Share

BAB 5 PANGERAN SERKAN

Setelah kembali disekap untuk dipindahkan dalam kondisi tangan serta mata terikat, kali ini Anelies mendapat kamar yang lebih layak. Anelies dimasukkan ke dalam kamar berukuran tiga kali tiga meter degan bilik toilet kecil dan ranjang seukuran tubuhnya. Paling tidak Anelies sudah tidak tidur di lantai dan ruangannya terang benderang. Ada jendela kaca bulat di dinding, satu-satunya akses dia bisa melihat keluar dan tahu pergantian hari.

Anelies sedang dibawa dalam perjalanan mengunakan kapal pesiar besar, dia masih belum tahu akan dibawa ke mana. Seharusnya ini sudah hari ketiga jika Anelies tidak salah hitung sejak dia dipindahkan. Anelies belum pernah berada dalam pelayaran, dan sekarang dia agak mual, bahkan dia tidak berani mengintip ke luar karena takut melihat gelombang permukaan air.

"Jangan menyisakan makanan atau kami tidak akan memberimu makanan lagi!" seorang pengawal memasukkan makanan untuk Anelies dari lobang pintu.

Anelies cuma memandangi makanan dalam piring logam bersekat itu dengan perasaan tak terbayangkan jika nasipnya akan jadi semengenaskan ini. Anelies memungut piring tersebut dari lantai kemudian dia bawa duduk di tepi ranjang. Dia harus tetap makan jika ingin hidup. Sebuah potongan wortel Anelies ambil dari atas piring dan menggigitnya pelan-pelan meski rasanya sangat tidak enak.

Anelies tahu dirinya dibawa pergi untuk diadili atas pembunuhan yang dia lakukan pada Tuan Husain. Ia juga sering mendengar jika mereka masih menerapkan hukum pancung untuk pembunuh. Anelies pikir, mungkin ia tidak akan memiliki kesempatan untuk bertemu ibu atau keluarganya jika semisal dia masih punya.

Sampai sejauh ini Anelies memang masih belum tahu sama sekali siapa orang tuanya. Tapi, bukankah setiap anak seharusnya lahir dari seorang ibu dan harusnya seorang ibu juga merindukannya jika masih ada. Anelies kembali menggenggam bandul cincin pada liontinnya, satu-satunya petunjuk dan harapan yang dia punya.

Gelombang di permukaan laut sebenarnya sedang tenang, tapi Anelies tetap mual. Anelies mendengar suara gemuruh dari semacam mesin helikopter. Anelies segera mengintip keluar dan melihat sebuah helikopter berukuran besar baru saja mendarat di atas kapal. Anelies memang tidak bisa melihat ketika benda itu mendarat tapi bisa memperkirakan di mana posisinya. Kapal yang membawanya sangat besar, mungkin juga memiliki beberapa landasan helipad.

Tak berapa lama terdengar suara derap langkah kaki di lorong dan pintu kamar Anelies dibuka lebar. Anelies segera sigap ketika melihat dua pengawal datang menjemputnya.

"Ikut dengan kami dan jangan berulah!"

Anelies hanya selalu takut karena benar-benar tidak tahu apa yang bakal terjadi pada dirinya.

"Borgol tangannya!" perintah pengawal yang bernama Omar pada rekannya yang lebih kurus.

Anelies cukup patuh, tidak banyak berulah ketika berjalan setengan diseret melalui lorong. Anelies dibawa naik ke lantai atas mengunakan lift. Sepertinya Anelies dibawa untuk menemui seseorang yang tadi baru tiba dengan helikopter.

Sebuah ruangan dengan pintu besar dibuka oleh dua orang penjaga sekaligus. Ruangan yang sangat megah dan luas, sama sekali tidak nampak jika mereka sedang berada di kabin kapal. Anelies didorong masuk untuk menghadap seseorang yang sudah menunggunya.

Seorang pengawal ikut masuk bersama Anelies dan langsung mengucapkan salam pada pria sangat rupawan yang sedang duduk di sofa didampingi dua orang pelayan sekaligus cuma untuk menyajikan minumannya.

Pria itu juga langsung menatap Anelies yang seketika berkeringat dingin hanya dengan ditatap seperti itu. Pangeran Serkan memiliki iris mata unik yang langka, berwarna tosca kehijauan jernih disertai semburat kuning keemasan di sekeliling pipilnya. Manik mata yang sering disebut sebagai 'galaxy eyes' karena jika ditatap lebih dalam maka akan nampak seperti sedang melihat galaksi bintang dari teleskop antariksa. Sangat tampan luar biasa tapi tatapanya tetap akan membuat siapapun merinding.

