Share

Penawaran

Entah mengapa kehadiran Salsa di rumahnya mengusik hati Saga. Setelah mendengar cerita dari Buk Halimah, pria itu menyewa seorang detektif menyelidiki jati diri si wanita

Saga tidak suka keberadaan Salsa di sekitarnya. Pria itu merasa perhatian Buk Halimah terbagi. Kekanakan sekali, tetapi memang seperti itulah adanya. Dia tak ingin membagi kesukaannya dengan siapa pun. Tetapi, begitu detektif yang dia sewa mendapat semua informasi tentang Salsa, dia berubah pikiran. Wanita itu istri rival bisnisnya. Nama Nanyendra tidak asing di telinganya. Keluarga mereka dulunya hanya pesuruh bagi kedua orang tuanya, hingga sebuah konspirasi membuat sang ayah harus menyerahkan hampir semua aset keluarga Liam.

Kasarnya, kerajaan bisnis Nanyendra dimulai dengan merampas miliknya. Dengan susah payah sang ayah kembali membangun bisnis keluarga Liam dari bawah karena semua relasi dan pemegang saham lebih percaya pada Nanyendra.

Saga tersenyum sinis. Sepertinya dewi fortuna berpihak padanya. Otak cerdas pria itu mulai membentangkan rencana balas dendam dan Salsa adalah senjata mematikan.

*

Salsa memuntahkan semua isi perutnya ke dalam wastafel. Rasanya ada badai yang mengaduk-aduk perutnya. Hampir setiap malam dia merasakan mual dan memuntahkan seluruh makanannya. Kadang dia ingin merasakan seseorang memegangi rambut dan mengusap lembut punggungnya, memberi perhatian layaknya seorang wanita hamil.

Hampir tiga bulan kandungan Salsa. Seperti wanita hamil lainnya, dia juga menginginkan sesuatu. Seperti kali ini, dia sangat ingin memakan mangga muda dengan bumbu rujak buatan tangan Arkan. Tetapi, sepertinya tidak mungkin karena hal tersebut menjadi sangat mahal. Dia tidak akan membiarkan pria tersebut mengetahui keberadaan janin di rahimnya. Dia tidak akan pernah membiarkan secuil luka jatuh dan tumbuh di dada anaknya. Cukup dia saja yang merasakan kekejaman keluarga Nanyendra dan mereka tidak boleh menyentuh anaknya seujung kuku pun.

Salsa mendongak ketika sebuah kotak tisu disodorkan tepat di wajahnya. Matanya mengerjap beberapa kali melihat pelakunya. Wanita tersebut kembali menunduk setelah menarik beberapa helai tisu untuk membersihkan mulutnya.

"Terima kasih," ucap Salsa pelan.

Salsa beranjak menjauh wastafel. Dia bisa merasakan tatapan tajam Saga seakan menembus punggungnya. Sejak tinggal bersama Buk Halimah, Perlahan keadaannya membaik. Wanita baik itu terus menyemangatinya agar terus bertahan demi janin yang tengah berkembang di rahimnya. Awalnya Salsa putus asa dan menyerah pada nasibnya. Tetapi, kemudian dia ingat semua perlakuan keluarga Nanyendra terutama Arkan, membuat api dendam yang surut kembali menggelora, membakar semangatnya untuk bangkit meski tidak tahu harus dengan jalan apa, tetapi dia yakin suatu hari nanti Arkan akan merangkak di bawah kakinya.

"Ikut aku!"

Salsa terkesiap ketika lengannya ditahan oleh Saga. Pria itu menatapnya dingin hingga tubuhnya membeku. Si pria menarik sang wanita untuk mengikutinya dan entah mengapa Salsa seolah tidak punya daya menolak. Seakan kata-kata Saga mantra baginya.

*

Salsa menundukan kepala ketika berada di ruang kerja pria yang kini sedang duduk sembari menatapnya lekat. Aura ruangan itu terasa mencekam. Entah karena sorot dingin dari Saga atau ketakutan yang selalu menyergap Salsa ketika bersamanya.

