Setelah malam yang canggung di restoran, Ali tidak bisa memejamkan mata. Senyum Dahlia yang biasanya hangat kini hanya sekilas, dan matanya… terlalu sering melamun. Fitnah itu sangat mengganggunya.Pagi itu, tanpa memberi tahu siapa pun, Ali masuk lebih awal ke kantor. Bukan untuk bekerja, tapi untuk menyelidiki.Ia meminta tim IT menarik kembali rekaman CCTV kantor selama beberapa minggu terakhir. Satu per satu rekaman ruang pantry, lorong belakang, bahkan area parkir ditelaahnya. Ia juga menghubungi bagian HRD secara pribadi, meminta mereka mencatat siapa saja yang sering menggosip, terutama soal Dahlia.Ali bekerja seperti detektif. Diam, tajam, dan rapi.Butuh waktu setengah hari hingga ia mendapat simpul benang: Bu Bani. Pegawai senior bagian administrasi, yang tampaknya merasa paling tahu masa lalu semua orang. Dari mulutnyalah racun gosip itu menyebar, memutarbalikkan masa lalu Dahlia, menyebarkannya seperti jamur di mus
"Anak saya ini sebenarnya laki-laki baik. Tapi ya, namanya juga manusia, pasti pernah salah. Masalahnya, mantan istrinya itu… Ya Allah…. Kok ya tega banget, ya.”Ia berhenti di dekat pantry, pura-pura membereskan rantang sambil melirik-lirik penuh maksud.“Apa nggak kasihan, ya, sama anak saya? Digugat cerai, ditinggal, terus sekarang mantan istrinya malah… ya ampun, mau nikah sama bosnya sendiri.”Seorang staf perempuan yang duduk sambil menyeduh kopi menoleh, tampak mulai penasaran.Bu Bani melanjutkan, kali ini nadanya lebih seperti bisikan yang sengaja dikeraskan.“Padahal ya, Mbak… Dahlia itu, secara fisik tuh gak ideal loh. Maaf ya, saya bukan mau jelek-jelekin atau body shaming, tapi dia itu... penyakitan. Cuma punya satu ginjal. Terus kata dokter, dia juga nggak bisa punya anak,”“Tapi habis cerai, malah anak saya yang disalahin. Padahal, siapa yang nggak mau punya istri sehat yang bisa ngasi
Berawal dari acara pertunangan Juanda dan Nila, kabar heboh mencuat. Berita itu menyebar seperti petir di siang bolong yang membuat orang ada yang percaya maupun tidak.Tapi hari ini akan terjawab jelas. Ali, CEO yang selama ini dikenal dingin dan penuh wibawa, tiba-tiba mengumumkan sesuatu yang membuat seluruh kantor gempar. Ya, kabar pernikahannya dengan Dahlia.Tak tanggung-tanggung, undangan digital langsung dikirim ke seluruh jajaran.Mulai dari office boy, staff keuangan, hingga kepala divisi. Semuanya diundang tanpa sumbangan. Ali bahkan secara pribadi menyampaikan undangan itu dalam rapat besar mingguan.Semua orang harus menikmati hari bahagia mereka, menurut Ali.“Saya dan Ibu Dahlia akan melangsungkan akad nikah pada tanggal 25 bulan ini. Saya harap seluruh keluarga besar perusahaan bisa hadir dalam momen penting kami.”“Kami akan sangat senang jika kalian bisa menjadi bagian dari hari bah
Acara pertunangan selesai, para tamu sudah pulang dan pelayan mulai membereskan meja-meja makanan yang sebagian besar tersisa.Di kamar hotel di gedung yang sama, Nila sedang membuka satu persatu hadiah sambil terus mencibir, seolah tak memiliki rasa syukur.“Lihat nih, Mas. Parfum mahal. Tapi gimana, ya, hadiah dari Tante Yuni ini kok cuma beginian? Padahal dia tahu siapa aku,”“Tadi juga, kamu lihat Bu Ratna, kan? Aku tahu banget dia itu nyindir aku pas dia bilang, ‘Semoga rumah tangganya awet, ya, Nila…’ basa basi banget!”
Musik perlahan mereda saat panitia acara tampak memberi isyarat pada MC untuk membiarkan sang CEO melanjutkan kalimatnya lagi. Suasana jadi hening. Bertanya-tanya kenapa Ali masih belum turun dari panggung setelah mengucapkan selamatnya pada Juan dan Nila. “Mohon maaf, sebelum acara ini berlanjut, izinkan saya ingin menyampaikan sesuatu, terutama untuk Pak Juanda, boleh saya minta panggungnya sebentar?” Suara bariton Ali terdengar tenang tapi tegas, cukup memikat perhatian seluruh ruangan. Dari tempatnya berdiri, Ali melihat Juan memberi isyarat untuknya melakukan apa yang sangat CEO mau katakan di sana. “Terima kasih, Pak Juanda,” ucapnya singkat lalu mengedarkan pandangan ke para hadirin. “Saya Al-Ayubi Hasan, CEO dari PT Star Snack—tempat di mana Pak Juanda dan mungkin sebagian besar tamu undangan di sini bekerja. Sekali lagi saya merasa terhormat menjadi tamu di hari bahagia ini.”
Hari pertunangan Juan dan Nila tiba. Setiap tamu undangan sudah pasti ingin berpenampilan cantik untuk menghadiri acara bahagia Juanda Putra, Manajer Pemasaran PT Star Snack Cabang Bandung. Begitu juga Ali yang merasa harus memoles keindahan calon istrinya yang memang sudah indah, untuk nantinya dikenalkan sebagai wanita pilihannya. Tidak tanggung-tanggung, Ali membawa Dahlia ke sebuah salon mewah, tak kurang dari Salon dan butik tempat Nila merias tubuh. Salon kecantikan sekaligus butik itu ada di pusat kota Bandung dengan 3 lantai bangunan. Setelah melewati butik dan perawatan tubuh seperti spa di lantai satu dan dua. Kini Ali dan Dahlia berada di lantai tiga untuk berhias. Ali di ruangan yang sama, nampak tidak tenang saat matanya ingin terus melihat sang wanita pujaan berdandan, tapi Dahlia melarangnya. Jadi ia harus bersabar dengan menikmati kopi dan camilan yang menemaninya menikmati pemandangan kota Bandung di malam hari. Sedangkan Dahlia kini ada di depan cermin besar. D