan tatapan bangga.
"Bian, kapan kamu bawa calon kamu itu?" Bian mengernyit mendengar pertanyaan tante Bianca, sontak oma dan opa melihat kearah tante nya itu. Begitu juga kedua orangtua nya, Om Yash bahkan melotot tak percaya dengan ucapan istrinya itu.
"Maksud tante calon apa?"
"Sekertaris atau apa?" Bian mencoba memperjelas maksud tante__nya itu. Tapi dia yakin pasti Brian si ember bocor sudah mengatakan kepada tante mereka ini. Padahal baru juga pagi tadi dia tahu sorenya malah tante Bianca sudah tahu. Dan pasti sebentar lagi semua keluarga besarnya akan tahu.
"Aduh Bian jangan pura-pura gak tau deh. Brian bilang kamu tadi pagi naksir sama karyawan kantor kamu. Trus kata Brian juga wanita itu cantik." Benarkan dugaan Bian, dia mencoba tersenyum padahal dia merasa malu saat ini.
"Tante seperti tidak tahu Brian saja, dia paling cuma mau bercanda bilang aku seperti itu. Ya sudah aku masuk kekamar dulu ya tante." Bian kembali menggerakkan kursi rodanya dan mulai masuk kekamar.
Didalam kamar Bian menatap langit kamarnya dan berusaha turun dari kursi roda menuju tempat tidurnya dengan perlahan. Menjadi lumpuh selama lima tahun membuatnya terbiasa dengan setiap rutinitasnya. Bian melonggarkan kerah kemeja nya yang sudah tidak memakai jas lagi karena saat di mobil dia sudah membukanya.
Wajah Cinta yang kesal karena perkataan terakhir dirinya tadi kepada wanita itu membuat Bian tersenyum sendiri.
"Andai saja aku sempurna, pasti akan mudah bagiku mengatakan aku menyukaimu love." Sebenarnya Bian sudah beberapa kali melihat Cinta.
Dari mulai tidak sengaja melihat wanita itu yang sedang mengayuh sepeda, dan bersebelahan saat dilampu merah, juga saat mobilnya melewati taman Kota dia juga melihat Cinta yang sedang memakan bakso pinggir jalan sendirian dengan wajah yang terlihat semangat sekali memakan bakso saat itu. Dan terakhir dia melihat wajah wanita yang selalu membuatnya tersenyum itu dikantornya.
Lamunan Bian tentang cinta buyar saat pintu kamarnya diketuk. Bian hampir saja mengumpat karena kesal, dan dia menggerutu. "Bian ini Mama, ayo buka pintu. Ada yang cari kamu nih." Bian sangat hapal siapa yang datang. Siapa lagi kalau bukan Bella. Dia sudah hapal tabiat semua adik sepupunya itu.
Bian mengambil remot kunci didekat lampu tidurnya. Dan setelah menekan tombol itu akhirnya pintu terbuka memperlihatkan wajah Cinta disana, bukan Bella.
Hampir saja Bian jatuh dari tempat tidurnya saat melihat Cinta. Bagaimana wanita itu bisa ada dirumahnya? Pertanyaan demi pertanyaan menyerang dirinya sendiri.
"Bian, ini ada wanita cantik mau ketemu kamu masa gak kamu tegur sih atau suruh masuk gitu." Mamanya mulai mengomel tapi tetap memasang senyumnya. Mama nya ini tidak tahu apa jika Cinta masuk kedalam kamar Bian maka efeknya Bian tidak bisa tidur.
"Eh.. Kamu, kenapa kamu bisa ada dirumah saya?" Bian menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sama sekali. Dia melihat wajah heran Cinta yang melihat adanya kursi roda didekat tempat tidurnya. Pasti wanita ini bertanya-tanya pikir Bian. "Ada apa kamu kesini? Saya rasa kita tidak kenal dekat." Nada dingin Bian mulai keluar, dia tahu setelah ini Cinta pasti akan menjauhinya. Karena wanita itu tahu kalau ternyata pria tampan dihadapannya ini adalah Pria cacat.
"Eh.. anu.. Pak.. Maaf. Saya disuruh ibu Martha mengantar berkas ini untuk bapak sekarang juga. Katanya berkas ini penting, Pak Brian wakil anda sendiri yang menelpon nya dan meminta saya mengantarkan berkas ini segera." Bian menggeram ternyata ini ulah Brian, dia sengaja mendatangkan Cinta kerumahnya. Dasar adik sialan.
"Ya sudah letakan saja disini." Bian menepuk tempat tidurnya. Cinta meletakkan berkas itu dan dia berdiri menatap Bian. Rambut kuncir kuda, dan wanita didepan Bian itu hanya memakai sweater dan celana training. Gaya pakaian yang sangat aneh disore hari menjelang malam seperti ini.
