Entah mengapa kehadiran Salsa di rumahnya mengusik hati Saga. Setelah mendengar cerita dari Buk Halimah, pria itu menyewa seorang detektif menyelidiki jati diri si wanita
Saga tidak suka keberadaan Salsa di sekitarnya. Pria itu merasa perhatian Buk Halimah terbagi. Kekanakan sekali, tetapi memang seperti itulah adanya. Dia tak ingin membagi kesukaannya dengan siapa pun. Tetapi, begitu detektif yang dia sewa mendapat semua informasi tentang Salsa, dia berubah pikiran. Wanita itu istri rival bisnisnya. Nama Nanyendra tidak asing di telinganya. Keluarga mereka dulunya hanya pesuruh bagi kedua orang tuanya, hingga sebuah konspirasi membuat sang ayah harus menyerahkan hampir semua aset keluarga Liam.Kasarnya, kerajaan bisnis Nanyendra dimulai dengan merampas miliknya. Dengan susah payah sang ayah kembali membangun bisnis keluarga Liam dari bawah karena semua relasi dan pemegang saham lebih percaya pada Nanyendra.Saga tersenyum sinis. Sepertinya dewi fortuna berpihak padanya. Otak cerdas pria itu mulai membentangkan rencana balas dendam dan Salsa adalah senjata mematikan.*Salsa memuntahkan semua isi perutnya ke dalam wastafel. Rasanya ada badai yang mengaduk-aduk perutnya. Hampir setiap malam dia merasakan mual dan memuntahkan seluruh makanannya. Kadang dia ingin merasakan seseorang memegangi rambut dan mengusap lembut punggungnya, memberi perhatian layaknya seorang wanita hamil.Hampir tiga bulan kandungan Salsa. Seperti wanita hamil lainnya, dia juga menginginkan sesuatu. Seperti kali ini, dia sangat ingin memakan mangga muda dengan bumbu rujak buatan tangan Arkan. Tetapi, sepertinya tidak mungkin karena hal tersebut menjadi sangat mahal. Dia tidak akan membiarkan pria tersebut mengetahui keberadaan janin di rahimnya. Dia tidak akan pernah membiarkan secuil luka jatuh dan tumbuh di dada anaknya. Cukup dia saja yang merasakan kekejaman keluarga Nanyendra dan mereka tidak boleh menyentuh anaknya seujung kuku pun.Salsa mendongak ketika sebuah kotak tisu disodorkan tepat di wajahnya. Matanya mengerjap beberapa kali melihat pelakunya. Wanita tersebut kembali menunduk setelah menarik beberapa helai tisu untuk membersihkan mulutnya."Terima kasih," ucap Salsa pelan.Salsa beranjak menjauh wastafel. Dia bisa merasakan tatapan tajam Saga seakan menembus punggungnya. Sejak tinggal bersama Buk Halimah, Perlahan keadaannya membaik. Wanita baik itu terus menyemangatinya agar terus bertahan demi janin yang tengah berkembang di rahimnya. Awalnya Salsa putus asa dan menyerah pada nasibnya. Tetapi, kemudian dia ingat semua perlakuan keluarga Nanyendra terutama Arkan, membuat api dendam yang surut kembali menggelora, membakar semangatnya untuk bangkit meski tidak tahu harus dengan jalan apa, tetapi dia yakin suatu hari nanti Arkan akan merangkak di bawah kakinya."Ikut aku!"Salsa terkesiap ketika lengannya ditahan oleh Saga. Pria itu menatapnya dingin hingga tubuhnya membeku. Si pria menarik sang wanita untuk mengikutinya dan entah mengapa Salsa seolah tidak punya daya menolak. Seakan kata-kata Saga mantra baginya.