Share

MAMA MUDA VS MAS POLISI
MAMA MUDA VS MAS POLISI
Author: Mblee Duos

Bab. 1

Author: Mblee Duos
last update Last Updated: 2022-07-07 19:48:15

"Aiswa," lirihku.

Untuk kesekian kali gadis kecil itu tertidur di situ. Tampak sangat pulas dia tertidur bersandar pada bahu sofa.

Pelan ku berjalan kearahnya. Kulepas sepatuku agar tak menimbulkan suara yang bisa membuatnya terbangun. Kini jarak kami hanya tinggal sejengkal. Kupandangi wajah polos yang tengah terlelap. Tanganku terulur hendak menyentuh pucuk rambut kepalanya.

"Sudah pulang kamu, Aina?" Sebuah suara mengagetkanku. Ibu rupanya.

Reflek kutarik tanganku kembali.

"Iya Bu, biasalah macet."

"Kenapa Aiswa dibiarkan tidur di sini, Bu?" tanyaku lagi. Kutatap wajah teduh wanita yang kini usianya telah memasuki setengah abad itu.

"Tadi Ibu sudah menemaninya tidur dikamarnya. Tapi mungkin dia keluar lagi setelah Ibu kembali ke kamar Ibu."

Kuhela napas panjang. "Aku capek Bu, tolong Ibu bawa Aiswa kembali ke kamar!"

Aku mengurungkan niatku yang tadinya ingin membopong tubuh mungil Aiswa ke kamarnya.

"Tapi, dia berjam-jam menunggumu hingga tertidur di sini, Aina!"

Sepertinya, Ibu sempat membaca gesture tubuhku saat mendekati Aiswa tadi. Dan berharap akulah yang akan membawanya ke kamar.

Sejenak aku tertegun.

"Aku tak pernah menyuruhnya melakukan itu, Bu!"

Ibu menghela napas. Kecewa.

"Tidakkah kamu sedikit saja ada waktu untuknya, Aina? Bagaimanapun dia anakmu !"

Ibu menahan langkahku. Manik matanya menatap lekat ke arahku. Seperti meminta sebuah jawaban. Jawaban yang sebenarnya bagiku terasa begitu sulit untuk ku katakan.

"Huuuuufff!"

Aku membuang napas kasar sekaligus mengalihkan pandanganku dari tatapannya.

Perkataan Ibu barusan membuatku gusar. Entahlah, aku merasa sangat risih setiap Ibu mengingatkan hal ini.

"Anak yang tidak pernah ku inginkan Bu. Ibulah yang menginginkan kehadirannya!" Satu kalimat akhirnya meluncur dari bibirku.

"Astaghfirullah, kenapa kamu selalu berkata seperti itu, Aina?"

"Kenyataannya memang seperti itu Bu. Sudah berulangkali aku berusaha melenyapkannya dari perutku dulu. Karena apa? Karena aku tidak pernah menginginkannya, Bu!" Aku mulai tersulut emosi.

"Apapun yang terjadi padamu dulu, Aiswa tidaklah berdosa, Aina! Harus berapa kali Ibu katakan ini?"

Sekilas kutatap nanar di wajah Ibu. Aku tahu ada kesedihan juga emosi yang dia tahan untuk tidak terluap setiap kali aku memberikan jawaban yang sama untuk hal ini. Namun sebaliknya, aku memilih untuk tak mengacuhkannya. Memilih cepat berlalu dari hadapannya.

Jujur, ada rasa nyeri menusuk hati setelah ucapan yang kulontarkan barusan.

"Sudahlah Bu, sudah sangat larut malam. Aku mau segera tidur. Ibu juga, segeralah istirahat!" kataku dingin.

Aku gegas berjalan menaiki anak tangga menuju kamarku di lantai atas. Tak kupedulikan lagi Ibu yang berdiri mematung menatapku.

💟💟💟

Kulempar tas dan juga map yang sedari tadi kugenggam dengan asal ke atas kasur. Lalu ku hempaskan begitu saja tubuhku di atas ranjang empuk di dalam kamarku.

Rasa lelahku makin bertambah sesak di dada. Ku usap wajah kasar dengan telapak tangan. Kepalaku terasa semakin berputar kala bayangan demi bayangan peristiwa masa lalu melintas di pikiranku.

Masih terekam dengan jelas malam itu. Kala aku berjalan seorang diri dalam perjalanan pulang ke rumah usai mengerjakan tugas bersama di rumah sahabatku, Nita.

Di jalan sepi yang biasanya aman saja kulalui, siapa sangka hari itu menjadi nahas bagiku. Seseorang tiba tiba membekapku dari belakang. Dengan kasar ia menarikku masuk ke mobilnya. Kemudian dengan kasar juga ia melepas pakaianku.

Aku menangis, aku menjerit. Tapi semuanya hanya tenggelam di kesunyian malam. Seakan mendukung aksi bejat lelaki itu. Tak seorangpun datang menolong.

Sakit yang teramat kurasakan ketika dengan brutal kesucianku direnggut paksa. "Biadab", bahkan setelah puas melakukannya, dia membuangku begitu saja di tepian jalan.

