MEMBALAS HINAAN SUAMI DAN MERTUA (44)"Mama? Dahlia? Ngapain? Kok pulang pulang senyum senyum terus?" sambut Indra saat keduanya masuk ke dalam rumah.Bu Rahmi dan Dahlia makin melebarkan senyumnya mendengar pertanyaan dari anak lelakinya itu."Siapa yang nggak seneng, Ndra. Punya calon menantu orang kaya? Ya, jelas seneng lah," jawab Bu Rahmi penuh rahasia sambil mengedipkan sebelah matanya ke arah Indra.Mendengar perkataan ibunya, Indra mengernyitkan dahinya."Calon menantu? Maksud Mama siapa? Calon menantu yang mana? Dahlia mau menikah?" tanya Indra tak mengerti.Bu Rahmi mengibaskan tangannya."Kok Dahlia sih? Ya kamulah! Kamu yang Mama maksud. Dan calon menantu itu ya Aira. Siapa lagi memangnya?" ucap Bu Rahmi balik bertanya.Mendengar itu, Indra makin tak mengerti."Kok Aira sih, Ma? Memangnya Aira orang kaya? Dan mau gitu jadi menantu Mama lagi?""Ya, iyalah Aira orang kaya. Lihat aja, habis bikin rumah baru, sekarang dia buka usaha toko pakaian baru. Apa nggak kaya namanya? N
MEMBALAS HINAAN SUAMI DAN MERTUA (45)Dahlia mengedarkan pandangannya ke seluruh sudut gedung sekolah dasar yang berada di hadapannya.Matanya menyusuri satu demi satu bocah berseragam merah putih yang sedang berkeliaran di depan kelasnya masing masing.Sekarang waktunya istirahat belajar. Dia berharap bisa bertemu dengan kepala sekolah Dino dan Dini dengan pura pura menemui dua keponakannya yang bersekolah di sana."Dino ... ! Dini ... ! Ini Tante Lia, Sayang ... !" ucap Dahlia saat matanya tertumbuk pada dua sosok keponakannya yang sedang bermain di taman sekolah.Dengar namanya dipanggil, Dino dan Dini pun sontak menoleh dan terkejut saat mendapati Tante mereka sedang berjalan menuju arah mereka berada.Dua bocah itu sontak saling berpandangan. Dino menghembuskan nafas. Perasaan bocah laki laki itu menjadi tak nyaman melihat adik papanya itu datang menemui mereka sekarang.Dia khawatir, kali ini papa dan neneknya mengutus Dahlia untuk menjemput mereka ke sekolah ini.Sontak Dino pu
MEMBALAS HINAAN SUAMI DAN MERTUA (46)Mendengar perkataan Pak Bima, Dahlia mengerucutkan bibirnya, merasa keki karena laki laki itu terang terangan menolak memberikan nomor telepon miliknya ke padanya.Tapi dia tak putus asa atau lebih tepatnya tak merasa malu untuk terus berusaha mendapatkan nomor telepon dari laki laki di depannya itu.Hasrat ingin punya suami seorang PNS apalagi punya jabatan cukup mentereng, seorang kepala sekolah dasar negeri, membuat gadis itu menafikan rasa malu dan harga diri yang harusnya dia miliki."Tapi, Pak ... kalau kita saling bertukar nomor telepon, kan lebih aman. Kalau Mbak Aira lagi nggak online atau lagi nggak bisa dihubungi, Bapak kan bisa menghubungi saya. Jadi urusan anak anak ini nggak terganggu nantinya, Pak," jawab Dahlia lagi kekeh menawarkan nomor telepon nya untuk dimiliki oleh Pak Bima.Namun, Pak Bima juga kekeh menggelengkan kepalanya."Nggak usah Dik, selama ini nggak pernah ada urusan yang urgen dan mendesak kok soal lomba lomba di se
MEMBALAS HINAAN SUAMI DAN MERTUA (47)"Sudah ... ! Sudah, Pak ... ! Saya permisi aja kalau begitu! Kalau Bapak memang tidak mau memberikan nomor telepon Bapak kepada saya, ya sudah. Nggak apa apa!""Tapi tolong jangan sebut sebut soal wanita murahan segala sebab saya nggak merasa seperti itu, Pak!""Ya namanya juga usaha apa salahnya? Sekarang kan zaman emansipasi wanita. Kedudukan pria dan wanita itu sama dan sejajar, Pak. Kalau laki laki boleh melamar perempuan, perempuan pun harusnya juga boleh melamar laki laki dong, Pak.""Jadi saya nggak setuju kalau Bapak bilang perempuan yang mendekati laki laki lebih dulu itu adalah perempuan murahan.""Tapi ya sudah. Kalau menurut pendapat Bapak seperti itu, ya nggak masalah. Tapi artinya kita nggak sependapat soal ini. Dan sangat disayangkan sekali seorang yang berkecimpung di dunia pendidikan, mindsetnya masih kuno dan tradisional sekali seperti Bapak ini. Bapak ini berarti masih berpikiran konvensional. Nggak maju! Nggak modern!""Saya ju
