Share

Part 2

Setelah selesai menyiapkan semua kebutuhan Fauzan yang sudah pulang bekerja, kini Aretha memberanikan diri untuk berbicara dengan Fauzan tentang satu persatu keinginannya.

"Mas, jatah bulanan untuk bulan ini kamu kasih lebih ya, soalnya aku ingin membeli beberapa barang," ujar Aretha pelan seraya menaruh secangkir kopinya Fauzan di atas meja ruang tamu.

"Ya nggak bisa dong, Reth. Lagi pula, kamu ini mau beli apa sih?"

"Ya banyak lah pokoknya, Mas. Kamu kan gajinya dua juta, masa sekali-kali nambahin tiga ratus ribu saja tidak bisa," keluh Aretha.

Aretha yang selama ini hanya mendapatkan uang bulanan lima ratus ribu saja, ia tentu harus super irit agar bisa mencukupi segala kebutuhan dapur dan jajan anaknya saja, jadi Aretha tidak pernah menikmati sedikit pun uang tersebut untuk memenuhi kebutuhan dirinya sendiri, yaitu seperti membeli baju, skincare atau yang lainnya.

Jangankan untuk membeli baju baru atau skincare, hanya untuk membeli lipstik atau bedak saja, Aretha bisa membelinya ketika mau lebaran, jadi selama ini Aretha memakai bedak dan lipstik hanya ketika ia pergi ke acara kondangan  atau acara yang penting-penting saja, sebab agar bedak dan lipstiknya bisa awet hingga setahun, bahkan juga lebih.

"Kamu ini gimana sih, kamu kan tahu sendiri, kalau aku harus pegang yang satu juta untuk keperluanku sendiri selama satu bulan, sedangkan yang lima ratus nya buat Ibu. Jadi, kamu harus atur sendiri dong uang lima ratus yang aku kasihkan ke kamu itu, agar bagaimana caranya kamu bisa beli barang keinginan kamu, tanpa minta jatah tambahan lagi."

Aretha sontak mendengus setelah mendengar jawaban Fauzan, ia tentu  kesal karena Fauzan tidak berinisiatif membagi jatah bulanannya untuknya. Padahal Fauzan bisa saja mengakalinya dengan cara membeli rokok yang lebih murah agar dia bisa memberi uang lebih padanya.

"Oh ... baiklah jika memang itu yang jadi keinginanmu, berarti mulai besok aku akan mengakali uang belanjaku untuk bisa membeli barang yang aku inginkan," batin Aretha kesal.

Tujuan Aretha meminta uang lebih pada Fauzan sebenarnya untuk merubah sedikit penampilannya dan juga anaknya, sebab pakaian sehari-hari Aretha dan anaknya sudah terlalu lusuh, bahkan sudah terlalu banyak jahitan karena pakaian mereka sering sobek sebab terlalu lamanya mereka memakai pakaian itu dan itu saja.

Sedangkan di dalam ruang keluarga, tanpa Aretha dan Fauzan sadari, Yuni telah mendengar semua pembicaraan mereka, ia juga tengah menertawakan Aretha karena tidak berhasil merayu anaknya untuk meminta uang bulanan lebih.

"Bagus, Fauzan. Jangan kasih dia uang lagi, toh lagi pula Fauzan mana bisa dirayunya, sebab bodinya Aretha saja udah kayak tong, mana item dan kucel banget mukanya, ih pokoknya amit-amit punya mantu kayak dia," batin Yuni yang sebenarnya jijik memiliki menantu seperti Aretha.

Dahulu sebenarnya penampilan Aretha tidak seperti ini, kini ia berubah bentuk dari langsing ke gendut karena ia tengah memakai alat kontrasepsi, sedangkan untuk kulit dan wajahnya, Aretha tidak bisa merawatnya karena kurangnya dana, maka dari itu ia kini meminta uang lebih pada Fauzan untuk merubah sedikit penampilannya agar tidak terlalu diejek orang-orang.

Akan tetapi, suaminya yang pelit dan tidak pengertian itu tidak mau menuruti keinginannya.

Aretha yang merasa gagal untuk memulai misinya, ia pun memilih pergi ke kamarnya, yang lebih tepatnya pintu kamarnya berada tepat berhadapan dengan ruang tamu. Aretha lebih memilih tidur daripada menemani suaminya yang pelit itu.

Namun, setelah kepergian Aretha, kini Yuni berpindah tempat menghampiri Fauzan. Lalu kemudian ia mengatakan, "Eh, tadi teman-temannya Ibu datang ke sini, termasuk Ibunya Nila."

Fauzan yang mendengar nama mantan gebetannya dulu disebut, ia sontak menaruh ponselnya, lalu kemudian ia pura-pura minum kopi buatan Aretha tadi.

"Ekhem, memangnya kenapa?"

