Share

Part 3

Author: Ria Wijaya
last update Last Updated: 2024-01-19 16:58:22

"Bu, saya beli sayur bayamnya dua ikat, tempenya satu, sama ikan asinnya satu bungkus. Berapa semuanya?"

"Semuanya sepuluh ribu, Reth. Udah itu aja?" 

"Iya, Bu," sahut Aretha seraya hendak pergi, namun ia mengurungkan langkahnya ketika ada seseorang yang memanggilnya.

"Retha, kamu yakin belanjaan segitu cukup untuk satu hari? Di rumahmu kan banyak orang, mana mungkin belanjaan segitu cukup untuk sehari?"

"Cukup kok, Bu," sahut Aretha seraya tersenyum lebar.

"Ih, masa sih? Kalau aku belanja segitu cuma buat sekali makan. Pasti kamunya saja yang sengaja irit, seharusnya kalau masak buat keluarga itu jangan hitung-hitungan Retha, Fauzan kan gajinya lumayan gede."

Aretha menghela napas. Dasar para tetangga, mereka selalu enteng ngomongnya, padahal mereka tidak tahu kondisi di rumah itu seperti apa?

Karena malas meladeni omongan tetangga yang suka mencari kesalahannya, Aretha pun tanpa mempedulikan omongan ibu-ibu tersebut, ia langsung pamit pergi.

"Aduh, udah siang nih Ibu-ibu. Maaf ya, saya duluan," ujar Aretha seraya melipir menjauh, Aretha semakin mempercepat langkahnya tanpa mempedulikan para ibu-ibu tadi yang langsung menggunjingnya.

"Huh, dasar perempuan kurang ajar! Pantas saja Bu Yuni tidak suka dengannya, kalian lihat saja kelakuannya itu. Huh, udah jelek, gayanya sok lagi!"

"Iya, aku juga ilfil dengan dia, coba kalian lihat deh penampilannya, udah kayak orang nggak keurus gitu, padahal jelas-jelas suaminya kerjanya juga sudah mapan. Tapi, dianya saja yang nggak pandai merawat diri, dan kalau si Fauzan nanti sampai kepincut sama cewek lain, hu ... jangan sampai dia nyesel!"

Orang-orang yang se- frekuensi dengan ibu-ibu yang suka menghina Aretha, mereka  jelas saja akan membenarkan perkataan ibu-ibu tersebut.

Namun, bagi orang yang waras pikirnya, mereka hanya menghela napas ketika mendengar gunjingan tersebut.

Hadeh ... emang dasar emak-emak, mereka pasti menyesal jika nggak ngegosipin orang barang sehariii aja.

Sedangkan Aretha sendiri, ia sudah sering mendengar gunjingan seperti ini, maka dari itu ia tadi memilih kabur karena sudah bosan mendengar kalimat tersebut.

"Bergosiplah sesuka hati kalian, kalau cuma begitu aja omongan kalian itu nggak ngefek buatku, sebab sekarang ada yang lebih penting daripada menanggapi gunjingan kalian."

Waktu sudah menunjukkan pukul setengah enam pagi, Aretha harus cepat memasak sebelum orang-orang itu keluar dari kamar.

Aretha hari ini memang sengaja belanja sedikit, sebab ia akan memberi pelajaran kepada suaminya dan juga keluarganya, hitung-hitung ini sebagai balasan karena suaminya tidak mau memberi uang lebih padanya.

Aretha sekarang tidak peduli jika ia dianggap sebagai istri yang tidak berbakti, sebab ia juga harus memperjuangkan hak-haknya yang memang perlu diperjuangkan.

Aretha mungkin akan tetap menjadi istri yang baik dan juga penurut, namun jika ia tidak dibodohi oleh suami dan keluarganya seperti ini. Dan, oleh karena itu Aretha sekarang harus melakukan ini sebagai protes atas ketidakadilan di dalam rumah tangga ini.

Setelah selesai menggoreng tempe, Aretha kemudian meletakkan di wadah yang tertutup, dan kemudian menyembunyikannya di atas kitchen set, karena hanya di situlah tempat yang paling aman dari jangkauan mata orang-orang dewasa di rumah ini sekalipun.