*Salsa menundukan kepala ketika berada di ruang kerja pria yang kini sedang duduk sembari menatapnya lekat. Aura ruangan itu terasa mencekam. Entah karena sorot dingin dari Saga atau ketakutan yang selalu menyergap Salsa ketika bersamanya."Aku punya kesepakatan untukmu, Perempuan," ucap Saga memutus hening yang mengikat mereka.Salsa memberanikan diri mengangkat kepalanya. Tubuhnya membatu ketika bersiborok dengan iris gelap milik Saga. Mata pria itu seperti labirin, tidak terbaca, dan penuh misteri. Ada geleyar asing merasuk ke tubuhnya yang entah mengapa membuatnya tenang."Apa maksud Anda?" tanyanya parau.Saga menyodorkan selembar kertas yang diterima Salsa dengan tangan gemetar. Matanya melebar membaca isi yang tertulis di sana."I-ini maksudnya apa?" tanya Salsa dengan raut bingung.Saga mengedikkan bahunya acuh. Dia bangkit dari kursi dan berjalan ke arah jendela."Kurasa kau ingin membalas keluarga Nanyendra setelah apa yang mereka perbuat padamu, 'kan?" ujarnya tanpa menatap lawan bicaranya.Salsa tercekat. "Apa yang Anda tahu tentangku?" Salsa mulai berani melangkah mendekati Saga yang berdiri di dekat jendela.Saga memutar tubuhnya menghadap Salsa. Senyum sinis terukir di wajahnya. "Aku tahu semua tentangmu, Perempuan. Tidak ada yang bisa disembunyikan dari seorang Sagara Liam." desisnya.Salsa terdiam. Pria itu jelas tidak pernah menyukainya. Selama tinggal di rumahnya tak sekalipun Salsa menginjakkan kaki ke dalam 'istana' Saga. Dia cukup tahu diri ketika pria itu tak penah menatapnya. Seolah dia hanya sampah yang mengotori pemandangan di depan pria itu. Bahkan tidak pernah sekalipun Saga menyapanya. Lalu kenapa tiba-tiba sekarang mengajukan penawaran yang tidak masuk akal."Kenapa Anda ingin membantu saya?" tanya Salsa.Saga tersenyum miring. Salsa mulai berani menantang matanya. Suatu kemajuan yang pesat, biasanya wanita itu selalu menunduk jika bersitatap dengannya. Dia yakin Salsa partner yang tepat untuk menjalankan rencananya.Saga melangkah mendekati Salsa hingga jarak mereka tinggal satu langkah. Saga mencengkeram rahang wanita itu memaksa Salsa menatapnya lebih lama."Kau tidak punya hak bertanya, Perempuan. Kau hanya bisa menjawab, ya atau tidak," bisiknya di wajah Salsa.Salsa meneguk ludahnya. Sorot mata Saga seakan menikam irisnya. "Dan apa keuntungan buatmu?" tanyanya mencoba melawan dengan sisa keberaniannya.Saga terkekeh. Dia melepas cengkeramannya, lalu membelai pipi Salsa. "Kehancuran keluarga Nanyendra. Bukankah itu juga tujuanmu?" Saga membalikkan pertanyaan kepada si wanita."Kurasa motif kita berbeda." Dengan berani Salsa menepis tangan Saga. "Saya menolak tawaran Anda." Salsa melangkah keluar dari ruang kerja Saga, tapi belum sampai langkahnya menuju pintu suara Saga menahannya."Jadi, kau akan membiarkan orang-orang yang menghinamu hidup tenang?" Saga mencoba memprovokasi.Tubuh Salsa menegang. Kedua tangannya terkepal di sisi tubuh, matanya terpejam mengingat kejadian itu."Tidak. Tetapi, saya tidak mau menjadi boneka Anda. Dendam saya, cara saya!" tegas Salsa, kemudian meninggalkan Saga yang menatapnya dengan sorot yang tidak terbaca.'Hebat! Kau lebih tangguh dari dugaanku, Salsabila Atmaja.' gumam Saga dengan kilat di matanya.TbcSalsa menghirup udara di sekitarnya yang terasa menyegarkan. Hari ini untuk pertama kalinya, wanita itu keluar rumah setelah rentetan kemalangan beruntun menimpanya. Dia menyadari harus segera bangkit dari keterpurukan. Hanya karena nasib baik belum berpihak padanya, tidak berarti dia boleh menyerah begitu saja. Ada kehidupan baru yang tengah berjuang di rahimnya dan Salsa tidak mau berpikiran picik seolah hanya dia saja yang menderita.Perlahan Salsa meletakkan bunga mawar merah yang dia bawa di atas makam yang ditumbuhi rumput jepang. Iris hitam wanita berhidung mancung itu perlahan mengabut, menciptakan genangan air yang siap tumpah ke pipi bila dia berkedip. Benak Salsa mengaktifkan mesin untuk mencari kenangan saat almarhum sang ayah masih hidup. Dulu, pria yang menjadi cinta pertamanya itu pernah berkata jika apa pun tindakan atau perilaku seseorang, pasti akan kembali kepada diri sendiri. Petuah itu selalu diingat Salsa, tetapi mengapa hal buruk selalu menimpanya? Bahkan setel