"Tahu nggak, kita tadi ngomongin kamu dan Nila, ya sayang aja kalian berdua nggak nikah, padahal  dulu Nila kan juga suka sama kamu."

Fauzan juga belum lama ini tahu tentang hal ini, ia juga tidak menyangka bahwa perasaanya pada Nila dulu sebenarnya terbalas, namun karena Fauzan waktu itu salah paham mengira Nila sudah memiliki pacar, jadilah ia mendekati Aretha hingga menjadikannya istri.

"Terus?"

"Ya kami membicarakan kenapa sampai sekarang Nila belum menikah, apa jangan-jangan dia belum bisa move on dari kamu ya?" celetuk Yuni yang membuat jantung Fauzan tiba-tiba saja jadi berdebar kencang.

"Ibu nih bicara apaan sih, mana mungkin dia belum bisa move on dariku," sahut Fauzan pura-pura cuek, padahal jelas-jelas raut wajahnya tidak bisa menutupi rasa senangnya itu.

"Ya kali aja. Oh ya, bukannya dia sekarang satu tempat kerja dengan kamu ya?"

"Sssttt ... jangan keras-keras, Bu. Tidak enak kalau Aretha dengar, nanti dia mikir macam-macam lagi," ujar  Fauzan pelan.

"Ya, Nila sekarang dipindahkan ke toko kami, dia sekarang juga jadi kasir."

"Owalah ... bagus dong, terus kalau dia masih suka sama kamu, lebih baik kamu ajak saja dia jadi istri keduamu, soalnya tadi kelihatannya Bu Retno setuju meskipun Nila kamu jadikan istri kedua." 

Tanpa canggung sedikit pun, atau mempedulikan perasaannya Aretha, Yuni dengan santainya mengungkapkan keinginannya dan menyampaikan pembicaraan mereka tadi pada Fauzan.

Sedangkan Fauzan tentu saja jadi terkejut bukan main, sebab bisa-bisanya ibunya menyuruhnya memiliki dua istri.

"Ibu ini ngomong apaan sih, aku kan tidak memiliki kualifikasi untuk berpoligami, dan masa iya Nila nya mau, Ibu ini aneh-aneh saja," kilah Fauzan. Padahal dalam hati ia juga menginginkannya. Namun, apakah Aretha akan setuju jika ia menikah lagi?

"Halah, coba dekati dia saja dulu secara perlahan, kalau kalian memang jodoh, dia pasti mau kok, sedangkan untuk masalah Aretha, biar Ibu yang urus."

Mereka terus membicarakan hal ini sampai larut malam, dan tanpa mereka sadari, Aretha tengah menguping pembicaraan mereka berdua.

Aretha yang sebenarnya ingin tidur, ia jadi tidak bisa tidur karena memikirkan obrolan suaminya dan juga ibu mertuanya, dan bisa-bisanya ibu mertuanya malah menyuruh suaminya untuk menikah lagi. Sepertinya ibu mertuanya itu benar-benar sudah tidak waras lagi.

"Huh! Awas saja jika nanti Mas Fauzan benar-benar meminta izin menikah lagi, maka aku pun akan minta cerai darinya," gerutu Aretha kesal.

Tepat setelah Aretha bergumam, pintu kamar kemudian terbuka, dan Fauzan terlihat terkejut ketika memasuki kamar dan mendapati Aretha ternyata masih belum tidur.

"Lho, Retha. Kamu masih belum tidur?" tanya Fauzan sedikit gugup seraya menutup pintu kamar mereka, Fauzan juga sudah bisa menebak kalau Aretha pasti sudah mendengar pembicaraannya dengan ibunya tadi.

"Belum, kenapa? Kamu ngerasa nggak enak kalau aku dengerin obrolan kalian berdua?!" sahut Aretha sinis.

"Ish, kamu ngomong apaan sih, ibu tadi kan hanya ngomong asal, udah jangan dipikirin. Lagi pula, aku juga tidak mau menikah lagi."

"Baguslah. Awas saja kalau kamu sampai menikah lagi! Maka sebelumnya ceraikan aku dulu, baru kamu boleh nikahin si Nila-Nila itu."

"Aduh ... aduh, kok makin ngelantur ngomongnya, memangnya siapa yang mau nikahin Nila? Sudah, lebih baik sekarang kita tidur, besok kan kamu harus bangun pagi, dan aku juga harus kerja. Jadi, jangan mikir macam-macam lagi ya?" ujar Fauzan seraya mencium kening Aretha, agar Aretha berhenti membicarakan masalah ini.

Aretha mendengus, namun ia juga menuruti perkataan Fauzan, sebab ia juga tidak mau stres akibat memikirkan hal ini, toh jika Fauzan beneran ingin menikah lagi, Aretha tinggal minta cerai saja, lalu apa susahnya?

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status