"Aku punya kesepakatan untukmu, Perempuan," ucap Saga memutus hening yang mengikat mereka.

Salsa memberanikan diri mengangkat kepalanya. Tubuhnya membatu ketika bersiborok dengan iris gelap milik Saga. Mata pria itu seperti labirin, tidak terbaca, dan penuh misteri. Ada geleyar asing merasuk ke tubuhnya yang entah mengapa membuatnya tenang.

"Apa maksud Anda?" tanyanya parau.

Saga menyodorkan selembar kertas yang diterima Salsa dengan tangan gemetar. Matanya melebar membaca isi yang tertulis di sana.

"I-ini maksudnya apa?" tanya Salsa dengan raut bingung.

Saga mengedikkan bahunya acuh. Dia bangkit dari kursi dan berjalan ke arah jendela.

"Kurasa kau ingin membalas keluarga Nanyendra setelah apa yang mereka perbuat padamu, 'kan?" ujarnya tanpa menatap lawan bicaranya.

Salsa tercekat. "Apa yang Anda tahu tentangku?" Salsa mulai berani melangkah mendekati Saga yang berdiri di dekat jendela.

Saga memutar tubuhnya menghadap Salsa. Senyum sinis terukir di wajahnya. "Aku tahu semua tentangmu, Perempuan. Tidak ada yang bisa disembunyikan dari seorang Sagara Liam." desisnya.

Salsa terdiam. Pria itu jelas tidak pernah menyukainya. Selama tinggal di rumahnya tak sekalipun Salsa menginjakkan kaki ke dalam 'istana' Saga. Dia cukup tahu diri ketika pria itu tak penah menatapnya. Seolah dia hanya sampah yang mengotori pemandangan di depan pria itu. Bahkan tidak pernah sekalipun Saga menyapanya. Lalu kenapa tiba-tiba sekarang mengajukan penawaran yang tidak masuk akal.

"Kenapa Anda ingin membantu saya?" tanya Salsa.

Saga tersenyum miring. Salsa mulai berani menantang matanya. Suatu kemajuan yang pesat, biasanya wanita itu selalu menunduk jika bersitatap dengannya. Dia yakin Salsa partner yang tepat untuk menjalankan rencananya.

Saga melangkah mendekati Salsa hingga jarak mereka tinggal satu langkah. Saga mencengkeram rahang wanita itu memaksa Salsa menatapnya lebih lama.

"Kau tidak punya hak bertanya, Perempuan. Kau hanya bisa menjawab, ya atau tidak," bisiknya di wajah Salsa.

Salsa meneguk ludahnya. Sorot mata Saga seakan menikam irisnya. "Dan apa keuntungan buatmu?" tanyanya mencoba melawan dengan sisa keberaniannya.

Saga terkekeh. Dia melepas cengkeramannya, lalu membelai pipi Salsa. "Kehancuran keluarga Nanyendra. Bukankah itu juga tujuanmu?" Saga membalikkan pertanyaan kepada si wanita.

"Kurasa motif kita berbeda." Dengan berani Salsa menepis tangan Saga. "Saya menolak tawaran Anda." Salsa melangkah keluar dari ruang kerja Saga, tapi belum sampai langkahnya menuju pintu suara Saga menahannya.

"Jadi, kau akan membiarkan orang-orang yang menghinamu hidup tenang?" Saga mencoba memprovokasi.

Tubuh Salsa menegang. Kedua tangannya terkepal di sisi tubuh, matanya terpejam mengingat kejadian itu.

"Tidak. Tetapi, saya tidak mau menjadi boneka Anda. Dendam saya, cara saya!" tegas Salsa, kemudian meninggalkan Saga yang menatapnya dengan sorot yang tidak terbaca.

'Hebat! Kau lebih tangguh dari dugaanku, Salsabila Atmaja.' gumam Saga dengan kilat di matanya.

Tbc

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status