Share

PROLOG

Dua tahun lalu...

Sebuah kantong plastik terlepas jatuh dari genggaman seorang perempuan bermanik biru diambang pintu. Beberapa jenis obat-obatan di dalamnya terpental berserakan—menimbulkan suara— hingga kedua orang di atas ranjang yang ada di sana serentak menoleh ke arahnya.

Tubuh perempuan itu mendadak kaku begitu mendapati siaran live tidak terduga dari sahabat sekaligus kekasihnya. Ah, tidak ... kata sahabat dan kekasih terlalu berarti untuk sampah seperti sepasang manusia tidak tahu malu seperti mereka.

“Arabella....”

Perempuan yang dipanggil Arabella itu berkedip dua kali, masih terjebak di antara percaya dan tidak. Sayangnya, seringai penuh cemohan wanita di atas tubuh Carl Walter mengembalikan kesadaran Arabella.

Semua ini nyata.

Mereka ... mengkhianatinya.

“Ara, aku—’’

“Don`t call my name with your foul mounth,” sela Arabella tajam. “Terima kasih sudah membuka mataku.”

Arabella menarik ujung bibirnya, tersenyum kosong sambil menatap mereka bergantian. “Kini, aku baru benar-benar percaya tentang kiasan `lebih baik memunggut anak anjing di jalanan daripada memelihara seseorang yang tidak tahu caranya menjadi manusia.`” katanya dengan suara rendah, penuh ketegasan sekaligus amarah yang tergabung menjadi satu. Menarik kakinya mundur dan pergi dari sana.

Panggilan demi panggilan Arabella hiraukan.

Telinganya seakan tuli, bahkan ... kalau pun Arabella bisa memilih, lebih baik tidak bisa melihat daripada menyaksikan awal kehancurannya. Kekecewaanya.

Semua omong kosong ini, mengapa harus berakhir dengan sangat tidak elegan?

Sampah.

Selama ini ia dikelilingi dua sampah busuk dan dia baru menyadari semua ini sekarang? Betapa bodoh dirinya...

Arabella menengadah, mencoba sekuat tenaga untuk tidak menangis, padahal tanpa ia sadari air bening telah membasahi pipinya.

Sesak.

Mengapa rasanya begitu menyakitkan?

Arabella seolah tidak bisa lagi menjelaskan dengan kata-kata.

Dadanya serasa ditikam, sesak, sangat sakit.

Udara malam yang dingin menyapa kulit Arabella. Kedua telapak kakinya berdenyut ketika ia memilih melepas sepatunya dan berjalan tanpa arah di pinggiran jalan dengan penampilan yang cukup menyedihkan.

Pikiran Arabella kalut. Hatinya sakit dan kepercayaannya hancur oleh dua orang yang pernah ia yakini tidak akan menyakitinya, tetapi kenyataan berkata lain ... Mereka berdua mengkhianatinya. Menyakitinya tanpa belas kasih.

Kenyataan ini bagai tamparan keras untuknya.

Tuhan seakan baru saja mematahkan semua pikiran positifnya.

Menghapus ke-naifannya.

Mencintai dan memercayai memiliki ujung pisau yang sama. Ketika ujung pisau itu menusukmu, rasanya sudah seperti mati rasa. Arabella bahkan belum bisa membedakan antara dia seharusnya marah atau bersyukur atas peristiwa yang Tuhan perlihatkan padanya.

Dan untuk yang ke-sekian kalinya, Arabella berbisik pada dirinya sendiri. Mengapa harus Liana Jayne? Sekretaris yang sudah ia anggap teman baik selain Girls knight.

Ini keterlaluan.

Jemari lentik Arabella tidak ada henti mengusap pipinya yang basah. Arabella merasa dia tidak seharusnya menangisi pengkhianat seperti mereka, tapi, apalah daya kalau bahkan ia sendiri tidak bisa mengontrol perasaannya sendiri.

