Share

BAB SEBELAS Do or you will lose me

Aloha, Baby's!

Mr. & Mrs. Player update! 

Find me on: 

@r_quella99

@girlsknight.official 

Jangan lupa Bintang 🌟 kecil+penuhin in-line komentar, ya 👍

🔹🔹🔹

BAB SEBELAS

Do or you will lose me

Arabella menatap dirinya di cermin. Memperhatikan bayangan dirinya sendiri dari pantulan kaca. Riasan natural dengan perpaduan lipstik merah yang terpoles di bibirnya menyempurnakan gaun putih gading yang Arabella pakai. Gaun berbelahan dada lumayan terbuka dengan serat kain tembus pandang yang melekat pada tubuh Arabella makin menambah kesan seksi dari dirinya, menyempurnakan penampilannya.

Arabella membandingkan dirinya yang dulu dengan sekarang, dan inilah dia. Jauh dari kesan dirinya di masa lalu. Dirinya yang sekarang adalah Arabella sang player. Tidak jauh dari kata seksi lengkap dengan sikap nakalnya.

Suara dehaman diikuti langkah seseorang di belakangnya lantas membuat Arabella menoleh dan mendapati ibunya berdiri di sana, di samping ranjangnya. Megan menyunggingkan senyum keibuan yang sejenak menyentak benak Arabella. Rasa bersalah dan kesedihan yang terpancar darinya tidak melunturkan senyum Megan. "Mom...."

"Mom tidak meragukanmu, sayang. Sedikit pun tidak." Megan melebarkan kedua tangan, meminta Arabella menyambut pelukannya. "Kita tahu semua itu masa lalu, melihatmu sampai di titik ini adalah apa yang Mom panjatkan dalam setiap doa."

Arabella memeluk ibunya sambil memaksakan senyum. "I'm okay, Mom."

"Mommy tahu."

Kesedihan menyelimuti mereka. Megan tahu putrinya selalu merasa bersalah tentang kejadian di masa lalu, kejadian yang mungkin sampai saat ini masih menjadi mimpi buruk dari segala kegagalannya dalam sebuah hubungan. Cukup lama mereka saling diam sebelum kemudian bergegas turun begitu mendengar suara Keira yang terdengar samar-samar dari lantai bawah.

Dan benar saja, Keira di sana—menunggunya. Dia menatapnya sambil tersenyum seakan mengatakan 'semuanya akan baik-baik saja'. Dan Arabella tidak dapat menyembunyikan senyumnya—mendengkus geli dan beranjak pergi setelah berpamitan.

Mereka berdua sepakat untuk tidak berpasangan dan sebagai gantinya keduanya akan datang bersamaan. Hanya mereka karena Velove masih di Rusia dan Alessia menolak untuk datang. Alasannya pun sangat klise dan bisa dipastikan kalau dia memang tidak ingin hadir apalagi menyaksikan moment terburuk Arabella untuk kedua kalinya. Dan Arabella pun meyakinkan dirinya kalau ini akan menjadi yang terakhir pertemuan mereka. Tidak ada lain kali.

"Aku sedih, Ara." Keira memberengut. Tampak tidak rela.

"Kenapa?"

"Apa kita ke kelab saja? Aku takut mataku sakit melihat mereka nanti."

Arabella hanya terkekeh, tahu betul kemana arah pembicaraan mereka. Alih-alih menanggapinya, dia lebih tertarik memperhatikan penampilan Keira yang cukup mengagumkan. Riasan yang flawless lengkap dengan gaun mini dressnya melekat indah pada tubuh Keira yang ramping dan proporsional. Di kedua sisi pinggang dan punggungnya terbuka—cukup seksi dengan memperlihatkan keindahan kulitnya. Dan Arabella bahkan baru menyadari kalau warna gaun mereka senada.

Arabella tersenyum, menyeringai. "Aku tidak tahu kalau kau cukup sempurna untuk menandingiku, Babe."

"Bajingan itu perlu tahu kalau kita lebih bernilai tinggi dibanding dengan selingkuhannya, Ara." Keira mencebik, tidak senang. "Kau dan dia ibarat pecahan kaca dan berlian. Sama-sama berkilau ketika terkena cahaya tetapi nilai kalian jelas berbeda. Kau tahu maksudku, bukan?" katanya sambil mengerling.

