Tidak hanya dihina oleh para tetangga, Aretha juga direndahkan oleh suaminya sendiri dan juga keluarganya, namun yang lebih parahnya lagi, keluarga dari pihak Aretha sendiri tidak ada yang mau membelanya. Hingga kemudian Aretha dan Fauzan bercerai, sebab Fauzan ketahuan selingkuh, dan setelah itu Aretha memilih pergi dan menjauh dari mereka semua. Hingga beberapa tahun kemudian, Aretha akhirnya kembali lagi untuk membungkam hinaan mereka semua.
View More"Retha, cepat sapu lantainya!" teriak Yuni, yaitu ibu mertuanya Aretha.
Belum sempat Aretha menyahut, dari arah belakang pundak Aretha ditepuk oleh Nina, yaitu adik iparnya."Mbak, tolong cucikan bajunya Nilna dulu, dia habis gumoh, takutnya membekas nanti." Menyodorkan baju bayi yang terlihat kotor dan juga bau."Iya, kamu rendam dulu aja, nanti setelah aku selesai nyapu--""Aduh, Mbak. Sekarang aja, nanti kalau membekas dan bau, kamu mau gantiin dengan yang baru?""Tapi--""Retha, .... cepetan!!! Teman-teman Ibu sudah hampir sampai ini, dan rumah masih berantakan!""Iya, Bu, ...." Lalu tanpa mempedulikan Nina lagi, Aretha langsung pergi ke ruang tamu untuk menuruti perintah ibu mertuanya."Dari tadi dipanggil baru nongol, lelet banget jadi orang! Kamu sengaja ya mau bikin Ibu malu!" Yuni langsung mengomel, sedangkan Aretha hanya bisa menghela napas panjang.Sabar ... sabar ... sabar ...Aretha hanya bisa merapalkan kalimat itu untuk menghadapi semua orang yang ada di sini.Tepat setelah Aretha selesai menyapu lantai ruang tamu, teman-teman Yuni datang, dan Aretha kembali disuruh Yuni untuk membuatkan minuman untuk mereka.Namun, saat hendak berjalan menuju dapur, Aretha melihat baju bayi yang teronggok di lantai."Ini pasti bajunya Nilna tadi, astaga ... tinggal direndam dulu aja, kenapa Nina tidak mau melakukannya sih ...." keluh Aretha seraya memungut baju bayi tersebut.Sambil menaruh sapu di belakang, Aretha terlebih dahulu membilas noda di baju Nilna, lalu kemudian ia merendamnya.Namun, saat Aretha baru saja selesai merendam baju tersebut, ibu mertuanya yang tidak sabaran itu menghampirinya di dapur."Astaga ... Aretha! Dari tadi kamu ngapain aja sih? Sudah Ibu suruh bikin minuman, tapi malah kelayapan di belakang! Kamu benar-benar sengaja mau bikin Ibu malu ya!""Nggak, Bu. Aku lagi ngrendam bajunya Nilna yang terkena gumoh. Nina nya tadi nggak mau disuruh ngrendam, jadi aku--""Halah, dasar kamu nya aja yang lelet. Ngrendam baju gitu aja lama banget! Udah, sekarang cepat kamu bikinin minuman untuk tamu-tamu Ibu!""Baik, Bu." Lagi-lagi Aretha hanya bisa menghela napas panjang, ia sudah biasa menjalani kehidupan seperti ini, Aretha hanya dianggap seperti pembantu di rumah ini.Jika ada yang tanya, apakah Aretha tidak pernah marah? Ia tentu sangat marah, bahkan saking kesalnya ia ingin mencekik keluarga ini satu persatu. Namun, jika ia melakukan itu, bisa-bisa dia dipenjara, lalu bagaimana nasib Vano nantinya? Yaitu anaknya yang masih bersekolah TK.Dan, alasan ini jugalah yang membuat Aretha masih bertahan tinggal di rumah ini. Aretha yang tidak diperbolehkan Fauzan bekerja, ia jadi bergantung hidup pada suaminya tersebut.Apalagi keluarganya Aretha sendiri sudah tidak mempedulikannya lagi, sebab selama ini Aretha hanya tinggal bersama pamannya, karena kedua orang tua Aretha sudah meninggal semenjak ia kecil.Aretha yang sudah pernah merasakan hidup tidak adil selama ia tinggal bersama dengan paman dan juga keluarganya, maka ia tidak kaget lagi ketika mendapat perlakuan seperti ini dari keluarga suaminya.Setelah selesai membuatkan minuman, Aretha langsung mengantarnya ke ruang tamu. Namun, di sana ia kembali mendapatkan perlakuan yang kurang menyenangkan dari ibu mertuanya, dan juga teman-teman mertuanya. "Owalah, ini to menantumu, Mbak Yun. Beneran biasa aja ya, pokoknya jauh banget sama Nila, pantas kamu nyesel jadiin dia menantumu," sindir salah satu tamu dengan senyum