Share

Apa Kau Sejenis Amoeba?

Jordan memarahi habis-habisan Hans yang sudah mendatangkan seorang gadis yang sembarangan mau menyentuh tubuhnya.

“Maaf Jo, waktu itu aku tidak bisa menghubungi Christy.”

“Lalu, apa kau berhasil membujuk Natalie?” tanya Jordan.

“Dia tidak mau lagi menemanimu tidur. Dia akan menikah.”

“Bagaimana dengan Christy?” tanya Jordan.

“Terakhir kali Christy menemanimu, apa kau masih ingat?” tanya Hans.

“Kenapa memangnya?” tanya Jo.

“Kau tidak ingat kalau kau sudah membuat kesalahan?” tanya Hans.

Jordan mengerutkan alisnya. Mencoba mengingat-ingat kesalahan apa yang sudah dia perbuat pada Christy.

“Aku tidak berbuat kesalahan apa pun,” jawab Jordan.

Hans mendesis kesal karena Jordan sama sekali tidak ingat, atau sama sekali dia tidak menyadari kalau dia sudah berbuat kesalahan pada Christy. Sehingga Christy tidak mau berkomunikasi lagi dengannya.

“Memangnya apa yang sudah aku perbuat?” tanya Jordan.

“Kau sudah menghinanya habis-habisan.”

“Apa, memangnya apa yang sudah aku katakan padanya?” tanya Jordan masih bingung. Dia memang lupa apa yang sudah dia katakan pada gadis itu.

“Kau mengatakan kalau dia adalah gadis yang tidak tahu terima kasih. Dan gadis matrealistik!”

Jordan memang mengatakan itu padanya. Tapi itu dia lakukan karena Christy memintanya menjadi pacarnya terus menerus daripada harus menyewa seorang gadis untuk menemaninya tidur. Itu memang sangat menganggunya.

“Jadi hanya karena itu dia tidak mau menemaniku lagi?” tanya Jordan memang tidak punya rasa peka pada seorang perempuan.

“Apa kau tidak bisa memahami hati seorang perempuan, Jo?” tanya Hans.

“Aku mengatakan itu karena dia terus ingin menjadikannya sebagai pacarku,” jawab Jordan membela dirinya tidak bersalah dalam hal itu.

“Bukankah itu lebih bagus, kau tidak usah keluar uang untuk mencari wanita?”

“Aku tidak mau pacaran dan aku juga tidak mau berhubungan dengan seorang wanita.”

“Apa kau seorang gay?” tanya Hans yang heran dengan temannya itu. Kenapa dia sangat anti dengan wanita. Tetapi dengan wanita, dia bisa terobati dari penyakit misteriusnya itu. Sungguh sangat kontradiktif sekali.

“Aku bukan gay dan aku juga bukan penyuka wanita.”

“Apa kau sudah tidak waras Jo?” tanya Hans yang heran dengan jawaban Jordan.

“Apa kau itu seekor amoeba yang bereproduksi dengan cara membelah diri?” tanya Hans semakin heran.

Jordan hanya tertawa menimpali pertanyaan lelucon dari Hans. Apa butuh alasan yang tepat dan detail untuk menjawab pertanyaan Hans itu? Jo merasa karena itu adalah hak kebebasan orang, jadi tidak usah mengurusi hak privasinya.

“Atau jangan-jangan kau itu adalah alien dari luar planet bumi, jadi tidak suka dengan jenis perempuan dan laki-laki. Ditambah penyakit langka mu itu,” jawab  Hans.

Jordan langsung menatap Hans dengan tatapan tajam. Dia sangat marah mendengar pernyataan dari Hans yang menyebutnya seorang alien.

“Apa kamu mau mati?” gumam Jordan yang terlihat marah.

“Kau ini sangat mencurigakan Jo. Kenapa kau tidak mau mencari seorang pacar saja. Jadi ketika penyakitmu itu kambuh, kamu tinggal menghubunginya kapan saja dan di mana saja. Dan kau juga tidak usah mengeluarkan uang banyak untuk membayar seorang wanita. Pacarmu itu akan membantumu dan mengobatimu.”

“Apa kepalamu mau aku benturkan ke meja Hans. Supaya kau ingat!”

Hans langsung terbungkam mendengar ucapan Jordan. Dia tahu kalau Jo memang anti berdekatan atau berhubungan dengan wanita dan juga dia memiliki pengalaman buruk dengan mahluk yang berjenis wanita.