Fakta ini benar-benar menyakitinya. Membuatnya linglung untuk beberapa lama dan terus berjalan tanpa arah tujuan. Bahkan, ia tidak memedulikan banyak kendaraan yang berlalu-lalang mau pun oang-orang yang menatapnya dengan tatapan aneh sekaligus kasihan.

Bagaimana caranya untuk menghentikan semua kesakitan ini? Arabella bertanya-tanya pada dirinya sendiri, termenung dan berdiskusi tanpa mendapat jawaban berarti.

Satu hal, tidak ada yang bisa menghapus rasa sakit selain kehilangan kesadaran. Satu cara yang cukup ampuh untuk mengurangi keterkejutan hatinya adalah bersenang-senang.

Mabuk. Hanya itu solusi satu-satunya yang terlintas dalam pikiran Arabella. Dan terlepas dari bahaya apa yang tengah menanti, Arabella menyiapkan diri menantang semuan kegelisahan dan benar-benar memutuskan untuk pergi.

Arabella menarik napas dalam-dalam, menguatkan hatinya dan bertekad untuk melupakan semua omong kosong ini. Dengan kaki gemetar Arabella kembali memakai sepatunya, mengusap bersih pipinya yang basah dan mulai membenahi penampilannya.

Bajingan seperti Carl Walter tidak pantas mendapat air mata darinya.

Selesai.

Kali ini, segalanya benar-benar telah usai.

Tidak ada lagi cinta.

Tidak ada lagi percaya.

Segala hal menjadi lebih hitam dalam kenyataan, tenggelam dalam kegelapan dan membeku di tengah dinginnya hingar-bingar kehidupan. Mendadak, semuanya menjadi lebih menyedihkan sekaligus menguatkan.

Hatinya hancur tetapi terpaksa harus menguatkan mental.

Buruk. Benar-benar buruk.

Kalau kesetiaannya selama ini tidak bisa membuat lelaki yang dicintainya menetap, maka sudah seharusnya dirinya bisa menjadi lebih bebas.

Persetan.

L'After Club, Nyon—Switzerland | At 10 : 54 PM.

Arabella menatap kelab malam di depannya dengan pandangan baru. Hatinya tengah di rundung keraguan, namun semaksimal mungkin Arabella memilih mempertahankan pendirian.

Dengan satu gerakan mulus Arabella berhasil memasang kacamata hitam guna menutupi matanya yang sembab. Usai membenahi penampilannya yang cukup berantakan, Arabella sudah siap untuk lepas. Beruntunglah dia karena dapat menggunakan make up dengan benar hingga menyelamatkan wajahnya meski poin penampilan masih jauh dari kata baik.

Arabella menyeret kedua kaki jenjangnya memasuki kelab. Dengan langkah anggun dan penuh pesona yang tampak dari rasa percaya dirinya, membuat Arabella menjadi lebih berani. Arabella sudah tidak memerlukan apa pun, karena yang dia inginkan adalah lepas. Bebas dari semua hal buruk yang baru saja datang padanya. Dengan senyum kosong di bibirnya, Arabella menggumam penuh janji. "Let's have fun...."

Ujung jari telunjuk Arabella menurunkan sedikit kaca mata hinga sejajar dengan hidungnya hanya untuk mengamati keadaan sekitar. Tanpa memedulikan semua yang ada di sana; orang-orang, musik, bahkan pria-pria yang terang-terangan menatapnya, Arabella berlalu ke meja bar dan berkata pada bartender untuk menyajikan minuman dengan kadar alkohol tinggi untuknya. Arabella butuh mabuk. Dia hanya ingin melupakan apa yang baru saja ia lihat dan membuktikan dirinya masih baik-baik saja tanpa pengkhianat seperti mereka.

Bersenang-senang, bebas dan lepas.

Semua ini akan berlalu...

Dengan tanpa hadirnya mereka dihidupnya, seharusnya itu menjadi kabar bagus. Karena setelah ini Arabella tidak perlu sembunyi-sembunyi lagi ketika melakukan tugas bersama Girls knight. Ia juga tidak harus menerima ocehan panjang setiap kali pulang dengan tubuh yang luka.

