***
Adam tidak bisa konsentrasi dengan pekerjaannya. Ucapan Dara tadi siang membuatnya gelisah. Dara seperti menyembunyikan sesuatu darinya. Apa Dara tahu semuanya saat kejadian di Bali? Atau Sarah diam-diam memberitahukan Dara tentang ketidaksengajaan itu?
Kejadian saat di Bali, murni hanya sebuah kecelakaan dan dia pun tidak menganggap insiden itu adalah sebagai perselingkuhan.
Kedua matanya menerawang, dia ingat kejadian minggu kemarin saat dia dan Sarah sedang menyelusuri Pantai Kuta.
Flashback...
“Sudah sangat lama, ya... “
“Lama apanya?” tanya Adam. Dia dan Sarah menyelusuri bibir pantai bersama. Pria itu menemani Sarah karena wanita itu tak sengaja bertemu dengan Leon, mantan suaminya.
“Kita tidak bicara sedekat ini dan juga hanya berdua,” balas Sarah.
Adam masih tidak mengerti. “Memangnya maunya kamu kita bicara seperti bagaimana?”
“Ya, begini. Hanya kita saja, aku jadi ingat saat masa-masa SMA dulu, hanya ada kamu dan aku saja,” tukas Sarah tersenyum tipis.
Adam tidak bicara lagi, dia memang ingat dengan kenangan itu. 3 tahun dilalui Adam di bangku SMA hanya dengan mendekati Sarah. Namun, wanita itu sudah 2 kali menolak pernyataan cintanya, alasannya Sarah hanya ingin keduanya menjadi sahabat saja.
“Kalau dulu aku nggak nolak kamu, mungkin takdir yang aku jalani tidak begini,” ucap Sarah dengan lirih. Wanita itu tersenyum tipis, “Ternyata penyesalan memang selalu hadir belakangan.”
Adam tidak bicara lagi. Dia tidak tahu kenapa Sarah mengungkit masa lalu itu. Apa mungkin hatinya Sarah masih saja merasakan sakit karena perceraiannya dengan Leon? Terlebih lagi tadi Sarah sangat ketakutan saat melihat Leon, wanita itu bahkan berteriak histeris.
“Andai waktu bisa diulang, aku ingin ada mesin waktu, aku ingin mengubah takdirku,” kata Sarah.
“Waktu tidak akan pernah mundur, Sar. Semua lukamu itu, Tuhan akan membayarnya nanti dengan kebahagiaan yang tidak akan pernah kamu sangka. Tuhan itu Maha Baik dan juga tidak akan salah memilihkan takdir untuk manusia. Dan nanti kamu akan menemukan pria yang tepat, pria yang akan mencintaimu dan juga membahagiakan kamu.” Adam pun akhirnya bersuara.
“Kalau pun boleh menawar, apa aku bisa menemukan kebahagiaan nanti, atau mengembalikan waktu. Aku hanya ingin ada mesin waktu itu, aku ingin kembali ke masa lalu, dimana aku telah salah jalan dan salah melabuhkan hati.”
“Kenapa kamu ingin kembali ke masa lalu?”
‘Itu karena kamu, Adam. Aku ingin mengembalikan waktu saat kamu dulu sangat memujaku, aku ingin mengembalikan perasaanmu yang dulu padaku. Jika waktu itu bisa diulang, mungkin aku dengan senang hati akan menerima perasaanmu dan mungkin wanita yang ada di sisimu itu adalah aku, bukan Dara,’ batin Sarah dalam hati.
Sarah tersenyum. “Tidak apa-apa, aku hanya ingin kembali ke masa lalu agar tidak menerima Leon,” balasnya.
“Maafkan aku, Sarah. Aku mungkin salah satu penyebab kamu terluka, aku lah yang mengenalkan Leon padamu,” ucap Adam.
“Hmm, aku tak pernah menyalahkanmu, Adam. Kamu pria baik yang tidak pernah membuat siapapun terluka,” balas Sarah. Lalu, wanita itu berhenti, menatap gelombang air laut, diikuti Adam.
“Bagaimana pernikahanmu? Kamu bahagia?” tanya Sarah.
“Tentu saja aku bahagia, adanya Kai dan Suri menyempurnakan kebahagiaanku,” balas Adam.
