Home / Romansa / MALAM PANAS DENGAN SUAMI ORANG / Bab 29. Tantangan Tuan Lucas

Share

Bab 29. Tantangan Tuan Lucas

Author: Jielmom
last update Last Updated: 2025-07-03 11:00:52

“Ya, tantangan! Aku memiliki perusahaan kontraktor, perusahaanku sedang mengembangkan beberapa villa, apartemen, dan gedung-gedung tak terpakai untuk di renovasi ulang di negara ini. Jika kamu seorang desainer interior, aku ingin kamu menggambarkan berbagai interior untuk mengisi gedung-gedung yang kosong itu agar bisa dijual dengan nilai yang lebih tinggi. Apakah kamu tertarik?”

“Benarkah, Tuan Lucas? Ini adalah pekerjaan yang aku sukai! Aku terima tantangan Tuan.” Karin tampak antusias mendengar penuturan Lucas. Sedangkan Lucas tertarik dengan semangat yang dimiliki Karin.

“Baiklah, aku akan menyuruh Brigitta membawakan berkas-berkas mengenai gedung-gedung itu untuk dibawa kemari. Kamu bisa mengerjakannya disini. Tunjukkan padaku jika kamu sudah selesai mengerjakannya dan akan aku nilai, layak atau tidak desain yang kamu gambar itu.”

“Siap Tuan Lucas! Saya akan mengerjakannya sebaik mungkin agar Tuan tidak kecewa!”

“Baik. Aku senang jika kamu su
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • MALAM PANAS DENGAN SUAMI ORANG   Bab 53. Tanda Lahir

    Ethan berdiri. Tegak, diam sejenak. Hatinya bergemuruh.Anak-anak yang sedang dicari Karin, mereka bukan hanya milik Karin. Mereka adalah anak-anaknya juga.Darahnya. Dagingnya.Dan selama ini ia tidak tahu.Tanpa berkata apa pun lagi, Ethan melangkah keluar dari ruangan tempat mereka berbincang. Setiap langkahnya berat namun pasti. Ia tidak bisa hanya duduk diam. Ia tidak bisa membiarkan wanita itu sendirian mencari buah hati mereka.Ia harus tahu lebih banyak.Dengan rahang mengeras dan sorot mata tajam, Ethan langsung menuju ruang kerja Erick. Tanpa mengetuk pintu, ia langsung membuka dan masuk.Erick yang tengah menyesap kopi kaget, nyaris menumpahkan cangkir di tangannya. “Tuan Ethan? Ada apa?”“Aku butuh informasi soal Karin,” ujar Ethan tanpa basa-basi. “Keluarganya, kontak darurat, siapa pun yang pernah dia sebut. Aku harus tahu.”

  • MALAM PANAS DENGAN SUAMI ORANG   Bab 52. Penyesalan

    Pertanyaan Ethan menggantung di udara. Karin menahan napas, tenggorokannya terasa kering. Matanya menatap meja, mencoba mengatur detak jantung yang kini berdentum cepat di dadanya.Butuh beberapa detik sebelum Karin akhirnya mengangguk pelan.“Iya… aku pernah hamil,” suaranya nyaris seperti bisikan. Lalu ia menambahkan dengan lebih tenang, meskipun hatinya porak-poranda, “Aku melahirkan. Anak kembar… laki-laki dan perempuan.”Ethan terdiam.Sementara itu, Karin menggenggam kedua tangannya di pangkuan, berusaha tetap tenang meski pikirannya kacau. “Lalu?” Ethan bertanya, nada suaranya lebih pelan sekarang, seperti mencoba memahami.Karin mengangkat bahu sedikit. “Itu saja. Setelah melahirkan… aku kehilangan mereka.” Ia menunduk, mencoba menahan air mata. “Mereka bilang bayiku meninggal.”“Meninggal? Apa yang terjadi?”“Mereka bilang, bayi

