Share

Part 4

Author: Ria Wijaya
last update Last Updated: 2024-01-19 16:58:49

"Mbak, lauknya sudah habis, buruan beli di warungnya Bu Yuyun dong, masa iya aku makan cuma pakai sayur bening doang," ujar Nina pada Aretha yang sedang menyetrika baju.

"Nggak bisa, aku lagi nyetrika. Kamu aja sendiri yang beli," sahut Aretha tanpa menoleh.

"Nggak mau, nanti kalau Nilna nangis gimana?"

"Ya biar aku yang urus. Mangkanya mumpung sekarang Nilna masih tidur, kamu buruan pergi."

"Nggak ah, Mbak. Kamu aja yang beli, atau kalau kamu nggak mau, aku laporin ke Ibu nih."

"Ya udah laporin aja sana," balas Aretha santai.

Tanpa mengulur waktu, Nina pun langsung memanggil ibunya yang sedang bersantai di dalam kamar.

"Bu, ... Ibu! Mbak Retha nih nggak mau beli lauk!" teriak Nina yang persis seperti anak kecil jika merengek minta sesuatu.

Aretha menghela napas, namun ia tidak mempedulikan Nina dan masih asyik melanjutkan pekerjaannya.

"Bu, ....!"

"Ish, apaan sih kamu ,Nin. Teriak-teriak mulu, anakmu kan lagi tidur."

"Ini lho Mbak Retha nggak mau beli lauk, padahal lauknya sudah habis."

Yuni mendesah, lalu dengan angkuh ia mengatakan, "Retha, buruan beli lauknya. Nina sudah lapar, kasihan dia, dia kan lagi menyusui."

Retha dengan santai mematikan stop kontak, lalu kemudian ia menadahkan tangannya. "Baik, kalau begitu mana uangnya, aku akan belikan."

"Heh, ngapain minta uang ke Ibu, ya kamu pakai uang kamu sendiri lah ...."

"Nggak ada, uangku sudah kuatur buat beli bahan masakan besok dan seterusnya, dan kalau kalian nggak mau kasih aku uang, ya kalian makan seadanya itu aja."

Mendengar jawaban Aretha, Yuni dan Nina sontak mengerucutkan bibirnya. Lalu kemudian Yuni mengatakan, "Nina, cepat kasih uangmu, uang Ibu sudah habis."

"Ibu, uangku kan sudah buat keperluan Nilna juga, masa iya masih  harus beli buat kebutuhan dapur juga."

"Hei, Nina. Kamu kan makan di sini juga, masa iya nggak pernah bantu buat keperluan rumah. Lagi  pula, suamimu itu kerja di luar negeri, pasti uang kirimannya kan juga nggak sedikit."

Mendengar perkataan Aretha, Nina sontak menghentakkan kakinya karena kesal, lalu kemudian dengan terpaksa ia pergi ke kamarnya untuk mengambil uang.

Lalu tidak lama kemudian Nina kembali ke depan kamar Aretha dengan membawa selembar uang seratus ribu, lalu kemudian ia menyodorkan uang tersebut dengan kasar. "Nih, tapi kembaliannya jangan lupa dikasihkan ke aku lagi."

"Iya, kamu jangan khawatir," sahut Aretha seraya tersenyum, lalu kemudian ia langsung pergi ke warung.

Sesampainya di warung, Aretha melihat beberapa macam lauk yang sudah tidak selengkap pagi tadi, sembari melihat pilihan lauk tersebut, Aretha kemudian jadi dapat ide buat beli lauk apa?

"Bu, pindangnya satu rantang betapa?"

"Tiga ribu lima ratus, Reth. Tapi, kalau kamu mau ambil semuanya, Ibu kasih tiga ribu deh."

"Hah, yang bener, Bu?"

Bu Yuyun sontak mengangguk, sebab kalau sudah sore begini dan dagangannya tinggal sisa tadi pagi, Bu Yuyun memang suka mengobral dagangannya, agar besok semua dagangannya kompak menjadi baru lagi.

Sedangkan Aretha tentu sangat senang bukan main, apalagi yang ia gunakan saat ini bukanlah uangnya sendiri, jadi kapan lagi dia bisa belanja tanpa perlu repot memikirkan uang belanja untuk besok lagi.

