Setelah selesai menyiapkan semua kebutuhan Fauzan yang sudah pulang bekerja, kini Aretha memberanikan diri untuk berbicara dengan Fauzan tentang satu persatu keinginannya.
"Mas, jatah bulanan untuk bulan ini kamu kasih lebih ya, soalnya aku ingin membeli beberapa barang," ujar Aretha pelan seraya menaruh secangkir kopinya Fauzan di atas meja ruang tamu."Ya nggak bisa dong, Reth. Lagi pula, kamu ini mau beli apa sih?""Ya banyak lah pokoknya, Mas. Kamu kan gajinya dua juta, masa sekali-kali nambahin tiga ratus ribu saja tidak bisa," keluh Aretha.Aretha yang selama ini hanya mendapatkan uang bulanan lima ratus ribu saja, ia tentu harus super irit agar bisa mencukupi segala kebutuhan dapur dan jajan anaknya saja, jadi Aretha tidak pernah menikmati sedikit pun uang tersebut untuk memenuhi kebutuhan dirinya sendiri, yaitu seperti membeli baju, skincare atau yang lainnya.Jangankan untuk membeli baju baru atau skincare, hanya untuk membeli lipstik atau bedak saja, Aretha bisa membelinya ketika mau lebaran, jadi selama ini Aretha memakai bedak dan lipstik hanya ketika ia pergi ke acara kondangan atau acara yang penting-penting saja, sebab agar bedak dan lipstiknya bisa awet hingga setahun, bahkan juga lebih."Kamu ini gimana sih, kamu kan tahu sendiri, kalau aku harus pegang yang satu juta untuk keperluanku sendiri selama satu bulan, sedangkan yang lima ratus nya buat Ibu. Jadi, kamu harus atur sendiri dong uang lima ratus yang aku kasihkan ke kamu itu, agar bagaimana caranya kamu bisa beli barang keinginan kamu, tanpa minta jatah tambahan lagi."Aretha sontak mendengus setelah mendengar jawaban Fauzan, ia tentu kesal karena Fauzan tidak berinisiatif membagi jatah bulanannya untuknya. Padahal Fauzan bisa saja mengakalinya dengan cara membeli rokok yang lebih murah agar dia bisa memberi uang lebih padanya."Oh ... baiklah jika memang itu yang jadi keinginanmu, berarti mulai besok aku akan mengakali uang belanjaku untuk bisa membeli barang yang aku inginkan," batin Aretha kesal.Tujuan Aretha meminta uang lebih pada Fauzan sebenarnya untuk merubah sedikit penampilannya dan juga anaknya, sebab pakaian sehari-hari Aretha dan anaknya sudah terlalu lusuh, bahkan sudah terlalu banyak jahitan karena pakaian mereka sering sobek sebab terlalu lamanya mereka memakai pakaian itu dan itu saja.Sedangkan di dalam ruang keluarga, tanpa Aretha dan Fauzan sadari, Yuni telah mendengar semua pembicaraan mereka, ia juga tengah menertawakan Aretha karena tidak berhasil merayu anaknya untuk meminta uang bulanan lebih."Bagus, Fauzan. Jangan kasih dia uang lagi, toh lagi pula Fauzan mana bisa dirayunya, sebab bodinya Aretha saja udah kayak tong, mana item dan kucel banget mukanya, ih pokoknya amit-amit punya mantu kayak dia," batin Yuni yang sebenarnya jijik memiliki menantu seperti Aretha.Dahulu sebenarnya penampilan Aretha tidak seperti ini, kini ia berubah bentuk dari langsing ke gendut karena ia tengah memakai alat kontrasepsi, sedangkan untuk kulit dan wajahnya, Aretha tidak bisa merawatnya karena kurangnya dana, maka dari itu ia kini meminta uang lebih pada Fauzan untuk merubah sedikit penampilannya agar tidak terlalu diejek orang-orang.Akan tetapi, suaminya yang pelit dan tidak pengertian itu tidak mau menuruti keinginannya.Aretha yang merasa gagal untuk memulai misinya, ia pun memilih pergi ke kamarnya, yang lebih tepatnya pintu kamarnya