Sebab tempe ini hanya boleh dimakan oleh anaknya dan dirinya saja, sedangkan yang lainnya, mereka bisa makan ikan asin dan juga sayur bening bayam yang sedang dimasaknya saat ini.

Tepat setelah Aretha selesai memasak, satu persatu orang mulai keluar dari kamar mereka masing-masing, terutama suaminya yang harus pergi ke kamar mandi sebab akan berangkat bekerja.

Dan, di saat semua orang sedang sarapan, Aretha beralih bersih-bersih rumah dan kemudian mencuci baju, baru kemudian setelah itu ia mengurus Vano sebelum nantinya Vano berangkat sekolah.

Namun, hari ini sedikit berbeda dari biasanya, sebab biasanya orang-orang yang langsung makan setelah mereka duduk di meja makan, kini mereka terlebih dahulu memanggil Aretha yang sedang menyapu di ruang tamu.

"Retha, ... Retha!"

Aretha tertawa kecil saat ia mendengar teriakan ibu mertuanya, Aretha bisa menebak apa yang  menjadi sebab ibu mertuanya itu memanggilnya.

"Iya, Bu. Ada apa?" tanya Aretha pura-pura polos.

"Ini, kenapa menunya hanya ini saja? Masa iya kita disuruh makan Ikan asin, dan ini apa ini? Masa iya cuma bayam saja, nggak ada temannya sama sekali!"

"Ya mau gimana lagi, Bu. Mas Fauzan ngasih uangnya pas-pasan, jadi cuma bisa beli itu aja."

"Hah, Apa? Lho kan biasanya juga bisa beli lauk atau sayuran lainnya, tapi sekarang kenapa hanya ini saja?"

"Lho, Bu. Aku kan juga perlu beli kebutuhan buat aku sendiri, dan kata Mas Fauzan kalau aku mau beli barang, aku juga harus bisa ngatur uang yang dikasihnya, jadi sekarang makanan kita ya cuma itu aja."

"Heh, Retha! Memangnya kamu ini ingin beli apa? Kamu ini dasar istri nggak berguna ya! Bukannya mikirin kepentingan keluarga, kamu malah mau mikir kesenanganmu sendiri!"

"Lho, Bu. Ibu kok ngatain saya istri nggak berguna sih, padahal selama ini saya sudah melakukan semua kewajiban saya, dan jangan hanya karena saya ingin membeli kebutuhan saya, lalu kemudian Ibu ngatain saya istri yang tidak berguna, padahal selama ini saya juga sudah sering mengalah kalau masalah uang."

Dibalas dengan perkataan tersebut, Yuni sontak langsung diam, sebab selain perkataan Aretha yang memang benar, Yuni juga terkejut karena ternyata Aretha bisa menjawab kata-katanya, dan ini baru pertama kalinya Aretha berani padanya.

"Fauzan, lihat itu istri kamu, dia sudah berani dengan Ibu. Kamu sebagai suami harus mengajarinya dong?"

Karena tidak bisa menyudutkan Aretha lagi, Yuni menggunakan Fauzan sebagai senjatanya, sebab Yuni berpikir bahwa Fauzan pasti akan membelanya.

Namun, ekspetasi tidak sesuai dengan kenyataan, sebab Fauzan hanya mengatakan, "Sudah, Bu. Jangan berantem sama Retha, lebih baik Ibu makan dulu yang ada."

"Fauzan!"

Fauzan memberi kode pada ibunya untuk diam, sebab Fauzan sendiri juga merasa kaget melihat perubahan istrinya saat ini. Fauzan tidak menyangka bahwa Aretha yang biasanya selama ini hanya diam dan menurut saja, kini istrinya itu sudah berani menjawab kata-kata ibunya.

Mungkinkah ini semua gara-gara masalah semalam? Jadi Aretha saat ini marah dan melakukan aksi protesnya dengan cara seperti ini.

Dan, Fauzan sendiri yang sebenarnya takut jika ia harus memberi uang lagi pada Aretha, maka dari itu ia sedari tadi memilih diam saja. Padahal  tidak jauh berbeda dengan Fauzan, Yuni juga tidak berani memojokkan Aretha lagi karena ia takut jika Aretha akan mengungkit soal jatah bulanan yang dikasih Fauzan kepadanya.