Ya ... Dia bebas. Mulai dari malam ini hingga seterusnya.

Tidak ada aturan.

Tidak ada pengekangan.

Arabella menenggak isi gelasnya hingga tandas. Meringis begitu rasa panas menjalar tenggorokannya, tetapi Arabella tidak peduli. Saat ini, tidak ada yang lebih menyakitkan dari kenyataan pengkhianatan dua manusia tidak tahu diri macam Carl dan Liana.

Arabella sakit. Tidak, sejujurnya, Arabella bahkan tidak tahu apakah dia benar merasa sakit atau tidak.

Perasaan yang menyelimuti dirinya terlalu sulit untuk dibuat kesimpulan.

Sekali lagi, derai butiran bening kambali memenuhi wajah Arabella. Ia terisak-isak di antara lipatan tangan, berusaha keras menyembunyikan kesedihan di tengah hingar-bingar musik.

Ditemani gelas kelima, Arabella masih menyibukkan diri berdebat dengan hati dan pikirannya. Bahkan, hatinya sendiri tidak memiliki jawaban pasti akan apa yang dirasakannya saat ini. Terlalu rumit untuk fisiknya yang lelah.

"Berengsek! Kau kira aku tidak bisa sepertimu, bajingan?! Aku bisa...." racauan tidak jelas Arabella menjadi jawaban kalau kali ini, perempuan itu benar-benar telah mabuk. Di tengah kesadarannya yang mulai menipis, Arabella kembali menenggak habis isi gelasnya.

Persetan dengan keselamatan, karena faktanya sakit hatinya tidak bisa lagi diselamatkan.

“Aku Arabella Alison dan kau berani menyakitimu. Cari mati, ya!” ia terkekeh, menumpukan kepala di atas gelas kosongnya. “Aku bisa lebih liar darimu, asal kau tahu....” racaunya.

Pusing. Dengan tingkat kesadaran rendah Arabella menidurkan kepala di antara lipatan tangannya, mengangguk-angguk pelan mengikuti irama alunan musik yang memenuhi ruangan, menggema penuh hentakkan seolah mengundangnya untuk menari. Sayangnya, lelah hati dan fisiknya mendukung Arabella untuk tidak melakukan apa yang ingin perempuan itu lakukan.

Arabella tidak sekuat itu.

Ia butuh sesuatu ... Ah, tidak ... dia membutuhkan seseorang. Hanya untuk sekedar melampiaskan kekecewaan sekaligus memadamkan kobaran api dalam dirinya.

Arabella marah, frustrasi dan lelah.

Kegelisahan mengambil alih dirinya.

Pertanyaannya, mengapa? Mengapa kenyataan begitu kejam padanya? Dia sudah berusaha menjadi yang terbaik. Namun, lagi-lagi usahanya dipatahkan.

Kenapa...

"Dasar bajingan tak tahu diri!" teriak Arabella dengan suara lemah. Seakan ingin menangis. "Shit!" Arabella mengerang begitu gelas minumannya sudah tergeletak kosong. Arabella kembali memesan—kali ini dia memesan sebotol wishkey. Namun, begitu ia berniat meminum langsung dari botolnya, seseorang lebih dulu mengambil alih dan menjauhkannya dari jangkauan.

"Mabuk tidak memberi solusi, Baby." suara serak nan seksi itu mengalun di telinga Arabella. Untuk sejenak, Arabella sempat tertegun, menikmati bagaimana suara berat itu menariknya dari kelinglungan. Dan begitu ia mengangkat wajah, pandangannya tanpa sengaja bersitatap dengan lelaki asing yang tengah menatapnya terang-terangan.

"Bukan urusanmu." Gumamnya ketus. Arabella berdecak kesal ketika lelaki asing itu makin menjauhkan botol wishkey yang hampir saja berhasil ia raih. “Kau!”

Pandangan lelaki itu masih sama seperti satu jam yang lalu ketika melihat Arabella yang terlihat aneh memasuki kelab menggunakan kaca mata hitam.