"Kamu mau apa lagi?" Cinta yang juga melamun melihat wajah Bian langsung kaget mendengar suara Bian. "Ah.. Tidak ada Pak. Selamat sore Pak." Bian menjawabnya dengan dehaman saja. Cinta sudah berbalik badan tapi kemudian melihat lagi kearah Bian, membuat Bian kembali terkejut.
"Pak, bapak sakit ya?" Bian tidak mengerti kenapa Cinta bertanya seperti itu.
"Kalau bapak sakit, bapak lebih baik istirahat saja. Jangan memaksa kerja." dan Bian tahu kenapa Cinta mengatakan hal itu. Dia pasti mengira kursi roda dikamarnya itu ada karena dia sakit.
"Jangan sok tau. Kamu dan saya hanya atasan dan bawahan. Jangan sok dekat dengan saya." Wajah Cinta terlihat murung dan dia mengangguk mengerti.
"Jika sudah tidak ada kepentingan silahkan keluar dari kamar saya." Cinta keluar dengan rasa sakit hati dan juga penyesalan karena mulutnya tidak bisa dia kontrol. Dia berjanji mulai saat ini, dia harus menjauhi Bapak Bian Anugrah Jayker. Pria itu terlihat ramah padanya, dan baru juga tadi sore dia melihat Bian sedang mengganggunya tapi sekarang dia tahu dan sadar diri siapa dirinya.
Mana mungkin juga Bian akan menyukainya meski pria itu pernah terus menatapnya dan tersenyum kepadanya. Dia hanya kepedean saja.
Sedang didalam kamar Bian merasa dia akan kacau setelah ini.
Entah kenapa dia benci melihat tatapan kasihan dan iba dari Cinta untuknya.
Semua ini gara-gara Brian. Apa maksudnya menyuruh Cinta datang kerumahnya.
Jika orang mengatakan adanya cinta pandangan pertama maka benar itu ada. Karena aku merasakannya sejak pertama kali aku melihatnya,
Tapi bisakah aku memilikinya dengan kekuranganku ini??
Maukah dia berbagi denganku??
When I met you Love.....
tbc .
Saat itu aku melihat dia pertama kali dengan senyuman yang mampu mematahkan hatiAndai senyuman nya bukan untukuTapi aku sungguh beruntung. Karena senyum itu milikku.Aku mencoba menjauhkan dia dari garis jalankuNamun dia kembali menarik ku dengan hanya menggunakan senyum ituSenyumnya mampu meruntuhkan pertahananku...Andai dia tahu kalau hari ku tanpa nya tidak lah lebih berarti dari apapun di Dunia ini.Bisakah kita berjalan berdampingan bersama?Karena sekarang aku siap dengan kedua kaki ku yang hanya akan melangkah pulang dalam dekapanmu...Ijinkan aku hanya mengucap sumpah pernikahan dengan nama mu yang menjadi mempelainya..Berikan aku kesempatan membuat mu terus bahagia bersama ku, bersama anak-anak kita.Aku bersumpah hanya kamu yang terakhir dan aku tak akan mengulangi lagi kesalahan ku yang pernah meninggalkan mu...Cinta...Will you marry me?Cinta menutup mulut nya saat melihat pohon didepan r
Bian yang dari kantor langsung saja berlari menuju kamar rawat yang dikatakan Bella. Dia membuka gagang pintu itu lalu mendorongnya perlahan. Terlihat Cinta sedang duduk di sebelah brankar dengan memegangi lengan anaknya. Bian merasakan kesedihan Cinta, wajah bayi kecil itu terlihat tenang namun membuat hati Bian sangat sakit. Alat bantu pernapasan masih terpasang dengan impus yang mengalir semakin menambah sakit di dada Bian. Anak sekecil itu harus merasakan ditusuk jarum infus, pasti Dandy tadi menangis dengan kuat. Pikirnya.data-p-id=8684792e4e5e7292f95e233df2ac1630,Bian melihat teman Cinta Renata tertidur di sofa, lalu perlahan tangan Bian menyentuh pundak Cinta. "Pak Bian,"ucap Cinta tekejut. "Ya saya." Bian tersenyum manis. "Kalau kamu mau tidur, tidur saja. Saya akan bantu menjaga Dandy disini." Cinta menggelengkan kepalanya. Dia bertanya-tanya apakah Bian sudah mendengar cerita Bella.data-p-id=77349407c8c03e3e8689fb9cbdf2fc22,"Tidak apa-apa Pak, saya tidak meng
