Share

Bab 19

Penulis: Puspita
last update Terakhir Diperbarui: 2025-08-19 00:22:26

Pov Mama Hani

Aku menyuruh Raya dan Bela segera masuk ke kamar setelah aksi menguping Tama dan istrinya ketahuan. Aku sendiri juga langsung masuk ke kamar. Dalam ruangan bercat putih ini aku duduk dengan gelisah di tepi ranjang. Menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya.

"Ma!" teriak Tama membuatku berjingkat kaget. Sebelum Tama kembali berteriak, aku segera membuka pintu.

"Masuklah."

Wajah Tama nampak merah padam, tanda jika dia tengah dikuasai angkara. Aku memberinya jalan ketika dia sudah sampai di depan pintu.

"Ada apa?"

Tama tak langsung menjawab. Berkali-kali dia menarik napas panjang.

"Ma, yang dikandung Raya bukan anakku! Aku mandul, Ma!" Dengan sangat emosional Tama mengucapkannya.

Aku sendiri sampai lupa bernapas saat mendengar ucapannya.

"Apa kamu bilang? Mandul? Mana mungkin, Tama? Jangan ngada-ngada kamu!" Aku tersulut emosi.

Dada Tama semakin terlihat naik turun. Aku benar-benar takut kalau dia murka dan mengamuk.

"Pasti ini ulah istrimu itu kan? Benar-benar kurang
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • MANTAN SUAMI MATI GAYA    Bab 20

    POV Mama Hani bagian 2Tama membawaku masuk ke kamar. Tangisku pecah dalam dekapannya. Aku benar-benar tak rela harga dirinya diinjak-injak. Dulu, aku sampai bertengkar dengan papanya jika Tama dimarahi. Kini, orang lain malah menamparnya di depan mataku sendiri. Awas kamu Anin! Batinku menjerit.Tiba-tiba saja, dadaku terasa sesak. Setelah aku menumpahkan amarah lewat tangisan. Tama yang menyadari kondisiku, perlahan dia membaringkan tubuhku. Kemudian menata beberapa bantal untuk dijadikan sandaran.Bela dan Raya masuk. Menantu keduaku itu terlihat sangat bersedih. Air matanya menetes deras membasahi pipinya yang mulus. Raya memegang tanganku dan berkali-kali minta maaf. Aku sungguh terharu melihat sikapnya yang sangat baik itu. "Maafkan aku, Ma. Semua ini gara-gara aku. Andai saja aku tak menerima Mas Tama, mungkin semua ini takkan terjadi," ucapnya disela-sela isak tangis."Mama yang minta maaf, sudah membawamu dalam masalah ini. Mungkin ini sudah menjadi takdir, kalian berjodoh s

  • MANTAN SUAMI MATI GAYA    Bab 19

    Pov Mama HaniAku menyuruh Raya dan Bela segera masuk ke kamar setelah aksi menguping Tama dan istrinya ketahuan. Aku sendiri juga langsung masuk ke kamar. Dalam ruangan bercat putih ini aku duduk dengan gelisah di tepi ranjang. Menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya."Ma!" teriak Tama membuatku berjingkat kaget. Sebelum Tama kembali berteriak, aku segera membuka pintu."Masuklah."Wajah Tama nampak merah padam, tanda jika dia tengah dikuasai angkara. Aku memberinya jalan ketika dia sudah sampai di depan pintu."Ada apa?" Tama tak langsung menjawab. Berkali-kali dia menarik napas panjang. "Ma, yang dikandung Raya bukan anakku! Aku mandul, Ma!" Dengan sangat emosional Tama mengucapkannya.Aku sendiri sampai lupa bernapas saat mendengar ucapannya. "Apa kamu bilang? Mandul? Mana mungkin, Tama? Jangan ngada-ngada kamu!" Aku tersulut emosi.Dada Tama semakin terlihat naik turun. Aku benar-benar takut kalau dia murka dan mengamuk. "Pasti ini ulah istrimu itu kan? Benar-benar kurang

  • MANTAN SUAMI MATI GAYA    Bab 18

    "Udah mendingan, Pak. Bapak mau ke mushola?""Iya. Kamu butuh apa? Bapak siapkan dulu?""Nggak usah, Pak. Bapak pergi aja."Tak lama berselang pintu kamar Bariq terbuka. Adikku itu terlihat masih ngantuk, tanpa mempedulikan kami, dia langsung ngeloyor ke belakang. "Bapak pergi dulu. Assalamualaikum.""Waalaikumussalam." Aku dan bapak sama-sama melangkah, tapi berlawanan arah. Bapak ke depan, aku kebelakang."Cepetan, Riq."Tak ada jawaban, namun pintu langsung terbuka. Wajah Bariq yang tadi terlihat mengantuk, kini terlihat segar. "Ati-ati loh, Mbak. Licin. Aku juga mau ke mushola.""Iya," sahutku sebelum menutup pintu kamar mandi.Aku yang baru saja menyelesaikan bacaan surah Yasin setelah sholat subuh, dibuat terkejut mendengar keributan di luar. "Ada apalagi Ya Allah?" ucapku pada diri sendiri sambil melepaskan mukena."Ya Allah, Nin. Syukurlah kamu baik-baik saja? Kabarnya kamu mengalami kecelakaan." Bu Ti dan beberapa tetangga sudah berkerumun di teras."Jatuh biasa, Bu Ti. Alh