Lalu dengan cepat Aretha segera mengambil delapan rantang ikan pindang tersebut, dan sebagian ikan pindang ini nantinya ia akan masak menjadi ikan pindang kuah pedas.

Sesampainya di rumah, Aretha buru-buru memasak ikan pindang tersebut, dan setelah masakannya matang, tidak lama kemudian Nina keluar dari kamarnya  untuk makan.

"Lho, Mbak. Beli pindangnya kok banyak banget? Kan hanya dibuat untuk makan malam saja, lalu kenapa ini--"

"Ya sebagian lagi kan bisa dibuat makan besok, lagi pula ini tadi mumpung dikasih murah sama Bu Yuyun, jadi aku ambil saja semuanya. Oh ya, ini kembaliannya."

Bibir Nina mengerucut ketika menerima uang kembalian dari Aretha, ia tentu kesal karena sekarang uangnya dipakai untuk makan sekeluarga, padahal biasanya ia hanya menggunakan uang kiriman dari suaminya untuk membeli keperluannya sendiri dan juga anaknya saja.

"Huh, pokoknya aku nanti harus minta ganti sama Mas Fauzan," gerutu Nina dalam hati.

Dan benar saja, sesampainya Fauzan pulang ke rumah, Nina sudah menunggunya di teras.

"Mas, minta uangnya dua puluh empat ribu dong, tadi Mbak Retha belanja lauk pakai uang aku," ujar Nina seraya menadahkan tangannya.

"Kamu ini apaan sih, uang dua puluh empat ribu aja minta ganti, toh lagi pula kamu juga ikut makan."

"Ya tapi kan--"

"Halah, udah. Kalau kamu masih ngotot minta ganti, nanti akan aku laporin ke suamimu kalau kamu sering belanja barang branded diam-diam."

Mendengar ancaman dari kakaknya, Nina sontak diam, sedangkan Nina yang sedang berada di ruang tamu, diam-diam ia tertawa ketika mendengar hal ini.

"Syukurin, salah siapa mau menang sendiri, dan pokoknya mulai saat ini, tidak akan kubiarkan mereka membodohiku habis-habisan," batin Aretha yang merasa puas.

Beberapa tahun hidup bersama, namun hanya dirinya sendiri yang menderita, tentunya tidak adil bukan? Jadi salahkah Aretha melakukan hal ini?

"Assalamu'alaikum, tumben sudah cantik, kamu mau pergi ke mana?" tanya Fauzan setelah ia memasuki rumah.

"Mau pergi ke kondangan, Mas. Sama Lina, tapi aku nanti pulang  malam ya, soalnya disuruh nemenin Lina beli baju juga."

"Oh, iya. Kalau begitu hati-hati."

Lina adalah sahabat Aretha sejak mereka berdua mulai duduk di bangku SD, persahabatan mereka terus terjalin hingga mereka masing -masing menikah, dan Lina juga mendapatkan suami yang tinggalnya tidak jauh dari rumahnya Fauzan.

Lalu tidak lama kemudian Lina menyusul Aretha ke rumahnya, mereka berdua berboncengan motor dan pergi ke acara pernikahan teman sekelas mereka dulu.

Sedangkan di dalam rumah, setelah kepergian Aretha, Fauzan buru-buru pergi mandi, lalu setelah mandi ia kembali sibuk dengan ponselnya sendiri.

Saking sibuknya Fauzan, ia bahkan tidak mempedulikan Vano yang baru saja pulang mengaji, bahkan di saat Vano sedang belajar pun Fauzan tidak mau mendampingi untuk membantunya belajar.

"Yah, jawaban soal yang ini gimana ya? Vano nggak ngerti."

Vano lantas menoleh ke arah ayahnya karena pertanyaannya tidak dijawab, lalu kemudian ia memanggil Fauzan lagi. 

"Yah, ...."

"Apaan sih, Van. Kamu kok berisik banget, Ayah lagi sibuk nih, kalau kamu nggak bisa tanya ke Tante Nina saja," sahut Fauzan kesal.

Vano mendesah, tantenya mana mau mengajarinya, sedangkan orang satu-satunya yang mau mengajarinya belajar selama ini adalah ibunya. Namun, saat ini Aretha sedang tidak ada di rumah.