“Adikku beruntung karena memiliki suami sepertimu, Adam. Tapi, dia malah menyia-nyiakan suami sehebat kamu. Dara malah sibuk dengan dunianya dan mengabaikan kalian. Sungguh dia melepaskan bahagianya,” ucap Sarah.
Adam terdiam, dia memang merasa kosong karena 2 tahun ini, Dara selalu sibuk dengan bisnisnya. Istrinya itu jarang ada di rumah. Adam merasa sedikit lelah karena saat merindukan istrinya itu, wanita itu maha tidak ada di sisinya. Adam memijit kedua alisnya, rasanya sesak memikirkan Dara akhir-akhir ini.
“Ada apa? Kamu ada masalah dengan Dara?”
Adam menggeleng pelan. “Kita harus kembali ke hotel, aku agak lelah.”
Baru saja Adam melangkah, dia terkejut karena Sarah memeluknya dari belakang. Adam mematung, dia merasa ada perasaan aneh di hatinya.
“Aku tahu kalau kamu itu kesepian karena Dara terlalu sibuk dengan urusannya,” ucap Sarah pelan. “Jika kamu merasa kesepian, ada aku. Kamu mengenalku lebih baik dan begitu pun denganku, aku jauh lebih mengenalmu daripada Dara. Bahkan kita itu sama, selalu merasa kesepian dan ingin selalu diperhatikan.”
Suasana hening, yang terdengar hanya suara ombak. “Adam, kamu dan anak-anak bisa mengandalkanku,” bisik Sarah.
Adam terhentak, dia memutarkan tubuhnya dan melihat Sarah. Kedua mata mereka bertemu. Lalu, entah ada iblis mana yang membisikkan, bibir keduanya pun sudah menyatu. Keduanya hanyut dalam ciuman yang panas.
‘Mas Adam... ‘
Adam langsung tersadar saat telinganya dengan jelas mendengar suara Dara, istrinya. Dia langsung melepaskan pagutannya dan mendorong tubuh Sarah agak keras sampai membuat Sarah terkejut.
“Adam, ada apa?”
Adam langsung mengusap wajahnya kasar. Dia merasa jadi pria yang bejat!
“Maafkan aku, Sarah,” ucap pria itu. Kemudian, dia pergi tanpa menghiraukan panggilan dari Sarah.
Adam menyesal, dan senyum Dara seolah terlihat jelas di kedua matanya.
***
“Bunda, ini tidak enak! Aku tidak suka dengan strawberry!” cicit Suri. Dia menatap ice cream strawberry yang di depannya.
Dara mengernyitkan keningnya. “Suri tidak suka?”
Suri menggelengkan kepalanya. “Suri memang dari dulu tidak suka! Bunda lupa apa yang Suri suka?”
Dara menggelengkan kepalanya. “Maafkan Bunda, Sayang. Jangan di makan kalau begitu, Suri mau ice cream rasa apa?”
“Matcha,” balas Suri. “Kalau Aunty Sarah, dia pasti tahu apa yang kita suka dan juga Aunty Sarah selalu mengajak kita main ke Time Zone, bukan hanya keliling mal seperti ini.”
Dara tersentak dengan ucapan si bungsu. Sepertinya selama 2 tahun ini, dia melewati banyak momen dengan si kembar. Sampai dia mengabaikan pertumbuhan keduanya. Hatinya pun diliputi rasa penyesalan luar biasa karena membiarkan wanita lain merebut tempatnya di hati kedua anaknya. Bahkan keduanya sering menyebut nama wanita lain, seolah keberadaannya hanya pajangan.
“Nak, maafkan Bunda. Bunda memang sangat sibuk kemarin dan tidak bisa mengajak kalian ke tempat-tempat yang ingin kalian kunjungi,” ucap Dara dengan lembut. “Tapi untuk sekarang dan seterusnya, Bunda pasti akan menemani kalian. Apapun yang Suri dan Kai inginkan, katakan saja sama Bunda. Bunda akan selalu ada untuk kalian berdua.”
Suri dan Kai menatap Dara dengan berbinar-binar. “Apa itu benar?” tanyanya dengan kompak.
