Via mulai melangkah kedepan dan menyetop taksi yang lewat. Perjalanan menuju alamat yang diberikan oleh Intan ternyata lumayan jauh, berulang-ulang Via membacanya secarik kertas berisikan alamat itu."Perusahaan Antarna Groub," gumamnya karena baru pertamakali mendengar nama perusahaan itu.Sekitar setengah jam taksi yang ia tumpangi pun berhenti didepan gedung, setelah membayar taksi Via pun turun dan langsung masuk kedalam gedung menuju meja resepsionis."Selamat siang Mbak!" sapa Via pada karyawan itu."Siang! Apakah Mbak membawa pesanan kue dari toko cake VITAN?" tanya karyawan itu langsung."Iya," jawab Via tersenyum"Baik Mbak, silahkan langsung saja menuju ruangan direktur di lantai 13.""Oh, harus aku sendiri yang membawakannya ya?" tanya Via agak keberatan."Iya Mbak, karena Direktur sendiri yang memintanya.""Baiklah kalau begitu Mbak, saya ke atas dulu." Via berjalan menyusuri lobby menuju lift.Beberapa menit kemudian pintu lift terbuka, Via berjalan menuju ruangan khusus
Dilain hari, saat Via sedang ditoko kue, Mika datang mengunjunginya."Mbak," panggilnya ketika melihat Via."Mika, dengan siapa kamu kesini?" tanya Via sambil celingak-celinguk."Aku sendirian Mbak, aku hanya dapat tugas dari mama untuk mengantarkan rendang jengkol ini. Katanya dulu Mbak Via suka jengkol," Mika menyondorkan rantang ditangannya."Wah, tante Elisa masih ingat aja kalau aju suka rendang jengkol." ucap Via meraih rantangnya dengan semangat, Karena sejak menikah dengan Aryo ia tidak perna makan rendang jengkol lagi sebab Aryo tidak suka dengan baunya yang menyengat."Iya, mama titip salam. Soalnya dia tidak bisa anterin langsung karena harus check up.""Tante sakit?" Via mengajak Mika duduk mengobrol."Nggak, cuma mama bilang dia harus rutin ke dokter untuk cek darahnya," jelas Mika."Oh," Via mengangguk-anggukkan kepalanya, "bilang sama tante, makasih banget udah bawain rendang jengkolnya.""Iya Mbak, nanti aku sampaikan.""Tunggu dulu ya. Mbak ambilkan minuman spesial bu
Semakin hari Via semakin dekat dengan keluarga Andre, hanya saja ia jarang bertemu Andre karena Andre sibuk dan jarang dirumah. Banyak waktu yang mereka lewati bersama, Kadang Elisa dan Via hanya jalan-jalan dan mengobrol.Seperti hari ini, Elisa meminta Via untuk datang kerumahnya. Ia ingin mengajarkan Via memasak lagi. Tentunya Via tidak menolak, ia juga ingin pandai memasak seperti Elisa.Dirumah besar keluarga Andre, terlihat Elisa sudah berdiri diteras dan tersenyum ke arah Via yang baru saja keluar dari dalam taksi."Maaf ya Tante lama menunggu," ucap Via saat mendekati Elisa"Tidak apa-apa Sayang, mau pergi sekarang atau mau minum dulu?" tanya Elisa"Pergi sekarang aja Tante, mumpung sinar matahari belum terlalu tinggi.""Ya sudah kalau begitu, Pak! Kita jalan sekarang." Pintah Elisa pada supirnya yang sedari tadi menunggu.Setelah Elisa dan Via masuk kedalam mobil, supirnya pun mulai melajukan mobilnya menuju pasar, karena sebelumnya mereka harus berbelanja dulu.Tak membutuhk
"Mm ... Bukannya Via menolak Tente, tapi bagaimana dengan Andre? Apa jadinya kalau ia menikah dengan orang yang tidak ia cintai. Biarkan saja Andre mencari sendiri istri pilihan hatinya. Tante," kilahnya mencari alasan. Elisa pun mengangguk pelan mendengar jawaban Via. Namun, seketika suara yang terdengar lantang membuat keduanya membulatkan mata."AKU SIAP MENIKAHI MU VIA!""Andre, Apa kamu bilang? Boleh kau ucapkan sekali lagi!" ucap Elisa dengan penuh kegirangan."Aku siap untuk menikahi Via, Ma." jawaban Andre yang mampu membuat senyuman Elisa mengembang.Lain halnya dengan Via, perasaan kembali tak menentu. Ia bingung kenapa Andre bisa berbicara seperti itu? Apakah ia tidak salah dengar?."Bagaimana Sayang? Kamu dengar sendiri kan apa yang dikatakan oleh Andre. Jadi tante mohon agar kamu mempertimbangkan lagi permintaan kami ya." ujar Elisa penuh harap."Iya Tante, nanti akan ku pertimbangkan," jawabnya diam-diam melirik ke arah Andre. Sebenarnya ingin sekali ia meminta penjelasa