Aku begitu lemah saat itu, ditambah rasa perih yang teramat sangat kurasa di daerah selangkangan. Tapi ku terus paksakan menyeret kakiku, berjalan terseok untuk pulang. Hingga akhirnya aku tak kuat lagi berjalan. Tubuhku ambruk persis di pertigaan dekat rumah, dan ditemukan salah satu warga menjelang subuh.

Semua harapanku pupus. Cita citaku menjadi seorang Polwan, yang juga menjadi cita cita almarhum ayahku harus kandas. Aku terpaksa berhenti sekolah di tengah semester 1 kelas 3 SMA.

Tak cukup disitu, tunanganku yang katanya sedia menungguku hingga 5 tahun ke depan langsung meninggalkanku begitu saja saat tahu aku hamil.

Belum lagi cibiran dari orang orang di sekitar padaku juga keluargaku.

"Tuh si Aina anaknya Bu Marni, belum juga lulus sekolah udah hamil aja. Hobi keluyuran malam sih!" Begitulah bisik bisik sekaligus fitnah keji dari mereka.

Aku merasa hancur! Hancur karena seorang pria lakn*t yang sama sekali tidak ku kenal. Dia memperkosaku. Membuatku hamil hingga melahirkan anak tanpa suami, tanpa ayah untuk anakku.

Wajah itu, seringai buas lelaki itu, kini seolah tercetak dengan jelas dipelupuk mataku.

Napasku memburu, tubuhku menggigil hebat, keringat dingin deras bercucuran. Sementara detak jantungku semakin cepat tak berirama. Kututup wajahku dengan dua telapak tanganku.

"Aku tidak sanggup. Aku tidak sanggup!" teriakku meracau. Emosiku semakin kacau karna bayangan lelaki itu tak juga pergi. Bahkan seolah tertawa puas melihatku.

"Aaaaa..., pergi!Pergiiii!" Aku menjerit histeris sejadi jadinya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • MAMA MUDA VS MAS POLISI   Bab 52

    Sekilas kulirik lelaki di sampingku. Dalam hati berkata, "Kenapa Fattan gak bilang kalau Mamanya dan Aiswa sudah saling mengenal?"Tapi di saat yang sama, ekor mataku menangkap Fattan yang tengah terbengong menatap dua orang yang masih saling berpelukan di depan kami. Mulut lelaki itu sedikit menganga, kedua matanya pun melebar. Dari ekspresinya, sepertinya ia juga sama terkejutnya denganku.Tunggu!Kalau begitu, itu berarti Fattan juga tidak tahu kalau keduanya memang telah saling kenal sebelumnya?"Fattan, Aina, Ayo masuk! Malah bengong kalian berdua!" titah Mama Fattan yang sedikit mengejutkan kami. "Fattan, kamu kenapa sih melongo begitu. Jelek, tahu?""Haa...?" secara hampir bersamaan aku dan Fattan menjawab. "Ma, Mama kok ga bilang kalau udah kenal sama Aiswa?" sembur Fattan langsung begitu memasuki rumah. Pertanyaan yang juga mewakili rasa penasaranku."Lah, Mama sendiri juga ga tahu kalau ternyata Aiswa ini adalah anak dari Aina," Mama Fattan melihat ke arahku.Aku tertunduk.

  • MAMA MUDA VS MAS POLISI   Bab 51

    "Loyo banget keliatannya kamu, Na!" Wina mendekatiku, menoel lenganku. Lalu dengan suara berbisik dia kembali berkata, "Begadang ya? Mikirin ayang Polisi ya?" Pletaakk!Aku menjitak jidatnya. "Duuh...! Semena mena banget sih, Na!" katanya cemberut sambil mengusap usap jidatnya. Bibirnya mengerucut. Hingga gemas aku rasanya, ingin mengikatnya dengan karet.Aku terkekeh. "Salah sendiri jahil. Punya temen satu, mulutnya suka suka rada blong remnya," ujarku."Nah, situ ngelamun aja kerjaannya. Ntar kesambet setan jomblo, baru tahu rasa loh. Minta dikawin dia! Ha ha...""Yeee... Pantesnya tuh ya, tuh Setan ama kamu. Klop sama sama jahil, sama sama jomblo juga!""Enak aja ngatain jomblo! Gue punya Pak Daniel, tahu?" dan Wina langsung membekap mulutnya kemudian. "Alamak, keceplosan!lMataku membola, menatap Wina serius. Tapi tatapanku itu hanya dibalas nyengir kuda tak jelas olehnya."Oh, akhirnya, bebas sudah satu pria gak akan mengejarku lagi!" aku menarik napas panjang dan menghembuskan