Dara mengangguk dan tersenyum. “Tentu saja! Saat ini kalian berdua bisa mengandalkan Bunda!”
Suri dan Kai saling menatap satu sama lainnya, dan keduanya pun langsung beranjak dari duduknya untuk memeluk Dara.
Si kembar pun memeluk Dara dengan menggemaskan. “Suri sayang sekali sama Bunda!”
“Kai juga sayang sama Bunda! Kalau ada orang yang jahatin Bunda, katakan sama Kai! Kai lah yang akan membasmi penjahat itu dari muka bumi ini!” timpal Kai dengan suara kekanak-kanakannya.
Dara setengah tertawa. “Terima kasih, kesayangan Bunda. Bunda sangat sayang sama kalian berdua,” ucapnya.
“Besok kalian libur, kan?” tanya Dara.
“Iya! Kita libur!” seru si kembar.
“Hmm... bagaimana kalau kita pergi ke puncak? Kalian mau?”
“Mauuu!” keduanya menjawab dengan kompak.
“Oke. Kita besok ke puncak dan juga kalian bisa jalan-jalan di sana!” balas Dara. Lalu dia melihat waktu sudah hampir gelap. “Kita sekarang pulang! Harus istirahat karena besok kita mau ke puncak!”
“Let’s go!” seru keduanya dengan bergembira.
Dara tersenyum. Dia ingin menebus waktu yang hilang bersama anak-anaknya. Dia ingin mengembalikan cinta yang utuh di hati anak-anaknya untuknya.
Cinta anak-anak hanya untuknya, ibu yang melahirkan keduanya. Bukan wanita yang ingin mencuri tempatnya!
***
*** Matahari terbenam di ufuk barat saat Dara, Adam, dan Kana tiba di rumah Riky. Suasana tenang, tetapi tegang, seolah-olah mendahului pertemuan yang penuh kenangan dan penyesalan. Riky membuka pintu dengan senyuman kecil. "Selamat datang." Mereka masuk ke rumah yang penuh kenangan, di mana setiap sudutnya menciptakan jejak-jejak waktu. Riky mempersilakan mereka duduk di ruang tamu yang hangat. Dara memandang sekeliling, mengenang momen-momen pahit yang pernah ada di sini. "Bagaimana keadaan Mama Zea?" tanya Adam dengan nada khawatir. Riky menarik nafas dalam-dalam sebelum menjawab, "Dia tidak ingin bertemu siapa-siapa. Menutup diri sepenuhnya. Kepergian Sarah telah menghancurkannya." Kana menaruh tangannya di pundak Dara, memberikan dukungan yang dibutuhkan. Riky melanjutkan, "Aku menyesal, sangat menyesal. Tidak hanya karena Sarah, tapi juga karena semua yang terjadi pada kalian, Dara, dan kamu, Kana. Aku kehilangan begitu banyak, dan aku menyadari betapa bodohnya aku dulu.
***Rumah sakit itu terasa sunyi, langit yang mendung di luar jendela, dan bau antiseptik yang khas mengisi udara. Adam duduk di kursi seberang tempat tidur Dara, tangannya bergetar ketika ia memegang tangan istrinya yang lemah. Kondisi Dara melemah lagi, ia tahu karena penawar itu tidak sepenuhnya menghilangkan racun di tubuh sang istri."Maafkan suamimu ini, Dara," ucap Adam dengan mata berkaca-kaca. "Mas tidak bisa melindungimu dengan baik."Dara tersenyum lemah, mencoba memberikan kekuatan pada suaminya. "Mas Adam tidak salah. Ini bukan salahmu, Mas."Adam menarik napas dalam-dalam. "Tapi Mas harusnya bisa mencegah semua ini. Mas tidak boleh mengizinkan orang-orang itu menyakitimu.""Sudahlah, sayang," jawab Dara. "Aku tahu Mas mencintai aku, dan itu sudah cukup. Kita akan melalui ini bersama."Adam mengangguk, tetapi tatapannya terus melayang ke wajah pucat Dara. "Mas selalu merindukanmu, Sayang. Setiap detik tanpamu adalah siksaan bagi Mas."Dara tersenyum tipis, "Dan aku merind
***Di tengah gemerlap lampu malam, Sarah dan Shinta duduk di sebuah restoran mewah yang penuh dengan aroma harum masakan lezat. Mereka