berada tepat berhadapan dengan ruang tamu. Aretha lebih memilih tidur daripada menemani suaminya yang pelit itu.Namun, setelah kepergian Aretha, kini Yuni berpindah tempat menghampiri Fauzan. Lalu kemudian ia mengatakan, "Eh, tadi teman-temannya Ibu datang ke sini, termasuk Ibunya Nila."Fauzan yang mendengar nama mantan gebetannya dulu disebut, ia sontak menaruh ponselnya, lalu kemudian ia pura-pura minum kopi buatan Aretha tadi."Ekhem, memangnya kenapa?""Tahu nggak, kita tadi ngomongin kamu dan Nila, ya sayang aja kalian berdua nggak nikah, padahal dulu Nila kan juga suka sama kamu."Fauzan juga belum lama ini tahu tentang hal ini, ia juga tidak menyangka bahwa perasaanya pada Nila dulu sebenarnya terbalas, namun karena Fauzan waktu itu salah paham mengira Nila sudah memiliki pacar, jadilah ia mendekati Aretha hingga menjadikannya istri."Terus?""Ya kami membicarakan kenapa sampai sekarang Nila belum menikah, apa jangan-jangan dia belum bisa move on dari kamu ya?" celetuk Yuni yang membuat jantung Fauzan tiba-tiba saja jadi berdebar kencang."Ibu nih bicara apaan sih, mana mungkin dia belum bisa move on dariku," sahut Fauzan pura-pura cuek, padahal jelas-jelas raut wajahnya tidak bisa menutupi rasa senangnya itu."Ya kali aja. Oh ya, bukannya dia sekarang satu tempat kerja dengan kamu ya?""Sssttt ... jangan keras-keras, Bu. Tidak enak kalau Aretha dengar, nanti dia mikir macam-macam lagi," ujar Fauzan pelan."Ya, Nila sekarang dipindahkan ke toko kami, dia sekarang juga jadi kasir.""Owalah ... bagus dong, terus kalau dia masih suka sama kamu, lebih baik kamu ajak saja dia jadi istri keduamu, soalnya tadi kelihatannya Bu Retno setuju meskipun Nila kamu jadikan istri kedua." Tanpa canggung sedikit pun, atau mempedulikan perasaannya Aretha, Yuni dengan santainya mengungkapkan keinginannya dan menyampaikan pembicaraan mereka tadi pada Fauzan.Sedangkan Fauzan tentu saja jadi terkejut bukan main, sebab bisa-bisanya ibunya menyuruhnya memiliki dua istri."Ibu ini ngomong apaan sih, aku kan tidak memiliki kualifikasi untuk berpoligami, dan masa iya Nila nya mau, Ibu ini aneh-aneh saja," kilah Fauzan. Padahal dalam hati ia juga menginginkannya. Namun, apakah Aretha akan setuju jika ia menikah lagi?"Halah, coba dekati dia saja dulu secara perlahan, kalau kalian memang jodoh, dia pasti mau kok, sedangkan untuk masalah Aretha, biar Ibu yang urus."Mereka terus membicarakan hal ini sampai larut malam, dan tanpa mereka sadari, Aretha tengah menguping pembicaraan mereka berdua.Aretha yang sebenarnya ingin tidur, ia jadi tidak bisa tidur karena memikirkan obrolan suaminya dan juga ibu mertuanya, dan bisa-bisanya ibu mertuanya malah menyuruh suaminya untuk menikah lagi. Sepertinya ibu mertuanya itu benar-benar sudah tidak waras lagi."Huh! Awas saja jika nanti Mas Fauzan benar-benar meminta izin menikah lagi, maka aku pun akan minta cerai darinya," gerutu Aretha kesal.Tepat setelah Aretha bergumam, pintu kamar kemudian terbuka, dan Fauzan terlihat terkejut ketika memasuki kamar dan mendapati Aretha ternyata masih belum tidur."Lho, Retha. Kamu masih belum tidur?" tanya Fauzan sedikit gugup seraya menutup pintu kamar mereka, Fauzan juga sudah bisa menebak kalau Aretha pasti sudah mendengar pembicaraannya dengan ibunya tadi."Belum, kenapa? Kamu ngerasa nggak enak kalau aku dengerin obrolan kalian berdua?!" sahut Aretha sinis."Ish, kamu