Martin dan Sinta pun menemui Sabrina di sebuah apartemen milik Martin yang memang disediakannya untuk Sabrina.
"Pa, cepetan dong, Pa. Nanti keburu Sabrina bangun," ujar Sinta agar Martin lebih cepat membawa kendaraannya menuju apartemen.
"Tenang, Ma. Di apartemen juga kan ada Bibi. Nanti kalau Sabrina terbangun, pasti dibukain pintunya," jawab Martin.
"Bibi kan jam segini udah pulas, Pa. Nggak mungkinlah terbangun," sahut Sinta.
"Ma, Sabrina itu dalam pengaruh obat tidur. Kata dokter Indra itu obatnya bertahan 8 jam. Jadi kita sudah sampai sebelum Sabrina terbangun," terang Martin menenangkan sang istri.
"Aku mulai ragu loh, Pa. Bagaimana kalau keputusan kita menyembunyikan Sabrina nantinya menjadi bumerang untuk kita?" ujar Sinta.
"Gimana kalau Sabrina justru mengira kita yang ingin memisahkan dia dari Doni," lanjut Sinta khawatir.
Di Apartemen
Wajah Doni semakin pucat. Bibirnya pun kelu tak bisa menjawab pertanyaan Sabrina. Sabrina yang terlanjur kecewa akhirnya memilih pergi."Assalamualaikum."Doni pun langsung sigap mengejar Sabrina yang melangkah pergi."Sabrina, Sabrina. Bukan gitu maksudku. A-aku cuma kaget aja dengan kedatangan kamu di rumah ini," dalih Doni yang justru membuat Sabrina curiga."Memangnya apa yang berubah dengan rumah ini, Mas? Aku masih istri kamu kan?" cecar Sabrina."Aku pernah tinggal di sini. Tetapi, kenapa aku mau ketemu kamu, aku harus telepon kamu?!" serang Sabrina."Kalau kamu telepon aku dulu, aku bisa jemput kamu. Iya kan?" jawab Doni beralasan.Sabrina pun menangis. Airmatanya tak dapat ia tahan."Doni ke mana sih? Lama banget," celetuk Prita."Makanannya sampai nggak disentuh, Bunda," sambung Prita."Iya," jaw
Doni memutuskan mengajak Sabrina ke sebuah taman yang cukup jauh dari rumahnya. Di sanalah ia banyak menghabiskan waktu bersama Sabrina juga Fani semasa kuliah dulu."Yuk, kita jalan ke sana," ajak Doni menggandeng tangan Sabrina mesra.Tiba-tiba gawai Doni berbunyi. Terlihat nomor Fani memanggil. Doni pun gamang dibuatnya. Tidak mungkin baginya mengangkat telepon Fani itu."Fani telepon. Gimana ini? Aku nggak mungkin menjawab telepon Fani. Sedangkan aku belum bisa jujur pada Sabrina," gumam Doni dalam hatinya.Doni akhirnya mematikan panggilan Fani itu. Ia tidak ingin mengambil resiko dan membuat Sabrina curiga."Kok Mas Doni nggak bisa dihubungi ya? Kenapa dia nggak ngomong sama kita kalau mau pergi," pikir Fani yang bingung ke mana Doni pergi."Telepon dari siapa, Mas?" tanya Sabrina saat tahu Doni mematikan teleponnya."Oh, bukan siapa-siapa kok. Ini c
Hai, dukung author dengan subscribe dan rate 5 ya biar semangat updatenya.Terima kasih 🌹.......Aku pasrah untuk menerima Mas Doni sebagai suamiku. Berbakti pada-Nya dan patuh pada perintah-Nya. Dan ajari aku ya Rabb, bagaimana cara mencintai laki-laki yang sudah menjadi suamiku ....""Sabrina," tegur Doni selepas Sabrina menyelesaikan doanya."Maaf ya, Mas, kamu jadi harus tunggu aku selesai salat dulu," jawab Sabrina."Nggak apa-apa,Sayang," timpal Doni.Doni terlihat kik-kuk hingga membuat Sabrina bertanya-tanya dalam hatinya."Ada apa, Mas?" tanya Sabrina yang duduk di tepian ranjang. Doni pun duduk di sebelahnya."Rasanya aneh, Mas. Kita
"Kamu ini gimana sih? Maunya kamu tuh apa, Hah?!" pekik Aryo. "Prita, ayo kita keluar!" ajak Sania menarik paksa Prita keluar."Maaf Bapak hakim. Ayo!" Setelah Prita dibawa Dinda dan Bunda Sania, akhirnya Aryo pun keluar dari ruang persidangan dengan menahan kesalnya. Ia pun menghela napas panjang."Kenapa sih Kakak membatalkan cerai Kakak? Bukannya Kakak benci sama Kak Aryo?" gerutu Dinda pada sang Kakak yang berdiri di sampingnya.Prita hanya diam."Iya, Bunda juga jadi bingung kok kamu mau rujuk lagi sama si Aryo. Padahal kan kamu tadinya mau pisah. Bersikeras bercerai sama dia. Aduh, Prita, Prita," cecar Bunda SaniaPrita pun tersenyum sinis."Bunda mau tahu jawabannya?" celetuk Prita tersenyum sinis."Kamu tuh aneh deh. Bikin Bunda jadi nggak ngerti deh," sahut Sania."Bunda, ini hal yang Aryo