Arabella menarik bibir, menyunggingkan senyum kecil. Dia tahu Keira tengah berusaha menyemangatinya, membuatnya harus melihat dengan tatapan yang berbeda dan lebih percaya diri.

"Dia dengan mudah mengganti sepatu ketika menemukan sepatu yang lebih pas karena dia menganggap dirinya sebagai kaki." kata Keira lagi.

"Tetapi berbeda ketika menganggap wanita sebagai mahkota. Yang diletakkan di atas kepala, ia jaga dan ia hormati segenap hati dan tidak akan dia ganti karena dia menganggap dirinya raja." sambung Arabella sambil tersenyum. Mereka saling menatap lalu tertawa geli dengan pengibaratan yang mereka ucapkan.

Terdengar realistis meski tidak sepenuhnya.

Tidak butuh waktu lama untuk sampai di tempat acara. Mereka turun dari mobil dan begitu menginjakkan kaki di sana, kedatangan mereka cukup menyita perhatian. Keduanya tidak peduli tidak juga mempermasalahkan hal itu. Dan dengan langkah anggun keduanya memasuki ballroom tanpa memedulikan orang-orang di sekitarnya.

"Well, not bad." gumam Arabella yang masih Keira dengar.

"Because they are bad. Not us." kekehnya penuh percaya diri.

Mereka saling melirik lalu terkekeh geli. Tampak menikmati percakapan mereka yang saling mengelu-elukan keindahan diri mereka sendiri.

Mereka bahkan tidak tahu perbincangan semacam apa ini.

Tatapan Arabella mengedar, memperhatikan sekeliling dan tidak banyak menemukan seseorang yang dikenalnya. Mereka sibuk menikmati pesta sambil sesekali mengomentari segala hal yang ada di sana. Tidak perlu repot-repot menyapa sang pengantin karena itu sangat tidak perlu.

Hingga, Keira mendengkuskan napas begitu mendapati Liana menghampiri meja mereka. Menyadari perubahan gestur tubuh Keira, Arabella mengangkat satu alisnya, mengikuti arah pandangan Keira. Tepat Ketika dirinya menoleh, Liana di sana. Berdiri di belakangnya sambil berbisik pada Carl yang kemudian mengalihkan atensi pada meja mereka.

Sontak Arabella membuang muka, meraih gelas di meja kemudian meminum isinya perlahan, tampak santai meski sebelah tangannya mengepal.

Seharusnya sudah tidak apa-apa, kan? Lalu, kenapa?

"Senang melihatmu hadir, Ara." sapa Liana menyunggingkan senyum, tatapannya terlihat mengejek sambil jemarinya membenarkan letak cincin pernikahannya.

Keira menatap mereka bosan, tidak tertarik. "Kenapa? Apa kau merasa tidak tenang dengan kehadiran kami?" kekehnya sambil tersenyum. Kemudian tatapan Keira jatuh pada Liana dan Carl sepenuhnya, menatapnya mereka bergantian—memperhatikannya dari atas sampai bawah lalu naik lagi dan mencebik. "Inilah gambaran pecundang yang pernah kau tangisi, Ara? Aku kasihan dengan air matamu yang terbuang sia-sia untuk sampah seperti mereka."

Tatapan Arabella tampak merendahkan sambil sesekali ujung telunjuknya memainkan pinggiran gelas. Terlihat santai meski sebenarnya satu tangannya yang lain masih mengepal di bawah meja. "Bukankah mereka cocok, Kei?"

"Tentu saja. Pengkhianat dan penggoda bukankah memang pasangan yang saling melengkapi? Sampah bertemu sampah kemudian di daur ulang adalah kombinasi bagus, Ara." kekehnya. "Well, meski terlihat indah namun mereka tetap berasal dari sampah."

Keduanya saling melirik. Keira mengerling ke arahnya yang di balas kekehan geli Arabella.

"Keira!" sentak Liana yang membuat mereka menjadi pusat perhatian. Liana tersenyum bersalah ke arah tamu-tamunya dan kembali menatap Keira penuh permusuhan. "Aku mengundangmu bukan untuk menghina pernikahan kami. Jaga ucapanmu, Kei."

"Ucapanku yang mana?" Keira lagi-lagi menatapnya santai, lalu dia menoleh pada Arabella dan bertanya, "apa aku mengatakan hal salah, Ara?" tanyanya tanpa dosa.

Arabella tersenyum cantik. "Satu-satunya orang yang salah di sini adalah mereka. Jangan dengarkan seorang yang terlalu pakai hati. Okay, Babe?" kerlingnya.