bersulang, gelas anggur mereka saling bersentuhan sebagai tanda keberhasilan mereka. Sarah tersenyum lebar, dan matanya berkilat ketika dia menceritakan rencananya yang licik kepada Shinta."Shinta, kamu tak akan percaya apa yang terjadi hari ini. Akhirnya, aku berhasil membuat Adam tunduk pada keinginanku," kata Sarah sambil tertawa penuh kepuasan.Shinta memandang Sarah dengan kagum. "Benarkah? Ceritakan semuanya padaku!"Sarah menceritakan dengan penuh detail bagaimana dia meracuni Dara dan membuat Adam tunduk pada permintaannya. Shinta tak bisa menyembunyikan kekagumannya terhadap kecerdasan sahabatnya."Dia tak akan pernah menyangka bahwa penawar itu hanya aku berikan seperempat. Dan dalam tiga hari, Dara akan lemas lagi," ujar Sarah sambil tersenyum misterius.Shinta terkejut namun tak bisa menahan tawanya. "Kamu benar-benar genius, Sarah! Aku t
***Pengumuman Adam tentang perceraiannya dengan Adam telah mengejutkan banyak pihak. Kabar ini membahana di media, membuatnya menjadi sorotan utama. Namun, tidak semua orang bisa memahami kedalaman perasaan dan keputusan sulit yang harus diambil oleh Adam.Ketika Adam tiba di rumahnya, dia disambut dengan tatapan tajam dan hening yang mengancam dari Tiara dan Wijaya, orang tua yang mencintainya. Kedua orang tua itu segera mendatangi Adam dengan langkah yang penuh kekecewaan.“Adam, apa yang kamu lakukan? Bagaimana bisa kamu mengumumkan perceraianmu seperti itu?” tanya Tiara dengan tatapan penuh kecewa.Wijaya Menggeleng. “Kami tidak mendidikmu menjadi orang seperti ini, Adam. Apa yang kamu pikirkan”Adam menarik nafas dalam-dalam. “Maafkan aku, Ma, Pa. Aku tahu ini sulit dipahami, tetapi aku tidak punya pilihan lain.”“Tidak punya pilihan? Apa yang membuatmu sampai pada keputusan ini?” tanya Tiara dengan suara meninggi.“Ini semua untuk Dara, Ma. Sarah, dia... dia memiliki penawar ra
***Di dalam kamar rumah sakit yang hening, Dara terbaring tanpa gerakan, tubuhnya terhubung dengan berbagai alat medis. Suasana kritis yang menyelimuti ruangan membuat Adam merasa semakin tenggelam dalam keputusasaan. Dara tampak semakin rapuh, dan perlahan kehidupannya menggeliat tipis.Adam duduk di samping tempat tidur istrinya, tatapannya kosong, dan napasnya tersengal. Dia tak tega melihat Dara menderita, dan perasaan frustrasinya semakin memuncak. Dokter keluar dari ruangan perawatan dengan wajah sedih, mencoba memberi penjelasan kepada Adam."Bu Dara memerlukan penawar yang sangat langka, Pak Adam. Kita berusaha semaksimal mungkin, tapi sampai saat ini, belum ada perkembangan yang signifikan," ucap dokter dengan suara pelan.Adam menundukkan kepalanya, memejamkan mata sejenak untuk menahan emosinya. "Istriku harus sembuh, dok. Aku tidak bisa kehilangannya."Di tengah keputusasaan, pikiran Adam tertuju pada Sarah, orang yang diketahuinya sebagai dalang di balik segala penderita
***Hari itu, keheningan di rumah sakit dipecah oleh telepon yang tak terduga. Adam mengangkat teleponnya dan mendengarkan berita yang membuat hatinya berdegup kencang. Informasi itu mengguncangnya seperti gempa bumi, menghancurkan kedamaian yang selama ini dia bangun bersama istrinya, Dara."Dara diracun oleh Sarah? Bagaimana ini bisa terjadi?" gumam Adam dengan nada gemuruh, penuh amarah. Apalagi saat tadi a dokter rumah sakit memberitahu keadaan Dara yang masih koma karena keracunan.Adam merasa darahnya mendidih ketika dia