Didalam kamar, Via masih menatap bengong dihadapan cermin, memandangi wajahnya yang sudah dihias rapi oleh beberapa MUA tadi. Ia tak menyangka kalau ia hari ini benar-benar akan menikah dengan Andre hanya karena anggukkannya waktu itu.Ia berharap agar keputusan menerima Andre sebagai suaminya tak salah, karena ia sudah trauma dengan pernikahan. mengingat dimana pernikahan pertama berjalan begitu menyakitkan."Dihari bahagia kok melamun?" tanya Intan yang kedatangannya tidak disadari oleh Via."Intan, kamu ngagetin aja deh.""Bukan aku yang bikin kaget, tapi kamu yang sedari tadi melamun sampai-sampai tidak menyadari kalau aku masuk.""Aku hanya memikirkan apa aku tidak salah dalam mengambil keputusan? Tidak terlalu terburu-buru kah aku menikah lagi?""Tidak Via, sepertinya Andre benar-benar tulus mencintai kamu. Jadi kamu jangan pikirin yang macam-macam ya, sebentar lagi acara akad nikahnya akan dimulai." Intan mencoba menyakinkannya."Makasih Tan, kamu selalu ada untukku.""Iya, tap
Berkali-kali ia menelan ludahnya, namun pandangan tak luput dari punggung istrinya.Hingga akhirnya ia menarik Via hingga menghadap kearahnya. Tangan dilingkarkannya di pinggang Via membuat muka keduanya semakin dekat."Ndre! Aku nggak bisa napas," ucapnya. Seketika Andre menghentikan aksinya yang membuat Via tidak bisa bernapas."Sayang! Sekarang kamu itu istriku. Tolong, panggil aku dengan sebutan SAYANG jangan Andre ataupun Ndre, Oke!" Andre mengedipkan sebelah matanya"Harus SAYANG banget ya?" tanya Via pelan."Iya dan itu perintah. Tidak boleh dilanggar, Oke!" Sebuah kecupan kembali mendarat di bibir Via. Lagi-lagi Via tidak bisa menghindar, Andre melanjutkan misinya yang sempat terputus.Saat Andre sudah benar-benar bernapsu, aksinya harus terhentikan lagi karena ketukan pintu dari luar. Dengan sangat terpaksa Andre melepaskan pelukan pada pinggang istrinya lalu berjalan untuk membuka pintu."Ada apa, Bi?" tanya Andre saat pintu terbuka."Kata ibu makan dulu, ibu menunggu di me
Usai sarapan pagi, Via dan Andre mengemasi barang-barang Andre. Setelah berpamitan dengan Elisa dan Mika. Mobil yang dikendarai sendiri oleh Andre mulai melaju."Kita mampir ke pasar dulu ya," ucap Via saat di perjalanan, mengingat dirumahnya tidak ada stok barang untuk memasak."Kepasar? Kenapa nggak mau beli di Indom**et aja?""Ya enakan beli di pasar lebih bagus, kalau sayuran kan masih segar-segar."Andre pun menurut saja permintaan istrinya, selesai belanja mereka tidak langsung pulang. Menghabiskan waktunya seharian diluar. Saking sibuknya Andre sudah lama tidak menikmati jalan-jalan bersama, apalagi sekarang bersama wanita yang disampainnya sekarang adalah istrinya sendiri.Pukul 4.00 sore, mereka akhirnya tiba dirumah Via. Mereka menurunkan semua barang bawaan Andre dan membawanya ke kamar. Via memasukkan pakaian Andre ke lemari, sedangkan Andre duduk di ranjang Via sibuk dengan laptopnya berbalas email dengan sekertarisnya membahas tentang pekerjaan."Sayang, mau makan apa?
Tak terasa pernikahan Andre dan Via sudah berjalan seminggu, tapi keduanya sibuk dengan urusan masing-masing.Pagi ini Andre dan Via bersantai di rumah, karena sudah beberapa hari mereka sibuk bekerja. Saat sedang duduk santai di depan televisi menikmati berita selebriti tanah air, bel pintu rumahnya berbunyi. Keduanya pun berdiri secara bersamaan."Biar aku saja, Yank," ucap Via langsung berjalan kedepan. Andre pun membuntuti istrinya karena penasaran siapa yang pagi-pagi datang."Mama," ucap Via memeluk Elisa setelah pintu terbuka"Kenapa pagi-pagi sekali datangnya, Ma?" tanya Andre, karena ia tahu Elisa pasti punya tujuan penting."Apakah mama menganggu? Apakah kamu sedang bermain bola anakku?" tanya Elisa pada Andre, membuat Andre menggaruk kepalanya yang tidak gatal mendengar pertanyaan ibunya. Lain halnya dengan Via wajahnya menjadi merah padam karena malu. Apalagi sampai saat ini ia belum melakukannya dengan Andre karena baru hari ini terakhir Via datang bulan."Tidak Ma, bu