Wajah merah.

Rambut cokelat muda yang mulai kusut.

Pakaian kantor yang tidak beraturan.

Dari hasil pengamatan, hanya ada dua kemungkinan yang terjadi, antara perempuan itu baru saja kehilangan pekerjaan atau tengah patah hati.

Well, apa pun itu jelas saja keduanya memiliki kesamaan yaitu; menyedihkan. Terlepas dari penampilannya yang kacau, perempuan itu tetap terlihat cantik dan tentunya cukup menarik.

Sakit.

Kepala Arabella berdenyut nyeri. Pusing memenuhi dirinya, membuatnya merasa seperti tengah berputar di antara banyaknya orang-orang. Arabella butuh tidur, tetapi dia masih ingin minum. Namun, sepertinya tidak perlu lagi. Tepat ketika Arabella berdiri dari duduknya, tubuhnya limbung—hampir saja jatuh jika saja lengan lelaki asing itu tidak sigap meraih tubuhnya.

Bau maskulin seketika memenuhi indera penciuman Arabella begitu lelaki itu melingkarkan lengan—menahan tubuhnya. Mata biru Arabella berkabut, pusing dan mabuk mendominasi dirinya. Dengan mata sayu, Arabella menengadah—memperhatikan lelaki di depannya sambil mengerjap.

Rambut cokelatnya berkilau di bawah cahaya yang temaram, senada dengan warna matanya yang indah. Belum lagi bibir merahnya yang merekah.

Apakah dia nyata?

Arabella menggeleng pelan, kembali meneliti wajah lelaki yang tampak familiar tetapi Arabella terlalu pusing untuk dapat mengingatnya. Yang Arabella tahu dengan pasti yakni merasakan tubuh kokoh lelaki asing itu yang menempel padanya. Tinggi, kuat dan tampan. Wajah dan penampilannya terlihat sangat sempurna.

"Kau mabuk," kata lelaki asing itu.

Arabella menggeleng. Tersenyum dengan dahi berkerut merasakan pening kembali menderanya. "Aku tidak mabuk. Kepalaku hanya sedikit pusing." elaknya.

"Hampir jatuh dan kau bilang sedikit?"

Seketika Arabella merengut. "Who care? Baru hampir. Jangan berkata seolah kau meng—Akhh! Berengsek!" umpat Arabella terjatuh begitu lelaki itu melepaskan rengkuhan darinya. "Sakit...." rintihnya dengan wajah memerah.

Lelaki itu menatapnya datar. “Bangun,”

Arabella mendengkus, mencebik tidak senang. "Kakiku sakit. Gendong aku," keluhnya seraya merentangkan kedua tangannya ke atas layaknya anak bocah.

Tanpa mengatakan apa-apa lelaki itu merunduk, mengangkat Arabella sembari mengajaknya bicara, tetapi Arabella hanya meracau tidak jelas. Sesekali tertawa dan tiba-tiba kembali murung. Moodnya naik turun. Dan baginya, mood perempuan itu benar-benar merepotkan. Tidak mendapat informasi apa pun dari Arabella, akhirnya lelaki itu membawanya ke hotel terdekat.

"Siapa namamu?" untuk yang kesekian kalinya, lelaki itu kembali bertanya sembari memindahkan Arabella ke kamar hotel.

Arabella memicing, alih-alih menjawab, tiba-tiba saja ia malah mendorong lelaki itu hingga terjatuh ke ranjang. "Secepat itu kau melupakan namaku?!" Arabella melayangkan tangan, menamparnya cukup keras. Mata sayunya berkilat penuh kekecewaan lengkap dengan bibir yang masih terus mengoceh. "Berengsek! Beraninya kau mengkhiantiku, Carl! Aku mencintaimu … tapi kau merusak kepercayaanku...." erangnya dengan nada putus asa.

Arabella mencengkram kerah baju lelaki itu, menatapnya dengan tatapan marah, frustrasi dan lelah sebelum kemudian menempelkan bibirnya—mencium bibir lelaki itu dengan air mata yang mengalir dari sudut matanya. "Aku membencimu...," isaknya tersendat-sendat.