Belum sempat menjawab, suara Carl menginterupsi mereka. "I'm so sorry, Ara. Untuk semuanya. Kami tidak berniat menyakitimu."

"Tidak berniat tapi kalian sudah melakukannya. Munafik." sahut Keira meremehkan.

Liana menyentuh gelas Arabella hingga jemarinya bersinggungan dengan ibu jarinya. Berniat menggertak sementara tatapannya menajam—mengunci tatapan Arabella. "Kau—"

"Cantik? Well, tentu saja." potong Arabella menghentikan perkataan Liana. Arabella kemudian mengambil tissue dan mengelap jarinya yang bersentuhan dengan Liana. "Jangan menyentuhku. Di mana aku bisa menemukan bunga tujuh rupa untuk mandi nanti." gumamnya mengejek.

Wajah Liana memerah, menahan emosi. Melihat itu Carl mencoba menenangkannya. Mengatakan pada Liana mereka tidak boleh menarik perhatian tamu di acara mereka sendiri.

"Uwaw, manisnya...."

Perkataan Keira disambut delikan tajam Carl. Dia memperhatikan mereka berdua sekaligus memberinya peringatan. "Aku tahu kami salah. Tapi bisakah kalian menghargainya? Dia istriku."

"Ah, jadi berapa harganya istrimu itu?"

Geraman marah terdengar dari keduanya tetapi Keira sama sekali tidak peduli.

"Bagaimana pun dia pernah menjadi teman kalian."

Arabella menarik senyum, menyeringai. "Teman? Benda jenis apa itu?"

"Ara ... Kami minta maaf. Kumohon jangan perlakukan Liana seperti ini lagi."

Arabella mendengkus geli, tampak menikmati perubahan wajah mereka. "Perlakukan seperti apa?"

"Dan kau pikir sebuah maaf bisa mengembalikan keadaan? Kalau ada gunanya minta maaf lalu untuk apa ada hukum dan polisi?" sambung Keira. "Seharusnya kau tahu konsekuensi dari setiap tindakanmu, Carl. Dan kau menemukan jawabannya." lalu, ia mengajak Arabella pergi dari sana tanpa menoleh lagi.

Sudah cukup. Semuanya selesai.

Sampai di mobil Arabella mengembuskan napas panjangnya. Menarik napas lagi lalu membuangnya perlahan. Terus begitu hingga dirinya merasa tenang. Ia tidak boleh menangis lagi. Tidak boleh.

"Ara, silakan menangis kalau kau ingin. Hanya malam ini aku mengizinkanmu menangisinya. Tidak ada lain kali." ucapan Keira sontak membuat setitik air matanya lolos tanpa bisa Arabella cegah.

Arabella benci situasi ini. Tidak. Semuanya sudah berakhir dan dirinya pun bukan lagi gadis penyayang seperti dulu.

Benar, dia Arabella Alison.

Secepat air matanya lolos secepat itu pula Arabella menghapusnya dan meminta Keira untuk mengantarkannya ke kelab. Arabella butuh minum. Kalau perlu sampai mabuk seperti yang sudah-sudah.

Ketika mereka sampai di kelab, Arabella menahan Keira yang berniat turun. Memintanya untuk memberikannya waktu melalui tatapan matanya. Keira cukup paham, dia menyadari kerapuhan Arabella dan dia tahu Arabella butuh waktu untuk sendiri. Tetapi tetap saja...

"Please ...."

Keira mengangguk pasrah, membiarkan Arabella turun tanpa mengikutinya. Tatapannya menajam—memperhatikan punggung Arabella yang mulai menjauh hingga hilang di balik pintu masuk. Dia bukan membiarkan Arabella, tetapi dia paham kalau Arabella membutuhkan waktu sendiri. Dan hal yang bisa dilakukannya saat ini adalah pulang dan memberinya kebebasan.

Di sana Arabella sudah termenung dengan pemikirannya di temani satu botol wishkey. Ingatannya berkelana, serpihan-serpihan kenangan di mana ketika dirinya hancur dua tahun lalu tiba-tiba menguar begitu saja tanpa dapat Arabella cegah dan malam ini, ia kembali hancur oleh lelaki yang sama.

Bukankah dia sangat menyedihkan?

Kenapa masih sesakit ini? Apa karena Carl terlalu melekat di hatinya dan pernah membuatnya menjadi wanita bodoh?