"Ya sudah, kalau begitu aku jawab asal saja," gerutu Vano kesal, namun meskipun Vano mengatakannya dengan nada keras, Fauzan tetap tidak mempedulikan keluhannya, bahkan ayahnya itu saat ini sedang melihat ponsel sembari tersenyum-senyum sendiri.

"Ish, mana ada orang sibuk senyum-senyum gitu, biasanya kan kalau orang lagi sibuk mukanya kan serius," batin Vano seraya menatap tajam Fauzan, saat ini ia benar-benar kesal dengan ayahnya sendiri.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • MEMBUNGKAM HINAAN MEREKA    MHMS2 part 42 (Tamat)

    [Aku lagi di rumah temenku, memangnya kenapa kok pingin ketemu aku?] [Ih, Kak. Memangnya Kak Nayra nggak lihat postingan teman Kakak, dia kayaknya sengaja pingin jatohin harga diri kamu kak.] [Udah biarin aja, lagi pula sebentar lagi semuanya juga akan terbongkar, jadi kamu tenang aja, kamu cukup tunggu kabar baiknya aja.] Setelah membalas pesan tersebut, Nayra kemudian memasukkan ponselnya kembali ke dalam tasnya, dan ia sebenarnya juga tidak sabar mengakhiri semua sandiwaranya ini. Lalu setelah mereka semua puas makan rujak, Melisa mengajak teman-temannya keliling, termasuk Nayra. Nayra dan yang lainnya diajak Melisa melihat sawah dan kebun jeruk milik suaminya Melisa. Tidak hanya itu, Melisa juga memamerkan dua lahan kosong milik suaminya, ketika mobil mereka melewati jalanan tersebut, sehingga membuat Nayra semakin yakin dengan dugaannya tentang suaminya Melisa. [Mas, gimana?] [Sudah semuanya Yank. Ini dia sudah dijemput polisi, dan sebentar lagi aku akan jemput k

  • MEMBUNGKAM HINAAN MEREKA    MHMS2 part 41

    Sesuai dengan kesepakatan kemarin, hari ini Nayra, Diah, Intan, dan Sari, akan bertemu di rumahnya Melisa."Loh, Yank. Kenapa kamu pakai baju ini? Kamu nggak suka ya, dengan baju yang dibelikan Mama kemarin?" tanya Vano saat melihat Nayra memakai baju bawaannya sendiri, sebuah baju yang warnanya sudah kusam, dan tentunya terkesan bikin mata jadi sepet."Suka Yank. Suka banget malah, tapi hari ini aku mau menghormati orang yang mengundangku, dia kan mau terlihat lebih WOW dari aku, masa iya aku dengan jahatnya ngerusak rencananya itu."Sejenak Vano memahami kata-kata Nayra, lalu kemudian ia mengatakan, "Oh ... sekarang aku jadi lebih paham lagi, kenapa kamu nggak mau pake Rolls-Royce, dan minta antar aku. Kamu masih belum mau nunjukin dirimu yang sekarang ya?""Iya, lagi pula kemarin Melisa udah mamerin semua perhiasannya, dan hari ini dia mau pamerin hartanya yang lainnya lagi, jadi aku harus dukung dia dong, dan jangan sampai buat dia malu."Nayra yang sudah mengetahui watak Melisa,

  • MEMBUNGKAM HINAAN MEREKA    MHMS2 part 40

    Setelah puas mengobrol, mereka berdua akhirnya memutuskan pulang."Eh, Nay. Main ke rumahku yuk, kan kamu mumpung ada di sini, nanti kita jalan-jalan juga sama, Intan, Diah, dan Sari.""Lho, mereka juga tinggal di sini?" tanya Nayra yang juga jadi teringat dengan nama-nama teman SMP nya dulu."Iya, mereka juga dapat suami yang berasal dari kota ini, namun kami tinggal di desa yang berbeda.""Baiklah, nanti kamu kabarin aku aja kalau mau ngumpul, aku akan datang ke sana.""Oke, terus kamu ke sini tadi naik apa?" tanya Melisa yang berniat memberi tumpangan untuk Nayra, jika Nayra datangnya dengan jalan kaki, maka Melisa bisa pamer ke Nayra, betapa enaknya naik mobil mahal milik suaminya itu."Naik mobil itu," sahut Nayra sembari menunjuk mobil yang ia tumpangi tadi.Melisa hampir menyemburkan tawa ketika melihat mobil butut milik Nayra, yang berbanding jauh dengan mobil miliknya."Oh, kalau begitu aku duluan ya, itu sopirku udah siap." Melisa menunjuk mobil Alphard yang ditumpanginya ke