Lelaki itu sempat terkejut. Hampir saja dia berteriak marah, tetapi begitu menyadari perempuan dipelukannya ini menangis, seluruh amarahnya tiba-tiba menguap begitu saja. Ada perasaan khawatir yang sejenak mengambil alih dirinya. Dengan gerakan lembut ia mengangkat satu tangannya, menghapus air mata perempuan itu yang kian terisak di atas pundaknya. Rapuh dan rentan. Perempuan yang tidak dia ketahui namanya itu tampak seperti seekor burung dengan satu sayapnya yang patah.

Oh, astaga ... Sejak kapan dirinya menjadi begitu peduli dengan orang lain?

Perlahan dia mendekap perempuan malang itu, memberinya usapan-usapan halus di sekitar punggung seolah menenangkannya. Dan benar saja, semua itu tidak sia-sia ketika dia merasakan napas teratur perempuan itu dipelukannya.

Dan untuk pertama kalinya dia menghabiskan waktu bersama seorang wanita tanpa melakukan sesuatu. Hanya tidur. Benar-benar tidur.

***

Pagi harinya...

Cahaya lembut menyelinap dari celah-celah gorden kaca, mengusik sepasang manusia yang tenggalam di dalam selimut dengan masing-masing saling memeluk. Arabella mengerjap-ngerjap ketika sinar mentari pagi seakan memaksanya untuk membuka mata. Kepalanya masih berat begitu pening masih menguasai dirinya.

Arabella kembali menutup mata, merasa lelah sekaligus nyaman. Dia tidak pernah tahu kalau kamarnya menjadi lebih wangi dan maskulin. Apalagi dengan selimut beserta guling yang terasa hangat menyelimuti tubuhnya.

Maskulin?

Kedua mata Arabella masih enggan meninggalkan kenyamanan ini dan sebagai ganti ia menjalankan satu tangannya untuk meraba-raba, masih mencoba tidak peduli. Hingga, tiba-tiba saja tangannya berhenti begitu menyadari apa yang dia sentuh terasa sangat kokoh layaknya tubuh seorang pria.

Wait a minutes ... tubuh?!

Arabella hampir memekik begitu menyadari dia tertidur di atas tubuh lelaki asing. Ia pun menutup mulut sambil berusaha bangun ketika kepalanya masih terasa sangat berat. Sepertinya dia terlalu mabuk semalam.

Dengan hati-hati Arabella melangkah keluar selimut. Turun dari ranjang dan bergegas mengambil tas juga sepatunya. Arabella mengamatinya sekilas, lalu membuka tasnya dan mengeluarkan selembar cek—meletakkannya di atas meja dan menuliskan sebuah note yang ditindih dengan japitan rambut miliknya.

'Isi berapa pun yang kau inginkan. Bye-bye.'

Dan sekali lagi Arabella menyempatkan diri melirik lelaki asing itu yang masih terlelap dengan posisi menyamping. Arabella tidak dapat melihat wajahnya dengan jelas karena tertutup lengan berototnya yang terdapat sebuah tato serigala di sana.

Well, dilihat dari sisi mana pun lelaki itu tampak sempurna. Dan tentunya selain menjadi teman tidur satu malamnya.

HOPE YOU LIKE! 

Aku berusaha memberikan yang terbaik untuk kalian, mohon untuk selalu support aku terus. Dengan cara like, coment and follow Ya!

Biar makin greget .. Ajak juga teman-temanmu, saudara, pacar, tetangga, kenalan atau bahkan mantanmu untuk baca babang Ken dan qaqa Ara. Sekalian juga kalian bisa share ke w*, i* story, F******k, Twitter ataupun postingan kalian yang lain. Ajak mereka join bareng kamu disini!

Sebelumnya Aku ucapkan terima kasih sangat atas partisipasi dan keikhlasan klean klean klean semua. 

TANGKYUUU and LOVE U Baby's

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status