menyadari bahwa Dara menjadi korban ulah dua orang yang tidak punya hati dan tega melakukan hal yang keji seperti itu. Dia segera mengambil ponselnya dan memanggil asistennya, David."David, ini Adam. Segera blokir bandara. Ada seseorang yang harus kita tangkap. Namanya Nichole Choi. Lakukan ini secepat mungkin," perintah Adam dengan suara yang penuh urgensi.David yang merasakan seriusnya situasi ini, langsung menjawab, "Baik, Pak Adam. Saya akan segera melakuk
***Suri duduk sendirian di pojok kamar, matanya yang kecil dan cemerlang kini dipenuhi oleh air mata. Rambut hitam kecilnya berantakan, dan wajahnya terlihat lesu. Di tangan kecilnya, dia memeluk erat boneka kelinci kesayangannya, seolah-olah mencari kenyamanan dari objek kecil itu.Di sudut ruangan, Tiara dan Wijaya saling pandang, keprihatinan tergambar di wajah mereka. Mereka menyadari betapa sulitnya bagi Suri menghadapi kenyataan bahwa ibunya, Dara, harus dirawat di rumah sakit.Tiara mendekati Suri dengan langkah lembut, duduk di sampingnya, dan memeluknya erat. "Sayangku, apa yang membuat Suri begitu sedih?" tanya wanita paruh baya itu dengan lembut.Suri menoleh ke arah Tiara, air mata masih terus mengalir. "Suri sangat merindukan bunda, Nenek. Kapan bunda pulang? Suri mau lihat bunda."Tiara memahami perasaan cucunya dan mencoba menenangkan hatinya. "Bunda sedang sakit, sayang. Dokter harus merawatnya agar segera sembuh. Tapi jangan khawa
***Riky duduk gelisah di ruang tunggu rumah sakit, tatapannya kosong menuju pintu kamar tempat istrinya, Zea, dirawat. Pikirannya bergejolak di tengah ketidakpastian tentang nasib Zea yang masih belum sadarkan diri. Seiring waktu berlalu, kekhawatiran Riky semakin membesar, terutama setelah tadi ke rumah sakit mengantar Kana untuk melihat Dara yang juga dirawat di ruang gawat darurat karena keracunan. Keduanya dirawat di rumah sakit yang sama.Dokter langsung keluar dari kamar Zea dan menghampiri pria itu yang sedang melamun. “Pak Riky, kondisi istri anda masih belum stabil. Kami masih mencoba mencari penyebab luka yang parah ini. Mohon bersabar."Riky tambah gelisah. “Terima kasih, Dokter. Bagaimana dengan putri saya, Dara? Bagaimana keadaannya?""Bu Dara sedang dalam perawatan intensif. Kami berusaha semaksimal mungkin untuk mendeteksi dan mengatasi dampak keracunan,” balas dokter itu.Riky mengangguk dengan tatapan kosong. Pikirannya melayang ke masa lalu, mencari tahu bagaimana k
***Ruangan CEO PT. Shinee Serein tampak begitu elegan dengan sentuhan modern dan nuansa yang memberikan kesan kekuatan dan keberhasilan. Dara duduk di meja kerjanya yang besar, fokus pada pekerjaannya yang menumpuk. Suasana ruangan diisi dengan keheningan, hanya terdengar bisikan ringan dari mesin pencetak dokumen dan suara langkah kaki di lantai marmer.Pintu ruangan terbuka perlahan, mengungkapkan seorang asisten dengan senyum misterius di wajahnya. Dara menoleh dan terkejut melihat seorang kurir membawa sebuah paket yang cantik terbungkus rapi."Maaf mengganggu, Bu Dara. Paket ini baru saja datang untuk Anda," kata asisten sambil menyerahkan paket itu pada Dara.Dara tersenyum dan meraih paket itu dengan tanda tanya di wajahnya. Dia membaca nama pengirim di label: Adam Tanaka, suaminya. Hatinya berdebar-debar saat dia membuka paket itu dengan hati penuh harap.Di dalamnya, dia menemukan sekotak cokelat coklat gelap yang menggoda dan sebuket bun