Ah, kalau begitu haruskah dia mengulang kebodohan itu lagi, seakan menghapus ingatan itu dengan orang lain?

Kepala Arabella pening. Dia telah menghabiskan satu botol whiskeynya tetapi rasanya masih belum cukup. Arabella mengembuskan napas panjang dan mencebik ketika dua orang lelaki menghampirinya. Arabella sudah mencoba menolak bahkan berkali-kali menyingkirkan tangan-tangan nakal itu darinya.

Nihil. Arabella terlalu pusing untuk meladeni mereka. Hingga, sebuah lengan melingkar di pinggangnya—merengkuhnya posesif. Arabella melirik lelaki tinggi di sampingnya sebelum lelaki itu bergerak menggendongnya di depan. Arabella hanya menurut saja apalagi begitu dia melihat dari balik tubuh lelaki yang menggendongnya, beberapa pria bersetelan hitam terlihat memukuli dua pria yang menggodanya tadi. Well, rasakan itu.

Sampai di mobil, di tengah-tengah rasa pening yang menderanya Arabella mencoba melihat siapa laki-laki yang baru saja menyelamatkannya dan dia sempat terkejut begitu menyadari Keenan lagi-lagi ada di saat ketika dirinya kacau seperti ini. "Ken...." panggil Arabella dengan suara parau. Menahan tangis.

Keenan meraih Arabella ke dalam pelukan sambil mengelusi sisi kepalanya lembut. "Menangislah," katanya lembut.

Nada suara Keenan sejenak menggetarkan Arabella. Ia menggeleng dalam pelukan Keenan dan berusaha meyakinkan diri. Tarikan di ujung sisi kedua jaket Keenan menjadi jawaban atas apa yang tengah Arabella coba perlihatkan. Tidak lagi...

"Ara ... It's okay."

"Tidak, Ken." lalu, Arabella menengadah—menatap Keenan yang juga menatapnya. "Cium aku." pintanya.

Sebelah alis Keenan terangkat. Meski dia mendengar dengan jelas tetapi Keenan masih menunggu kelanjutannya dan di saat yang bersamaan dia terkejut begitu Arabella malah bergerak lebih dulu. "Baiklah, biar aku saja." gumamnya menempelkan bibir mereka. Menciumnya keras dan menggebu. Keenan berusaha menghentikannya tetapi pagutan Arabella tidak memberinya waktu berpikir. Dia tahu apa yang diinginkan Arabella begitu juga dirinya sendiri.

Cukup lama mereka berciuman hingga mobil yang membawa mereka berhenti. Arabella menunduk, menyandarkan kening ke pundak Keenan hingga helaan napas pendek-pendeknya menerpa lehernya yang kokoh.

Keenan kembali menggendong Arabella memasuki penthouse miliknya yang cukup mewah dan membawanya ke kamar pribadinya. Menidurkan Arabella di sana dan mulai melepaskan sepatunya lalu menyelimutinya. Tetapi begitu Keenan berniat pergi, Arabella menahannya—meraih kerah jaketnya hingga wajahnya berada tepat di depan wajah Arabella yang memerah.

"Bawa aku ke ranjang atau kau akan kehilanganku selamanya."

Hening. Tatapan Keenan berpendar, dia menatap Arabella lekat-lekat. Menyelami matanya—berusaha mencari keraguan dari mata birunya tetapi yang dia dapat malah sebaliknya. "Ara, kau mabuk."

Arabella menggeleng tegas. "Aku masih sadar." sergahnya kembali mencium Keenan. Hanya kecupan tetapi setelahnya Arabella kembali berbisik. "Lakukan atau kau akan benar-benar kehilanganku,"

HOPE YOU LIKE! 

Aku berusaha memberikan yang terbaik untuk kalian, mohon untuk selalu support aku terus. Dengan cara like, coment and follow Ya!

Biar makin greget .. Ajak juga teman-temanmu, saudara, pacar, tetangga, kenalan atau bahkan mantanmu untuk baca babang Ken dan qaqa Ara. Sekalian juga kalian bisa share ke w*, i* story, F******k, Twitter ataupun postingan kalian yang lain. Ajak mereka join bareng kamu disini!

Sebelumnya Aku ucapkan terima kasih sangat atas partisipasi dan keikhlasan klean klean klean semua. 

TANGKYUUU and LOVE U Baby's

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status