"Tinggalkan kami berdua!" sang pangeran menyuruh semua orang keluar, termasuk para pelayan dan pengawal yang tadi mengatar Anelies.

Anelies masih berdiri kaku dan semakin merinding begitu pintu di belakangnya kembali ditutup dan mereka benar-benar cuma tinggal berdua di ruangan tersebut.

"Sipa yang menyuruhmu?" Suara pria itu terdengar dingin sama persis seperti tatapannya yang bisa membuat sekujur tubuh membeku.

"Siapa yang menyuruhmu melakukan pembunuhan?"

Anelies langsung berjengit terkejut dengan pertannyaan yang membuatnya bingung.

"Tidak ada yang menyuruhku."

"Kau akan dipancung karena pembunuhan, tapi kau juga bisa disiksa terlebih dulu karena telah bersekongkol membunuh ayahku!"

"Aku tidak bersekongkol dengan siapapun." Anelies memberanikan diri untuk menatap Pangeran Serkan yang juga sedang menatapnya dengan penuh kebencian.

"Kami menemukannya tertelungkup di atas ranjang, tanpa pakaian, dan seharusnya sedang bersamamu!"

"Aku hanya coba membela diri dan tidak sengaja menendangnya." Anelies coba menjelaskan. "Seharunya tidak sampai mengakibatkan kematian." Anelies sendiri juga masih sulit percaya jika pria tinggi besar seperti Tuan Husain bisa mati karena dia tendang.

"Aku akan mengurangi hukumanmu jika kau mau bicara jujur!" Pangeran Serkan mulai marah dengan pengakuan Anelies yang dia anggap berbelit. "Siapa yang menyuruhmu untuk membunuh ayahku!"

"Tuan Husain akan melecehkanku, aku benar-benar hanya berusaha melindungi diri."

"Ayahku sudah menikahimu! tidak ada yang disebut pelecehan!" Serkan langsung berdiri, mengambil langkah lebar untuk menghampiri Anelies yang reflek beringsut mundur.

"Sungguh aku tidak berbohong ..." Anelies terus menggeleng gugup ketakutan menghadapi pria tinggi besar di hadapannya.

Dagu Anelies langsung dicekal kasar sampai menengadah kaku untuk ditatap lebih dekat. Jantung Anelies terus berdegup kencang dan perutnya berpusar mual karena sangat takut.

"Aku benar-benar bisa menyiksamu dengan cara yang sulit jika kau masih berani berbohong!"

Alasan Anelies memang sangat tidak meyakinkan, siapapun tidak akan percaya dan akan menganggapnya berdusta. Apalagi dia hanya seorang gadis muda tanpa kelebihan apa-apa kecuali kecantikan dan yang dia bunuh adalah seorang pria yang sangat berpengaruh. Sangat wajar jika Pangeran Serkan curiga ada yang bersekongkol merencanakan pembunuhan ayahnya.

"Aku tidak berbohong ... " Anelies semakin menggigil karena pria itu masih mencekal rahangnya hingga terasa nyeri.

"Kau tidak akan bisa melakukanya seorang diri!" desis sang pangeran yang tetap bisa terlihat sangat keji meski dengan wajah tampannya.

"Bahkan kau tidak bisa melepaskan diri dari satu cengkeraman tanganku!" Napasnya berdesis mendekat dengan penuh kebencian. "Mustahil, gadis sepertimu bisa melakukannya seorang diri! Kupastikan kau akan membayar dengan cara yang tidak mudah hingga sampai pada kematianmu yang pedih jika kau masih berani berbohong padaku!"

Anelies benar-benar sudah tidak tahan dengan rasa mual di perutnya sejak tadi, tanpa bisa dia tahan, Anelies muntah saat itu juga. Makanan yang tadi pagi dia telan seketika keluar lagi dan ikut mengenai pakaian Pangeran Serkan.

Jubah putih bersih yang dipakai sang pangeran ikut berlumuran kunyahan wortel yang belum sempurna dicerna, sangat menjijikkan.

"Maaf ... " Anelies semakin ketakutan dan tiba-tiba malah jatuh pingsan.

Komen (4)
goodnovel comment avatar
Yusuf Tafseer
author nya buat cerita TOLOL kok bisa lolos di Good Novel berarti admin good novel yang sekarang TOLOL ² cerita yang banyak cacat logika harusnya gak lolos seleksi. terlalu mengedepankan EYD tapi alur cerita parah diloloskan juga. wkwkwk
goodnovel comment avatar
Fifi Tasya
walah, tambah marah ini pangeran serkhan... hahaha
goodnovel comment avatar
Lilies Katumbiri
ikut merasa takut.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status