MEMBALAS HINAAN SUAMI DAN MERTUA (48)Aira tersenyum bahagia saat akhirnya pengerjaan rumah miliknya itu telah selesai juga dikerjakan. Sekarang rumah impian itu sudah bisa ditempati.Dengan menggunakan roda dua, dia membawa dan memindahkan tas pakaian miliknya dan Dino serta Dini dari penginapan.Karena baru saja jadi, dia belum punya perabotan rumah tangga. Tapi dengan memesan belanjaan secara online, akhirnya satu persatu barang kebutuhan rumah tangga yang dia perlukan itu pun mulai berdatangan juga dan tinggal dia tata dengan rapi dan apik saja di tempatnya masing masing.Usai menata rumah barunya, Aira pun sejenak meluruskan kakinya, beristirahat. Tapi baru saja duduk, smartphone miliknya yang berada di atas meja di sudut kamarnya bergetar perlahan.Aira pun mengambil benda segi empat itu dan membuka aplikasi hijau miliknya yang tengah menampilkan pesan baru yang ternyata berasal dari Pak Bima itu."Bu Aira, jadi nggak nanti siang kita jalan jalan merayakan kemenangan Dino dan Di
MEMBALAS HINAAN SUAMI DAN MERTUA (49)"A ... apa? Kamu akan menikah dengan laki laki ini? Kamu nggak salah?" tanya Indra dengan nada tak percaya sambil menatap penuh rasa tak suka pada Pak Bima yang tengah menggandeng tangan Dino dan Dini dengan penuh perlindungan.Sementara Aira tersenyum lebar saat Pak Bima menanggapi ucapannya barusan."Salah? Apanya yang salah, Mas? Aku kan sudah lama bercerai dari kamu. Pak Bima juga sudah lama kehilangan istrinya yang sudah meninggal dunia. Anak anak pun juga sudah setuju.""Lantas apanya yang salah? Nggak ada kan? Yang salah itu kalau kita punya pasangan, tapi tak mau menafkahi lalu menjalin hubungan lagi dengan orang lain tanpa ingat pada anak dan istrinya.""Giliran istrinya bangkit dan sukses, dia kelimpungan dan pengen balikan lagi. Itu yang salah kalau menurut aku, Mas!" jawab Aira sengaja menyindir Indra yang dahulu telah melakukan hal seperti yang dia sebutkan tadi pada dirinya.Mendengar jawaban Aira itu, Indra tersenyum masam.Laki lak
MEMBALAS HINAAN SUAMI DAN MERTUA (50)"Indra! Apa yang terjadi sama kamu, Nak? Kenapa kamu bisa jadi begini?" ujar Bu Rahmi dengan suara bergetar dan wajah berurai air mata usai Dahlia menelponnya dan dia datang ke rumah sakit lalu menemukan putrinya itu tengah duduk di depan ruang operasi dengan menelungkupkam kedua telapak tangan di wajahnya.Gadis itu menoleh lalu terlihat lega saat melihat ibunya telah datang. Refleks ibu dan anak itu kemudian saling berangkulan. Sama sama menumpahkan air mata."Bu Dewi, Ma. Dia sudah mencoba melakukan pembunuhan terhadap Mas Indra. Kasihan Mas Indra, Ma. Dia ditusuk sama Bu Dewi tadi," jawab Dahlia sambil sesenggukan.Mendengar jawaban dari putrinya itu, Bu Rahmi mengepalkan tangannya dengan geram. Merasa begitu marah terhadap besannya itu yang sudah tega menganiaya putranya."Kurang ajar! Jadi perempuan itu yang sudah cari gara gara sama kita! Awas saja nanti! Kalau sempat ketemu, Mama akan bikin perhitungan sama dia!""Nggak habis habisnya dia
MEMBALAS HINAAN SUAMI DAN MERTUA (51)Dahlia dan Bu Rahmi, didampingi Aris dan Rudy tersenyum lega setelah mereka berdua selesai melaporkan perbuatan Bu Dewi, mertua Indra yang telah melakukan penusukan pada Indra itu ke kantor polisi.Petugas yang bertugas menerima laporan dari mereka pun berjanji akan segera menindaklanjuti dengan melakukan penangkapan pada Bu Dewi setelah alat alat bukti yang mereka berikan tadi selesai diperiksa dan dinyatakan valid sehingga pihak kepolisian bisa mulai melakukan penyelidikan.Bu Rahmi, Dahlia, Aris dan Rudy pun kembali ke rumah sakit, di mana Indra yang baru saja menjalani operasi menyatukan kulit perut yang koyak akibat penusukan dengan senjata tajam yang dilakukan oleh Bu Dewi, mulai stabil kondisinya usai perawatan.Saat mereka kembali, mereka menemukan Maya dan Inggrid, kedua menantu Bu Rahmi yang merupakan istri dari Aris dan Rudy yang tadi dimintai tolong oleh Bu Rahmi untuk menunggui dan menjaga Indra selama mereka berempat pergi melapor ke