Sedangkan Aretha yang melihat mereka saat ini kembali duduk dan makan dengan apa yang sudah ia sediakan, dalam hati ia tersenyum puas melihat sikap suaminya dan juga keluarganya.

"Huh, kalian pikir aku tidak tahu apa yang sedang kalian pikirkan? Baiklah, kalau ini yang memang jadi kemauan kalian, kita lihat saja, sampai kapan kalian kuat makan dengan menu seperti ini?" batin Aretha seraya tertawa dalam hati.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • MEMBUNGKAM HINAAN MEREKA    MHMS2 part 42 (Tamat)

    [Aku lagi di rumah temenku, memangnya kenapa kok pingin ketemu aku?] [Ih, Kak. Memangnya Kak Nayra nggak lihat postingan teman Kakak, dia kayaknya sengaja pingin jatohin harga diri kamu kak.] [Udah biarin aja, lagi pula sebentar lagi semuanya juga akan terbongkar, jadi kamu tenang aja, kamu cukup tunggu kabar baiknya aja.] Setelah membalas pesan tersebut, Nayra kemudian memasukkan ponselnya kembali ke dalam tasnya, dan ia sebenarnya juga tidak sabar mengakhiri semua sandiwaranya ini. Lalu setelah mereka semua puas makan rujak, Melisa mengajak teman-temannya keliling, termasuk Nayra. Nayra dan yang lainnya diajak Melisa melihat sawah dan kebun jeruk milik suaminya Melisa. Tidak hanya itu, Melisa juga memamerkan dua lahan kosong milik suaminya, ketika mobil mereka melewati jalanan tersebut, sehingga membuat Nayra semakin yakin dengan dugaannya tentang suaminya Melisa. [Mas, gimana?] [Sudah semuanya Yank. Ini dia sudah dijemput polisi, dan sebentar lagi aku akan jemput k

  • MEMBUNGKAM HINAAN MEREKA    MHMS2 part 41

    Sesuai dengan kesepakatan kemarin, hari ini Nayra, Diah, Intan, dan Sari, akan bertemu di rumahnya Melisa."Loh, Yank. Kenapa kamu pakai baju ini? Kamu nggak suka ya, dengan baju yang dibelikan Mama kemarin?" tanya Vano saat melihat Nayra memakai baju bawaannya sendiri, sebuah baju yang warnanya sudah kusam, dan tentunya terkesan bikin mata jadi sepet."Suka Yank. Suka banget malah, tapi hari ini aku mau menghormati orang yang mengundangku, dia kan mau terlihat lebih WOW dari aku, masa iya aku dengan jahatnya ngerusak rencananya itu."Sejenak Vano memahami kata-kata Nayra, lalu kemudian ia mengatakan, "Oh ... sekarang aku jadi lebih paham lagi, kenapa kamu nggak mau pake Rolls-Royce, dan minta antar aku. Kamu masih belum mau nunjukin dirimu yang sekarang ya?""Iya, lagi pula kemarin Melisa udah mamerin semua perhiasannya, dan hari ini dia mau pamerin hartanya yang lainnya lagi, jadi aku harus dukung dia dong, dan jangan sampai buat dia malu."Nayra yang sudah mengetahui watak Melisa,

  • MEMBUNGKAM HINAAN MEREKA    MHMS2 part 40

    Setelah puas mengobrol, mereka berdua akhirnya memutuskan pulang."Eh, Nay. Main ke rumahku yuk, kan kamu mumpung ada di sini, nanti kita jalan-jalan juga sama, Intan, Diah, dan Sari.""Lho, mereka juga tinggal di sini?" tanya Nayra yang juga jadi teringat dengan nama-nama teman SMP nya dulu."Iya, mereka juga dapat suami yang berasal dari kota ini, namun kami tinggal di desa yang berbeda.""Baiklah, nanti kamu kabarin aku aja kalau mau ngumpul, aku akan datang ke sana.""Oke, terus kamu ke sini tadi naik apa?" tanya Melisa yang berniat memberi tumpangan untuk Nayra, jika Nayra datangnya dengan jalan kaki, maka Melisa bisa pamer ke Nayra, betapa enaknya naik mobil mahal milik suaminya itu."Naik mobil itu," sahut Nayra sembari menunjuk mobil yang ia tumpangi tadi.Melisa hampir menyemburkan tawa ketika melihat mobil butut milik Nayra, yang berbanding jauh dengan mobil miliknya."Oh, kalau begitu aku duluan ya, itu sopirku udah siap." Melisa menunjuk mobil Alphard yang ditumpanginya ke