  • MALAM PANAS DENGAN SUAMI ORANG   Bab 51. Pertanyaan

    Petugas itu meninggalkannya sebentar. Karin duduk di kursi tunggu, menatap lorong-lorong rumah sakit yang terasa begitu asing namun menyimpan luka lama. Tak lama kemudian, seorang wanita tua berseragam batik rumah sakit datang menghampirinya. “Nona Karin, saya Bu Rina. Saya dulu bertugas di bagian administrasi, setelah saya cek, nyonya Safira adalah pasien yang melahirkan kembar laki-laki dan perempuan lima tahun yang lalu. Disitu data yang tertulis. Karin menatap tajam ke arah Bu Rina. “Bu, saya ingin tahu… tanggal berapa tepatnya Safira Dimitri melahirkan anak kembar itu?” Bu Rina membuka kembali catatan di tangannya, lalu menjawab pelan, “Tanggal 5 April… lima tahun yang lalu.” Jantung Karin seperti dihantam keras dari dalam. “Itu… tanggal saya melahirkan juga,” gumamnya, matanya membulat. “Saya ingat betul. Tanggal 5 April. Saya melahirkan bayi kembar. Laki-laki dan perempuan.”

  • MALAM PANAS DENGAN SUAMI ORANG   Bab 50. Penelusuran

    Anak-anak puas bermain hingga akhirnya Brigitta menyuruh pulang karena sudah sore. Di dalam mobil, perjalanan dari mall menuju rumah keluarga Lucas Brigitta, terasa lebih sunyi dibanding saat mereka berangkat. Anak-anak tertidur pulas di kursi belakang, kepala mereka bersandar ke sisi masing-masing. Jaslyn masih memegang balon pink di tangannya, sementara Jason memeluk boneka dinosaurus kecil yang dibelinya tadi.Brigitta menoleh ke arah Karin yang duduk di sampingnya. “Mereka jarang setenang ini,” ucapnya pelan sambil tersenyum.Karin membalas senyum kecil. “Mungkin karena mereka kelelahan.”Brigitta mengangguk. “Tapi ini lelah yang bahagia. Terima kasih, ya, Karin. Aku senang kamu ikut hari ini.”Sesampainya di rumah, para pengasuh segera membantu mengangkat anak-anak ke kamar. Karin duduk sebentar di ruang tamu, merasa canggung apakah ia harus langsung pamit atau menunggu.Brigitta muncul da

  • MALAM PANAS DENGAN SUAMI ORANG   Bab 49. Kedatangan Anak-Anak

    Langkah kaki Karin terdengar ringan namun gugup ketika ia melintasi lobby ECorp. Senyum para staf resepsionis, suara mesin fotokopi, dan aroma kopi dari pantry kantor seharusnya terasa biasa saja—tapi tidak hari ini. Ada getaran aneh di dadanya yang belum juga mereda sejak ia melangkah keluar dari apartemen tadi pagi.Ciuman kilat itu. Di dalam mobil. Singkat, tapi... menusuk.Karin menunduk, menatap refleksinya di lift kaca. Bibirnya sempat terbuka, ingin bertanya—tapi kepada siapa?Begitu lift terbuka di lantai 20, Karin menarik napas dalam. Ia mengenakan setelan kerja rapi seperti biasa, tetapi hatinya jauh dari biasa.Saat pintu ruangan Ethan dibuka oleh Erika, Karin masuk dengan tenang, memeluk tablet dan folder kerja.Ethan sedang berdiri di depan jendela, memandangi gedung-gedung Jakarta yang bersinar tertimpa matahari pagi. Ia tampak... biasa saja.Terlalu biasa.

  • MALAM PANAS DENGAN SUAMI ORANG   Bab 48. Ciuman Kilat

    Anak perempuan dengan rambut bergelombang sebahu, mendekati Karin tanpa ragu. “Hai Tante Karin,” katanya sambil menatap langsung ke mata Karin. Matanya bulat, hidungnya mungil.Jason, si anak laki-laki, menyusul adiknya dan berdiri di sebelah Karin. Ia mengamati Karin tanpa suara, lalu tersenyum kecil. Ada kedalaman tak biasa di mata anak itu. Entah kenapa, Karin merasa... familiar.“Kalian... manis sekali,” ucap Karin dengan suara bergetar.Brigitta muncul dari dapur membawa nampan kue. Ia tersenyum hangat. “Maaf, anak-anak selalu histeris kalau tahu ada tamu.”“Mereka kembar, ya?” tanya Karin, berusaha tetap terdengar ringan walau hatinya masih berkecamuk.Brigitta mengangguk. “Iya.” Lalu ia menatap Karin. “Kamu suka anak-anak, Karin?”Karin menahan napas sejenak. “Iya… sangat.”Namun pikirannya masih terhenti di satu pertanyaan.Siapa

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status