Salsa menekan dadanya yang berdegup kencang. Sesekali mengusap perutnya yang mulai berdetik. Sepertinya bayi di dalam sana mengerti kegelisahan ibunya. Tingkah wanita itu ditangkap oleh mata teduh Halimah. Ibu asuh Sagara Liam itu menepuk pelan bahu Salsa seraya mengulas senyum hangat. Cukup ampuh menenangkan hati wanita yang kini mengenakan kebaya modern berwarna putih tulang dengan kain songket sebagai bawahan."Ibuk senang, Tuan Saga akhirnya menikah dan yang paling membahagiakan dia pilih kamu," bisik Halimah di telinga Salsa.Salsa tersenyum tipis, dia menunduk menyembunyikan wajahnya yang dirias sederhana. "Ibuk tahu, 'kan, pernikahan ini hanya formalitas," ujarnya sendu. Entah mengapa ada ngilu di dada mengingat pernikahan ini bagian dari kesepakatan, bukan keinginan mereka.Halimah menganjur napas pelan, lalu meraih jemari Salsa dan menggenggamnya hangat. "Ibuk kenal Saga. Dia bukan pria yang suka bermain-main. Apalagi untuk urusan pernikahan. Ibuk yakin dia menikahimu karna a
"Arkan Nanyendra dan istrinya Nadia Pramoedya tengah berbahagia. Saat ini dikabarkan istrinya tengah mengandung anak kedua. putri pertama mereka sekarang berusia lima bulan, tapi hal tersebut bukan masalah bagi kedua publik figur tersebut. Tidak diketahui kapan mereka menikah. Hanya dikabarkan mereka telah menjalin hubungan sejak SMA. Sempat berpisah karena Nadia memilih berkarir di luar negeri dan menikah dengan seorang produser film kenamaan. Pernikahan itu hanya berjalan dua tahun karena Nadia menyadari cinta sejatinya adalah Arkan Nanyendra. Menurut kabar yang beredar Nadia orang ketiga dari pernikahan pertama milyuner tersebut, tapi hingga detik ini siapa istri pertamanya tidak pernah terkuak. Bahkan, semua orang terdekat mereka bungkam dan mengatakan semua hanya kabar burung."Klik.Salsa menoleh ke arah pelaku yang seenaknya mematikan televisi. Padahal, ini pertama kalinya melihat sosok Arkan sejak terakhir mereka bertemu tujuh bulan yang lalu. Meskipun dendamnya tidak pernah
Salsa menatap takjub sekeliling toko. Sejauh matanya memandang hanya ada dirinya, baju, celana, mainan, serta semua pernak-pernik bayi. Dan jangan lupakan sang beruang kutub yang kini sedang duduk di sofa yang ada di pojok kanan toko. Matanya tak pernah lepas dari ponsel canggih miliknya. Entah apa yang pria itu sedang kerjakan, sepertinya benda itu lebih penting dari apa pun. Ingin rasanya Salsa merebut dan membanting benda canggih tersebut agar perhatian Saga hanya padanya. Tetapi, siapalah dirinya bagi pria itu, hanya istri di atas kertas yang sedang mengandung benih pria lain.Berawal perdebatan mereka tentang sepatu yang akan digunakan, lalu pria itu dengan seenaknya memaksa dirinya ikut, kemudian mereka berakhir di sebuah toko perlengkapan bayi yang sangat terkenal di Singapura. Entah apa yang digunakan pria itu atau berapa dia harus membayar hingga seluruh pengunjung toko yang tadinya ramai kini menjadi sepi. Bukan sepi, hanya dia, si beruang kutub, dan pelayan toko yang berdir