  • MANTAN SUAMI MATI GAYA    Bab 17

    Sampai rumah aku langsung meminta untuk diantar ke kamar. "Riq kamu panggil Mbah Mi untuk memijat Mbakmu. Barangkali ada yang keseleo." "Iya, Pak," sahut Bariq. Setelah itu dia bergegas keluar kamar."Bapak tinggal ke kandang dulu ya. Nanti kalau perlu apa-apa kamu panggil saja," pesannya. "Siap, Pak." Dengan susah payah aku mengucapkannya. Karena saat ini aku dikuasai rasa haru yang luar biasa. Kasih dan perhatian bapak tak pernah sekalipun berubah. Walaupun aku bukan anak kecil lagi.**Aku sampai menggigit kain ketika diurut sama Mbah Mi. Apalagi pas bagian lutut belakang. "Jangan ditahan ya, Ndok. Rileks," ucap Mbah Mi entah yang keberapa kali.Dulu aku kenal baik dengannya, karena dia adalah nenek dari temanku. Sering juga aku main ke rumahnya."Iya, Mbah." Suaraku tak terdengar jelas karena mulut masih tersumpal kain."Kalau lihat kamu, mbah Mi jadi ingat Sanu." Kain yang sedari tadi kugigit, kulepas karena penasaran dengan ucapan Mbah Mi. "Memangnya Sanu sekarang di mana, Mb

  • MANTAN SUAMI MATI GAYA    Bab 16

    Bapak." Suaraku terdengar parau. Aku masih belum bisa menoleh, tatapanku lurus ke plafon. Derap langkah terdengar mendekat."Alhamdulillah, kamu sudah siuman," ucap bapak setelah dia sampai di pinggir ranjang."Pak, ayo pulang. Aku baik-baik saja kan?" Aku melirik bapak, lelaki itu menghela napasnya."Iya, kalau sudah diizinkan Dokter," sahut bapak akhirnya. Apa lukaku separah itu? Hingga belum dibolehkan pulang. Perasaan khawatir langsung memenuhi pikiran. Jangan-jangan? Aku berusaha mengangkat kakiku satu persatu, ah leganya semua aman. Kemudian berganti ke tangan. Syukurlah, aku masih bisa merasakan kedua tanganku bergerak dengan normal. Lalu aku mencoba meraba kening yang tadi berdarah. Aku menghela napas, ternyata masih diperban."Pasien atas nama Anindita?" Seorang perawat datang sambil membawa map."Iya, Mbak." Bapak langsung menyahut setelah menoleh."Hasil lab-nya sudah keluar ya, Pak. Semua normal. Ini obat yang harus ditebus." Perempuan itu mengulurkan sebuah kertas pada b

  • MANTAN SUAMI MATI GAYA    Bab 15

    Aku berusaha bangkit walaupun sulit. Namun, usahaku sia-sia, aku sama sekali tak bisa bergerak. Salah satu kakiku tertindih motor. Teriakkan mulai terdengar seiring terlihatnya beberapa orang yang mengerumuniku dari atas. Ada beberapa yang turun dan ada juga yang hanya menyaksikan."Sabar ya, Mbak," ucap seorang laki-laki yang beranjak turun. Beberapa orang laki-laki mulai mengikutinya. "Angkat motornya dulu, Mas." Entah siapa yang memberi perintah. Dengan kompak mereka mengangkat motorku. "Masih kurang orang ini. Ayo, Mas tolong! Kasian Mbaknya sepertinya sudah kesakitan!" Memang benar katanya, aku sudah merasa tak bertenaga. Setelah beberapa saat, akhirnya motorku berhasil diangkat."Kakiku ...." Aku merintih. "Sabar ya, Mbak. Maaf aku akan mengangkat Mbaknya. Maaf ya," ucapnya lagi. Aku hanya mengangguk mengiyakan. Rasanya ingin cepat-cepat keluar dari parit ini."Pegangan ya, Mbak." Setelah berucap lelaki itu mulai mengangkatku. Spontan aku mengalungkan tangan di lehernya."Se

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status