  • MEMBUNGKAM HINAAN MEREKA    MHMS2 part 39

    "Mas, hari ini aku ingin pergi ke alun-alun, kan katanya di sana ada bazar, aku pingin beli jajan, boleh ya?" tanya Nayra sembari menyuapi Vano, sebab saat ini kedua tangan Vano masih sibuk mengetik di laptopnya."Iya, beli saja apa yang kamu mau, dan kamu boleh pergi ke mana pun, asalkan diantar sama sopir.""Siap, Bos," sahut Nayra sembari memberi hormat, lalu kemudian ia menyuapi Vano lagi.Setelah sarapan mereka habis, Vano kemudian langsung berangkat ke kantor, sedangkan Nayra juga langsung bersiap-siap untuk pergi."Pak, memangnya nggak ada motor ya? Alun-alun kan Deket, masa kita pergi naik mobil ini?" Nayra merasa kurang nyaman saja kalau pergi ke mana-mana harus memakai Rolls-Royce, dan ia juga takut akan jadi pusat perhatian nantinya."Waduh, Bu. Kalau di sini nggak ada motor, dan dari Surabaya saya memang sudah disuruh bawa mobil ini untuk mengantar ke mana pun Bu Nayra pergi."Melihat wajah Nayra berubah murung, lalu sang sopir memiliki ide lain."Kalau Bu Nayra nggak ing

  • MEMBUNGKAM HINAAN MEREKA    MHMS2 part 38

    "Aku juga nggak tahu, Ma," sahut Fadil yang juga baru saja mendengar nama itu."Oh, Melisa itu tetangga saya di Melawi," timpal Nayra."Owh ...." sahut semua orang kompak."Iya, wanita itu memang dari Melawi, dan dia menikah dengan salah satu manajer Wangs Food yang ada di kota ini, dan mertuanya juga seorang kepala desa Nglegok, jadi mereka mendapatkan undangan dari kami karena termasuk perangkat desa. Dan, mengenai alasan para staf mengira wanita itu menantunya Pak Davin, karena tadi wanita itu menaiki mobil Alphard," jelas Aryo, yang membuat semua orang mengangguk mengerti.Lalu kemudian mereka berbicara hal lain, hingga kemudian Fadil, Rita, dan Aryo, pamit pulang.Setelah itu, Vano dan Nayra juga pamit pulang ke hotel kembali, namun saat di perjalanan, Vano mengambil jalan yang berbeda dari sebelumnya, sebab ia sekaligus mengajak Nayra mengelilingi sebagian kota Ledok Ombo.Sesampainya di hotel, mereka berdua langsung masuk kamar."Ini, ambillah!" ujar Vano sembari menyodorkan be

  • MEMBUNGKAM HINAAN MEREKA    MHMS2 part 37

    Para staf itu kemudian langsung bubar dan masuk ke dalam ballroom hotel, mereka hendak membicarakan masalah ini pada Aryo, namun saat ini Aryo sedang memberikan sambutan pada para tamu undangan."Sekali lagi saya memohon maaf untuk para tamu undangan yang sudah hadir, dan terutama untuk Bapak-bapak atau Ibu-ibu yang ingin berbicara langsung dengan Pak Davin dan Bu Aretha, yang saat ini mereka tidak bisa hadir dalam acara ini dikarenakan putri mereka baru saja mengalami kecelakaan, dan saat ini sedang dirawat di rumah sakit.""Sebenarnya hari ini menantu mereka, Bu Nayra, akan hadir di tengah-tengah kita, namun mungkin Beliau juga memiliki halangan lain, sehingga hari ini juga tidak bisa hadir dalam acara ini. Jadi saya mewakili Queen Hotel, memohon maaf yang sebesar-besarnya. Terima kasih." Lanjut Aryo sembari menatap kursi yang ditata khusus untuk tempat duduk Nayra, namun sudah diduduki oleh wanita lain, jadi Aryo mengira Nayra tidak bisa datang dan para staf menyuruh tamu lain untu

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status