Salsa panik luar biasa saat mendapati bayinya tidak ada di dalam kamar. Padahal dia hanya meninggalkannya ke kamar mandi beberapa menit saja. Hampir seluruh pelayan ditanyai, tetapi mereka semua menjawab tidak tahu. Bahkan, setiap sudut rumah sudah disisirnya kecuali kamar pribadi Saga.Sejak Salsa melahirkan dua bulan yang lalu, Saga menjadi super duper over protective. Pria tersebut tidak membolehkan wanita itu mengerjakan apa pun bahkan untuk sekadar mengambil air putih. Saga melengkapi kamar si wanita dengan intercom yang terhubung ke semua ruangan di rumah itu. Salsa mencoba memprotes, tetapi ujung-ujungnya pria bermata sipit itu malah memutuskan tinggal serumah dengannya. Tentu saja hal itu membuatnya heran. Dia hanya sakit melahirkan bukan sakit parah dan menular hingga harus diawasi dua puluh empat jam. Namun, dia tak berani menyanggah yang pada akhirnya akan menghadirkan masalah baru untuknya.Sedikit ragu Salsa mendorong pintu berwarna putih itu. Melongok ke dalam mencari ke
Senyum tak berhenti merekah di bibir tipis Nadia, begitupun Arkan. Setelah tadi siang dokter kandungan pilihan wanita itu mengatakan jika bayi di rahimnya berjenis kelamin laki-laki. Kabar itu segera menyebar dengan cepat ke seluruh keluarga Nanyendra. Akhirnya, untuk pertama kalinya setelah Arkan, mereka memiliki penerus laki-laki karena kedua adik dan keponakannya perempuan.Sang mama bahkan sudah menyiapkan nama untuk calon cucu dan sudah merencanakan pesta meriah untuk menyambut kelahirannya. Padahal kandungan Nadia baru berumur enam bulan. Rasa bangga dan puas menghinggapi hati wanita itu meski ada sedikit ragu terlintas, tetapi cepat dia enyahkan. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Jika sesuai dengan rencana dia akan segera membawa pulang pewaris Nanyendra tiga bulan lagi, tepat saat keberangkatan Arkan ke luar negeri. Nadia yakin jika dewi fortuna akan selalu memihaknya.*"Sayang, jangan main ponsel terus, makan dulu," tegur Arkan lembut ketika melihat Nadia asyik mengetuk-n
"Kasihan, dia tertidur karena kelelahan menangis." Halimah menyingkirkan beberapa helai rambut yang menutupi kening Elang.Salsa yang duduk di tepi ranjang tersenyum getir sambil menatap putranya. Masih terdengar sesekali sisa tangis El. Dua minggu sudah mereka kembali ke tanah air. Halimah tidak mengerti kenapa Saga membiarkan keduanya pulang tanpa pria itu, tetapi dia tidak ingin banyak bertanya. Halimah menghormati privasi mereka. Dia akan mendengarkan dan memberi saran jika diminta."Mungkin El merindukan Sagara atau sebaliknya," ucap Halimah mencoba memancing reaksi Salsa.Salsa menunduk dan mengangguk. "Mungkin. El sangat dekat dengan Tuan Saga. Saya rasa dia belum terbiasa tanpa kehadiran beliau.""Bagaimana denganmu? Apa kamu juga merindukannya?" pancing Halimah lagi.Salsa terkekeh, menatap Halimah dengan senyum kecut. "Apa pantas saya merindukannya?""Kenapa tidak?""Saya bukan siapa-siapa, Buk. Mana pantas bersanding dengan Tuan Saga."Halimah menatap Salsa lembut. "Nak, ma
Salsa setia menundukan kepala seolah-olah menikmati hidangan makan malam, yang dimasak special untuk menyambut kepulangan Saga dan Thalia. Nama wanita yang belakangan dikenalkan pria itu sebagai sahabatnya.Thalia sangat cantik dan begitu anggun. Pembawaannya yang ceria dan baik mampu memberi aura positif di rumah ini. Wanita itu berprofesi sebagai pengacara dan memiliki Firma hukum sendiri yang cukup bonafid. Berbanding tegak lurus dengan prestasinya yang banyak memenangkan kasus hukum, baik perdata atau pidana hingga banyak perusahaan terkenal menggandengnya menjadi mitra.Begitupun Saga yang memercayakan urusan hukum Liam Grup padanya. Sepanjang makan malam merupakan siksaan bagi Salsa. Makanan yang ditelannya seolah-olah duri yang menyakiti tenggorokannya, air pun terasa pahit di lidah dan udara yang dihirupnya seperti racun yang membuat dadanya begitu sesak. Apalagi melihat interaksi keduanya yang begitu akrab, membuat ngilu merayap perlahan ke seluruh aliran darahnya. Namun, di