“Kau memang harusnya berkonsultasi dengan seorang psikolog Jo, setidaknya kau jadi tahu penyebab penyakitmu itu!” ucap Hans.

“Sudahlah jangan memberiku saran yang jelas tidak akan mungkin aku lakukan,” jawab Jordan ketus dan meninggalkan Hans.

Jordan harus kembali lagi ke kantor tempat dia bekerja. Dia sudah ada janji dengan Ester. Dari kemarin, dia akan menyampaikan sesuatu padanya. Hanya saja dia terlalu sibuk kemarin dan juga penyakitnya kambuh lagi.

Begitu Jordan masuk ke dalam gedung kantornya, semua orang tampak menghindar dari Jordan. Mereka tidak ingin melakukan kontak mata dengan Jo. Dia terlalu menakutkan jika sedang marah. Kebanyakan pegawai di kantornya memang tidak ingin bermasalah dengan Jordan.

Jo adalah seorang wakil direksi majalah fashion dan lifestyle Van Boss. Van Boss adalah majalah fashion dan lifestyle yang memiliki banyak cabang di berbagai dunia. Dan pusat Van Boss adalah di New York city. Di sanalah tempat Jordan bekerja.

Jordan langsung masuk ke dalam ruangannya. Tapi baru saja dia masuk beberapa menit, Jordan langsung berteriak memanggil Michelle, dia adalah office boy yang bertugas membersihkan ruangannya.

Tergopoh-gopoh Michelle datang ke ruangan Jordan dengan wajah yang pucat pasi.

“Apa ini?” tanya Jordan menunjuk mejanya.

“Maaf Boss, kenapa dengan mejanya. Saya sudah membersihkannya tadi,” jawab Michelle dengan suara yang ketakutan.

Jordan kemudian mengusap ujung mejanya dan menunjukkan kalau mejanya masih berdebu. Tak hanya itu saja, dia juga mengusap layar komputernya yang masih berdebu.

Michelle gugup dan segera membersihkan dan mengelapnya. Jordan mendengus kesal karena pekerjaan Michelle tidak beres.

“Kalau kau begini lagi, aku tidak segan-segan memecatmu, paham!” ancam Jordan pada Michelle.

Sementara Michelle yang mendengarnya hanya bisa mengangguk tanpa bisa melawan kata-kata Jordan. Setelah membersihkan meja dan layar komputer Jo, dia pun segera meninggalkan ruangan Jo.

Jordan kemudian duduk di kursi putarnya dengan wajah yang tidak terlalu senang. Kenapa semuanya tidak berjalan lancar seperti apa yang dia mau.

Jordan melihat beberapa draft untuk edisi terbit Van Boss bulan depan. Dia periksa satu per satu tidak ada yang terlewat. Jordan menghela napas berat melihat satu per satu draft yang dia periksa dari setiap tim editor. Rasa ketidapuasan terlihat dari wajahnya yang arogan.

Pintu ruangannya diketuk dan muncullah Ester di balik pintu.

“Boleh aku masuk?” tanya Ester. Ester adalah boss nya atau bisa dibilang adalah pemilik dan pendiri Van Boss magazine.

“Tentu saja.”

Ester kemudian duduk di atas sofa. Jordan kemudian beranjak dari kursi meja kerjanya. Dia berjalan menuju lemari es di sudut kantornya. Mengambil dua kaleng minuman soda dan membawanya menuju sofa. Dia meletakkan satu kaleng minuman soda di depan Ester.

“Maaf, kemarin aku terburu-buru sampai mengabaikanmu,” ucap Jordan.

“Tidak apa-apa,”jawab Ester.

“O ya, apa yang ingin kamu sampaikan padaku?” tanya Jo.

“Begini, kau tahu kan Van Boss cabang Jakarta?”

“Ya aku tahu, mereka baru setahun jalan.”

“Iya betul, tapi ada sedikit masalah di sana.”

“Masalah apa?”

“Pemimpin redaksi di sana terjerat kasus Narkoba. Dan Van Boss di sana terancam ditutup.”

“Astaga, benarkah itu?”

“Masalahnya tidak ada yang bisa menghandle kekacauan di sana.”

“Lalu apa rencanamu?” tanya Jordan.

“Aku memintamu untuk pindah ke sana dan memegang alih Van Boss Jakarta selama setahun!”

“Apa?”

“Ke Jakarta. Setahun?” Jordan mengedip-ngedipkan matanya karena dia tidak percaya dengan apa yang dia dengar dari Ester.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status