ngomong apaan sih, ibu tadi kan hanya ngomong asal, udah jangan dipikirin. Lagi pula, aku juga tidak mau menikah lagi.""Baguslah. Awas saja kalau kamu sampai menikah lagi! Maka sebelumnya ceraikan aku dulu, baru kamu boleh nikahin si Nila-Nila itu.""Aduh ... aduh, kok makin ngelantur ngomongnya, memangnya siapa yang mau nikahin Nila? Sudah, lebih baik sekarang kita tidur, besok kan kamu harus bangun pagi, dan aku juga harus kerja. Jadi, jangan mikir macam-macam lagi ya?" ujar Fauzan seraya mencium kening Aretha, agar Aretha berhenti membicarakan masalah ini.Aretha mendengus, namun ia juga menuruti perkataan Fauzan, sebab ia juga tidak mau stres akibat memikirkan hal ini, toh jika Fauzan beneran ingin menikah lagi, Aretha tinggal minta cerai saja, lalu apa susahnya?[Aku lagi di rumah temenku, memangnya kenapa kok pingin ketemu aku?] [Ih, Kak. Memangnya Kak Nayra nggak lihat postingan teman Kakak, dia kayaknya sengaja pingin jatohin harga diri kamu kak.] [Udah biarin aja, lagi pula sebentar lagi semuanya juga akan terbongkar, jadi kamu tenang aja, kamu cukup tunggu kabar baiknya aja.] Setelah membalas pesan tersebut, Nayra kemudian memasukkan ponselnya kembali ke dalam tasnya, dan ia sebenarnya juga tidak sabar mengakhiri semua sandiwaranya ini. Lalu setelah mereka semua puas makan rujak, Melisa mengajak teman-temannya keliling, termasuk Nayra. Nayra dan yang lainnya diajak Melisa melihat sawah dan kebun jeruk milik suaminya Melisa. Tidak hanya itu, Melisa juga memamerkan dua lahan kosong milik suaminya, ketika mobil mereka melewati jalanan tersebut, sehingga membuat Nayra semakin yakin dengan dugaannya tentang suaminya Melisa. [Mas, gimana?] [Sudah semuanya Yank. Ini dia sudah dijemput polisi, dan sebentar lagi aku akan jemput k
Sesuai dengan kesepakatan kemarin, hari ini Nayra, Diah, Intan, dan Sari, akan bertemu di rumahnya Melisa."Loh, Yank. Kenapa kamu pakai baju ini? Kamu nggak suka ya, dengan baju yang dibelikan Mama kemarin?" tanya Vano saat melihat Nayra memakai baju bawaannya sendiri, sebuah baju yang warnanya sudah kusam, dan tentunya terkesan bikin mata jadi sepet."Suka Yank. Suka banget malah, tapi hari ini aku mau menghormati orang yang mengundangku, dia kan mau terlihat lebih WOW dari aku, masa iya aku dengan jahatnya ngerusak rencananya itu."Sejenak Vano memahami kata-kata Nayra, lalu kemudian ia mengatakan, "Oh ... sekarang aku jadi lebih paham lagi, kenapa kamu nggak mau pake Rolls-Royce, dan minta antar aku. Kamu masih belum mau nunjukin dirimu yang sekarang ya?""Iya, lagi pula kemarin Melisa udah mamerin semua perhiasannya, dan hari ini dia mau pamerin hartanya yang lainnya lagi, jadi aku harus dukung dia dong, dan jangan sampai buat dia malu."Nayra yang sudah mengetahui watak Melisa,
Setelah puas mengobrol, mereka berdua akhirnya memutuskan pulang."Eh, Nay. Main ke rumahku yuk, kan kamu mumpung ada di sini, nanti kita jalan-jalan juga sama, Intan, Diah, dan Sari.""Lho, mereka juga tinggal di sini?" tanya Nayra yang juga jadi teringat dengan nama-nama teman SMP nya dulu."Iya, mereka juga dapat suami yang berasal dari kota ini, namun kami tinggal di desa yang berbeda.""Baiklah, nanti kamu kabarin aku aja kalau mau ngumpul, aku akan datang ke sana.""Oke, terus kamu ke sini tadi naik apa?" tanya Melisa yang berniat memberi tumpangan untuk Nayra, jika Nayra datangnya dengan jalan kaki, maka Melisa bisa pamer ke Nayra, betapa enaknya naik mobil mahal milik suaminya itu."Naik mobil itu," sahut Nayra sembari menunjuk mobil yang ia tumpangi tadi.Melisa hampir menyemburkan tawa ketika melihat mobil butut milik Nayra, yang berbanding jauh dengan mobil miliknya."Oh, kalau begitu aku duluan ya, itu sopirku udah siap." Melisa menunjuk mobil Alphard yang ditumpanginya ke