  • MEMBUNGKAM HINAAN MEREKA    MHMS2 part 39

    "Mas, hari ini aku ingin pergi ke alun-alun, kan katanya di sana ada bazar, aku pingin beli jajan, boleh ya?" tanya Nayra sembari menyuapi Vano, sebab saat ini kedua tangan Vano masih sibuk mengetik di laptopnya."Iya, beli saja apa yang kamu mau, dan kamu boleh pergi ke mana pun, asalkan diantar sama sopir.""Siap, Bos," sahut Nayra sembari memberi hormat, lalu kemudian ia menyuapi Vano lagi.Setelah sarapan mereka habis, Vano kemudian langsung berangkat ke kantor, sedangkan Nayra juga langsung bersiap-siap untuk pergi."Pak, memangnya nggak ada motor ya? Alun-alun kan Deket, masa kita pergi naik mobil ini?" Nayra merasa kurang nyaman saja kalau pergi ke mana-mana harus memakai Rolls-Royce, dan ia juga takut akan jadi pusat perhatian nantinya."Waduh, Bu. Kalau di sini nggak ada motor, dan dari Surabaya saya memang sudah disuruh bawa mobil ini untuk mengantar ke mana pun Bu Nayra pergi."Melihat wajah Nayra berubah murung, lalu sang sopir memiliki ide lain."Kalau Bu Nayra nggak ing

  • MEMBUNGKAM HINAAN MEREKA    MHMS2 part 38

    "Aku juga nggak tahu, Ma," sahut Fadil yang juga baru saja mendengar nama itu."Oh, Melisa itu tetangga saya di Melawi," timpal Nayra."Owh ...." sahut semua orang kompak."Iya, wanita itu memang dari Melawi, dan dia menikah dengan salah satu manajer Wangs Food yang ada di kota ini, dan mertuanya juga seorang kepala desa Nglegok, jadi mereka mendapatkan undangan dari kami karena termasuk perangkat desa. Dan, mengenai alasan para staf mengira wanita itu menantunya Pak Davin, karena tadi wanita itu menaiki mobil Alphard," jelas Aryo, yang membuat semua orang mengangguk mengerti.Lalu kemudian mereka berbicara hal lain, hingga kemudian Fadil, Rita, dan Aryo, pamit pulang.Setelah itu, Vano dan Nayra juga pamit pulang ke hotel kembali, namun saat di perjalanan, Vano mengambil jalan yang berbeda dari sebelumnya, sebab ia sekaligus mengajak Nayra mengelilingi sebagian kota Ledok Ombo.Sesampainya di hotel, mereka berdua langsung masuk kamar."Ini, ambillah!" ujar Vano sembari menyodorkan be

  • MEMBUNGKAM HINAAN MEREKA    MHMS2 part 37

    Para staf itu kemudian langsung bubar dan masuk ke dalam ballroom hotel, mereka hendak membicarakan masalah ini pada Aryo, namun saat ini Aryo sedang memberikan sambutan pada para tamu undangan."Sekali lagi saya memohon maaf untuk para tamu undangan yang sudah hadir, dan terutama untuk Bapak-bapak atau Ibu-ibu yang ingin berbicara langsung dengan Pak Davin dan Bu Aretha, yang saat ini mereka tidak bisa hadir dalam acara ini dikarenakan putri mereka baru saja mengalami kecelakaan, dan saat ini sedang dirawat di rumah sakit.""Sebenarnya hari ini menantu mereka, Bu Nayra, akan hadir di tengah-tengah kita, namun mungkin Beliau juga memiliki halangan lain, sehingga hari ini juga tidak bisa hadir dalam acara ini. Jadi saya mewakili Queen Hotel, memohon maaf yang sebesar-besarnya. Terima kasih." Lanjut Aryo sembari menatap kursi yang ditata khusus untuk tempat duduk Nayra, namun sudah diduduki oleh wanita lain, jadi Aryo mengira Nayra tidak bisa datang dan para staf menyuruh tamu lain untu

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status