Airmata Cinta tidak bisa dia hentikan, hatinya begitu sakit melihat anaknya terkulai lemas dalam gendongan akibat dirinya yang lalai. Dia berlari tergesa-gesa tanpa memperdulikan kalau dia tidak lagi memakai alas kaki.Rumah sakit adalah tujuan Cinta tanpa memikirkan apapun lagi selain keselamatan anaknya. Untungnya di depan rumah sakit sedang berdiri Bella yang baru saja hendak pulang kerumahnya."Bella...," panggil Cinta yang baru tiba di teras rumah sakit besar. Bella terkejut, dia menatap darah di tangan Cinta dan seorang bayi. "Suster," teriak Bella memanggil petugas rumah sakit."Bella, tolong selamatkan anak ku. Tolong Bella.""Cinta kamu tenang ayo masuk, aku akan mengurus anakmu." Bella langsung masuk kembali ke dalam rumah sakit. Dia buru-buru masuk ke dalam ruang gawat darurat sementara Cinta hanya bisa menunggu diluar ruangan. Satu jam kemudian Bella keluar dari ruangan itu dengan wajah tenang diserati senyuman khas nya. Bella melihat pergelangan tan
Waktu terus berlalu dan Cinta sekarang menjadi ibu yang tangguh. Cinta mulai melanjutkan hidupnya dengan uang yang diberikan oleh pihak perusahaan Dandy serta dia juga memulai memasak karting demi menghidupi dirinya dan si Dandy kecil. Pagi-pagi sebelum Renata pergi kerja dia akan meminta tolong Renata menjaga anaknya sementara dia ke pasar lalu setelah Renata berangkat dia akan memasak dirumah sambil mengurus buah hatinya, setelah itu Cinta akan mengantarkan masakannya kepada orang yang memesan katringnya menggunakan ojek online dengan membawa bayi mungil yang baru berusia dua bulan itu.Cinta sadar kalau uang yang diberikan perusahaan Dandy akan berkurang jika dia memakai nya setiap hari, jadi lebih baik menyimpan uang itu untuk keperluan mendadak saja. Dan setiap harinya Cinta akan melakukan pekerjaanya sebagai tukang karting.Dalam satu hari Cinta bisa mendapatkan orderan dua puluh sampai tiga puluh box, sehingga itu sudah sangat lumayan buatnya dan anaknya. Setiap h
Rintik hujan menyertai kepergian Dandy, airmata dan tetesan air hujan menjadi satu saat ini. Cinta tidak bisa menahan tangisannya saat tubuh Dandy masuk kedalam liang lahat. Dandy dikuburkan tepat di sebelah makam ayah mertuanya, makam yang belum lagi kering itu sudah kembali ramai jadi perbincangan akibat meyusulnya anak semata wayang nya. Banyak orang menatap iba Cinta, dan yang paling ingin berada disebelah Cinta saat ini adalah Bian. Namun saat ini dia hanya bisa mengamati Cinta dari kejauhan, jika memang wanita itu hilang ingatan maka semua kenangan indah mereka tidak diingat oleh Cinta. Bian menebak kalau Cinta hilang ingatan akibat kecelakaan yang baru saja terjadi.Airmata Cinta rasanya ingin sekali Bian hapus. Cinta menangis untuk kepergian suami yang sangat dia sayangi. Bian menghembuskan napas kasar lalu tepukan di bahunya menyadarkan Bian kalau dia ditemani sebagian keluarganya di pemakaman itu. Brian berbisik kepada Bian membuat Bian sangat terkejut.&
Mila berlari ikut membawa brankar dimana terdapat tubuh Cinta yang tidak lagi membuka matanya. Mila menangis karena melihat darah yang keluar dari tubuh Cinta. Disaat yang bersamaan brankar Dandy juga dibawa masuk kedalam ruang operasi.Mila mengurus semua yang perlu dia lakukan disana termasuk menelpon Renata.Dandy bersama Cinta baru saja tiba di Jakarta tiga hari yang lalu karena Ayah Dandy meninggal dunia. Cinta seharusnya tidak ikut karena dia sedang hamil besar namun Cinta memaksa dan hasil periksa Dokter memberikan Cinta ijin menaiki maskapai penerbangan dari Jepang menuju Indonesia.Ditengah lorong rumah sakit berdiri seorang wanita yang melihat Mila menangis seorang diri sebelum akhirnya seorang wanita datang memeluk erat tubuh Mila. Bella penasaran dengan apa yang terjadi, dia baru hari ini kembali masuk bekerja karena baru selesai dari masa cuti panjang mengurus pertunangan Bian dan Viza.Dia berjalan mendekati kedua wanita yang menangis saling menguatka