"Atau apa, Pa?" kata Doni memotong kata sang mertua."Melepaskan Sabrina agar Sabrina bisa menikah dengan laki-laki lain dan. hidup bahagia ...."Doni pun terperangah ..."Jadi Papa mau aku tinggal di apartemen bersama Sabrina?" tanya Doni."Ya.""Kalau bisa secepatnya. Kalau bisa besok," cecar Martin yang sengaja menekan Doni."Be-sok, Pa?" ucap Doni terbata............Prita dan Aryo membuat janji untuk bertemu di sebuah cafe. Cafe Clarissa. Namun, sudah hampir satu jam menunggu, Aryo pun belum kunjung datang. Prita akhirnya mengambil gawainya dan menghubungi Aryo.[Assalamualaikum][Setiap kali kita janji ketemu, selalu aja telat datangnya.][Di mana sih kamu? Kamu sengaja ya nggak mau ketemu?]Prita
"Bunda, Mang Tessi ...." teriak Dinda saat ia masuk ke dapur dan melihat Fani sudah tergeletak pingsan di lantai.Sania dan Mang Tessi pun berlari ke arah sumber suara di mana Dinda berada."Astaghfirullah ...."Sania pun membawa Fani ke rumah sakit bersama Dinda. Di dalam perjalanan, Sania pun menghubungi Doni.[Doni, kamu segera ke rumah sakit ya. Fani pingsan di dapur, ini Bunda lagi dalam perjalanan ke rumah sakit.[Iya, Bun. Aku segera ke rumah sakit.]Doni pun bergegas menuju rumah sakit. Namun, saat mengambil kunci mobil di dalam rumah, Sinta dan Martin datang menghampirinya yang sedang tergesa-gesa.................Mobil yang dikendarai Sania dan Dinda akhirnya sampai di rumah sakit. Fani pun segera dibawa menuju UGD oleh para perawat."Maaf, Ibu
"Mas, kamu kenapa ada di sini? Kenapa kamu menengok Fani tanpa memberitahu aku?" cecar Sabrina. Doni pun syok. Ia tidak menyangka jika Sabrina akan datang dan menjenguk Fani di rumah sakit. Doni pun mulai bertanya, dari mana istri pertamanya itu tahu kondisi Fani yang belum juga sadarkan diri."Sayang, kok kamu ke sini? Kenapa nggak kasih tahu aku dulu?" tanya Doni dengan wajah tegangnya."Seharusnya aku yang tanya sama kamu, Mas. Kenapa kamu ke sini tanpa mengajak aku? Ada hal apa yang kamu sembunyikan dariku, Mas?" pekik Sabrina.Doni panik. Ia pun mulai berpikir jawaban apa yang paling tepat untuk Sabrina. Doni tahu, Sabrina adalah wanita yang pintar. Tidak mungkin dia percaya begitu saja dengan kata-kata Doni jika tak masuk di akalnya."Sayang, kamu tenang dulu ya. Kita lebih baik ke cafetaria aja. Aku juga belum makan daritadi," ajak Doni agar Sabrina tidak menaruh curiga lagi.
Aryo akhirnya menemani Sisil yang sudah tertidur pulas. Malam ini, seperti janjinya, Aryo akan tidur menemani Sisil. Sampai dia sembuh. Saat sedang tertidur pulas, ponsel Aryo terjatuh tanpa sadar. Prita tertidur di sofa pun kaget mendengar suara benda jatuh. Setelah melihat ponsel Aryo yang jatuh, ia pun mengambilnya."Ini kesempatan aku buat mencari tahu siapa perempuan yang sudah merusak rumah tanggaku," gumamnya.Setelah mengambil ponsel Aryo, ia pun keluar dari kamar Sisil dan kembali ke kamarnya agar mudah mencari nomor wanita yang dicurigai sebagai wanita masa lalu Aryo.Setelah cukup lama membuka ponsel Aryo, akhirnya ia menemukan sebuah nama. Sisil. Prita pun langsung menyimpan nomor wanita yang ia curigai sebagai wanita masa lalu Aryo yang sudah menghancurkan rumah tangganya."Kurang ajar kamu, Aryo. Rupanya kamu sudah berencana untuk segera meresmikan hubungan kalian ya?Padahal