"Mas, hari ini aku ingin pergi ke alun-alun, kan katanya di sana ada bazar, aku pingin beli jajan, boleh ya?" tanya Nayra sembari menyuapi Vano, sebab saat ini kedua tangan Vano masih sibuk mengetik di laptopnya."Iya, beli saja apa yang kamu mau, dan kamu boleh pergi ke mana pun, asalkan diantar sama sopir.""Siap, Bos," sahut Nayra sembari memberi hormat, lalu kemudian ia menyuapi Vano lagi.Setelah sarapan mereka habis, Vano kemudian langsung berangkat ke kantor, sedangkan Nayra juga langsung bersiap-siap untuk pergi."Pak, memangnya nggak ada motor ya? Alun-alun kan Deket, masa kita pergi naik mobil ini?" Nayra merasa kurang nyaman saja kalau pergi ke mana-mana harus memakai Rolls-Royce, dan ia juga takut akan jadi pusat perhatian nantinya."Waduh, Bu. Kalau di sini nggak ada motor, dan dari Surabaya saya memang sudah disuruh bawa mobil ini untuk mengantar ke mana pun Bu Nayra pergi."Melihat wajah Nayra berubah murung, lalu sang sopir memiliki ide lain."Kalau Bu Nayra nggak ing
"Aku juga nggak tahu, Ma," sahut Fadil yang juga baru saja mendengar nama itu."Oh, Melisa itu tetangga saya di Melawi," timpal Nayra."Owh ...." sahut semua orang kompak."Iya, wanita itu memang dari Melawi, dan dia menikah dengan salah satu manajer Wangs Food yang ada di kota ini, dan mertuanya juga seorang kepala desa Nglegok, jadi mereka mendapatkan undangan dari kami karena termasuk perangkat desa. Dan, mengenai alasan para staf mengira wanita itu menantunya Pak Davin, karena tadi wanita itu menaiki mobil Alphard," jelas Aryo, yang membuat semua orang mengangguk mengerti.Lalu kemudian mereka berbicara hal lain, hingga kemudian Fadil, Rita, dan Aryo, pamit pulang.Setelah itu, Vano dan Nayra juga pamit pulang ke hotel kembali, namun saat di perjalanan, Vano mengambil jalan yang berbeda dari sebelumnya, sebab ia sekaligus mengajak Nayra mengelilingi sebagian kota Ledok Ombo.Sesampainya di hotel, mereka berdua langsung masuk kamar."Ini, ambillah!" ujar Vano sembari menyodorkan be
Para staf itu kemudian langsung bubar dan masuk ke dalam ballroom hotel, mereka hendak membicarakan masalah ini pada Aryo, namun saat ini Aryo sedang memberikan sambutan pada para tamu undangan."Sekali lagi saya memohon maaf untuk para tamu undangan yang sudah hadir, dan terutama untuk Bapak-bapak atau Ibu-ibu yang ingin berbicara langsung dengan Pak Davin dan Bu Aretha, yang saat ini mereka tidak bisa hadir dalam acara ini dikarenakan putri mereka baru saja mengalami kecelakaan, dan saat ini sedang dirawat di rumah sakit.""Sebenarnya hari ini menantu mereka, Bu Nayra, akan hadir di tengah-tengah kita, namun mungkin Beliau juga memiliki halangan lain, sehingga hari ini juga tidak bisa hadir dalam acara ini. Jadi saya mewakili Queen Hotel, memohon maaf yang sebesar-besarnya. Terima kasih." Lanjut Aryo sembari menatap kursi yang ditata khusus untuk tempat duduk Nayra, namun sudah diduduki oleh wanita lain, jadi Aryo mengira Nayra tidak bisa datang dan para staf menyuruh tamu lain untu