  • MAMA MUDA VS MAS POLISI   Bab 50

    "Kamu sudah siap?" Fattan bertanya ke sekian kalinya dengan pertanyaan yang sama, sejak dari ia menjemputku di rumah, hingga perjalanan menuju rumahnya.Dan aku sendiri hanya mengangguk tiap kali ia bertanya demikian.Sebenarnya aku sendiri tidak terlalu yakin dengan kesiapanku. Sebentar lagi aku akan bertemu dengan wanita yang paling penting di hidup Fattan selama ini. Mamanya. Jujur saja, aku sangat nervous. Berkali kali kumenghela napas panjang untuk mengurangi kegugupan. Tapi sepertinya sama sekali tak berhasil.Ciiittt...!Rem mobil berdecit pelan saat mobil memasuki sebuah garasi yang sangat luas. "Keluar!" titah Fattan disertai senyum manisnya. Ia juga mencubit gemas pipiku. "Tenang saja, Ibuku adalah wanita teranggun di dunia. Dia bukan singa yang akan menerkammu. Ha ha..."Fattan terkekeh memamerkan deretan gigi putihnya yang rapi. Aku segera keluar dari mobil setelah pintu mobil terbuka secara otomatis. Pemandangan yang tak biasa kini tersuguh di depan mataku. Bagaimana ti

  • MAMA MUDA VS MAS POLISI   Bab 49

    "Gimana, bagus kan, Ma? Surprize dari kita?" Aiswa bertanya masih dengan senyum lebar di bibirnya. Alih alih menjawab pertanyaannya, diriku yang masih mematung karna shock, hanya mampu melongo tanpa seucap kata pun."Bagaimana Aiswa bisa berada di sini sekarang? Bahkan mungkin tiba lebih dulu dariku! Bukankah tadi kata Ibu, Aiswa sudah tidur lebih awal? Dan undangan makan malam itu, palsu?Seribu pertanyaan itu kini saling berjejal di pikiranku.Kupandang Fattan juga Aiswa bergantian. Rona ceria di wajah mereka mungkin sangat kontras dengan wajahku yang pucat pasi saat ini.Fattan melepaskan gandengan tangannya dari Aiswa. Ia kemudian berjalan menuju sebuah meja. Menuang segelas air putih dari sebuah dispenser. Lalu kembali berbalik kepada kami. "Minumlah!" titahnya, menyodorkan gelas kepadaku. Sepertinya ia mulai paham tentangku yang belum juga pulih dari keterkejutan.Tanpa menjawab lagi aku pun meraih gelas tersebut, dan menenggak isinya hingga tandas. Perlahan napasku yang tadinya

  • MAMA MUDA VS MAS POLISI   Bab 48

    "Na, mau makan siang bareng?" tanya Winda yang kini telah berdiri di samping mejaku."Aduh, kayaknya ga deh Win! Kerjaan aku masih numpuk banget soalnya," tolakku halus seraya menggelengkan kepala. "Tapi nitip aja kali, ya?""Emm... gimana ya?" Winda menyipitkan mata sambil mengerucutkan bibirnya. Pura pura berpikir. Menggodaku!Spontan saja kucubit pinggangnya. Membuatnya memekik geli, "Auu..., iya - iya, aku beliin! Ha ha ha...""Ehm... ehm...!" Mendengar suara deheman, aku dan Winda refleks menghentikan candaan kami. Hampir bersamaan kami menoleh. Sesosok pria dengan langkahnya yang tegap berjalan menghampiri kami."Eh, Pak Daniel!" sapa Winda pertama kali. Sementara aku hanya tersenyum dan menganggkukkan kepala melihat kehadirannya. "Kayaknya ada yang bakal diajak makan siang bareng, nih!" celetuk Winda melirik lirik ke arahku. Hmm, lagi bersiap siap usil dia rupanya!Aku melotot, dengan maksud supaya Winda berhenti berceloteh dan menggodaku. Karna memang dirinya sudah hapal di

  • MAMA MUDA VS MAS POLISI   Bab 47

    "Bengong! Gimana, diterima tidak?" dia kembali bertanya."Aaah...?" aku makin tergagap. Ya ampun! Orang ini benar benar ga ada basa basinya menanyakan hal seperti ini, ya? To the point saja maunya. Melamarku dengan cara seperti ini. Sungguh nggak ada romantis romantisnya sama sekali!Eiiits...! Apa? Romantis? Lah, malah pikiranku kemana mana ini jadinya! Aku menepuk jidat frustasi."Aina!" kudengar Ibu memanggil. Kemudian setelahnya, ia sudah berdiri di ambang pintu. Raut mukanya kulihat seketika berubah canggung saat menatap ke dalam ruangan. Ah, iya! Jarak aku dan Fattan berdiri rupanya begitu dekat. "Maaf, mengganggu!" ucap Ibu sedikit kikuk."Nggak kok, Bu! Ada apa?" tanyaku. Dan di saat yang bersamaan, Fattan pun memutar badan ke arah Ibu berdiri. Ia lalu tersenyum dan menyapa, "Oh, Ibu?""Emm... Aina, ada tamu untukmu!" Ibu berkata mengungkapkan maksudnya menghampiri kami. Ekspresinya nampak ragu ketika mengatakannya."Tamu?" ulangku, sedikit mengernyit. Perasaan tidak ada tema

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status