mengejek."Iya, padahal kalau Nila yang jadi menantuku. Uhh ... hidupku pasti bahagia sekali. Tapi, lugunya si Fauzan dulu, malah milih dia daripada putrimu yang cantik itu.""Aduh, sayang sekali ya, Bu Yuni. Padahal kalau kamu berbesan dengan Bu Retno, pasti hidupmu lebih menyenangkan lagi," timpal tamu yang lain."Iya, benar itu," sahut yang lainnya yang juga ikut menimpali perkataan ibu tersebut."Iya, sebenarnya aku ya inginnya besanan sama Bu Retno. Tapi, mau bagaimana lagi? Fauzan sudah terlanjur nikah sama dia,""Eh, tapi kan si Nila belum menikah, terus laki-laki kan boleh menikah sampai empat kali. Ya ... mungkin saja kalau si Nila mau gitu, hehehe ...." celetuk salah satu ibu-ibu yang semakin tidak mempedulikan keberadaan Aretha yang masih berada di tengah-tengah mereka.Sedangkan Aretha yang sedari tadi diam dan hanya fokus menyuguhkan minuman saja, kini ia melirik ibu-ibu tersebut."Apa maksud orang ini? Mau nyuruh Mas Fauzan poligami gitu? Heh, tentu tidak akan bisa! Sebab aku tidak akan pernah mengizinkannya," batin Aretha kesal.Sedangkan Yuni yang melihat Aretha mulai bereaksi setelah mendengar perkataan temannya, bukannya menyejukkan perasaan Aretha, namun Yuni malah tambah memperkeruh perasaan Aretha."Oh, iya, ya ... kalau begitu nanti aku coba ngomong sama Fauzan saja, ya kali aja dia mau. Tapi, asalkan boleh sama Bu Retno, hehehe ....""Kalau aku sih terserah Nila nya saja, sebab bagiku yang utama itu adalah kebahagiaan anak-anak," timpal Retno yang membuat hati Aretha semakin tergerus oleh emosi.Aretha yang merasa tidak kuat mendengar ini lebih jauh lagi, ia lantas langsung pergi ke dapur tanpa perlu mengucapkan sepatah kata pun.Sesampainya di dapur, napas Aretha jadi ngos-ngosan karena marah, ia tidak menangis ataupun sedih setelah mendengar kalimat-kalimat menyakitkan itu, sebab dirinya bukanlah tipe wanita yang cengeng.Aretha memang tidak mau meminta cerai duluan, meskipun ia selalu disakiti oleh keluarga suaminya. Namun, bukan berarti Aretha adalah sosok istri yang bucin pada suaminya. Akan tetapi, ia hanya memikirkan nasib anaknya jika mereka berdua berpisah nanti.Dan, bukan berarti juga Aretha tidak berani meminta pisah jika sampai Fauzan berani berpoligami, sebab selain masa depan Vano yang ia jadikan alasan untuk mempertahankan pernikahan ini, namun kesetiaan Fauzan lah yang juga jadi pegangan kuat untuk ia tetap mempertahankan rumah tangga ini.Akan tetapi, jika saja Fauzan sampai mau menikah lagi, maka pernikahan ini akan benar-benar berakhir."Astaga ... kok ada ya, di dunia ini perempuan yang hidup macam mereka semua, bisa-bisanya mereka mengatakan itu di depanku."Aretha benar-benar tidak habis pikir dengan kelakuan ibu mertuanya dan juga teman-temannya itu. Dan, karena mentang-mentang selama ini Aretha adalah sosok istri yang pendiam dan juga penurut, sepertinya semua orang mengira bahwa ia adalah seorang wanita yang lemah, dan akan menerima saja jika direndahkan seperti ini.Kesabaran sebenarnya tidak ada batasnya, karena para nabi selalu diberi ujian berat, namun kesabaran mereka tidak pernah habis.Akan tetapi, bagi manusia biasa seperti Aretha, perlakuan dan perkataan semena-mena orang itulah yang membuat kesabaran itu jadi berbatas."Huh! Spertinya karena selama ini aku selalu diam, maka mereka jadi terbiasa menginjak-injak harga diriku. Kalau begitu baiklah, mulai sekarang aku tidak akan diam lagi jika ada orang yang menyinggungku."[Aku lagi di rumah temenku, memangnya kenapa kok pingin ketemu aku?] [Ih, Kak. Memangnya Kak Nayra nggak lihat postingan teman Kakak, dia kayaknya sengaja pingin jatohin harga diri kamu kak.] [Udah biarin aja, lagi pula sebentar lagi semuanya juga akan terbongkar, jadi kamu tenang aja, kamu cukup tunggu kabar baiknya aja.] Setelah membalas pesan tersebut, Nayra kemudian memasukkan ponselnya kembali ke dalam tasnya, dan ia sebenarnya juga tidak sabar mengakhiri semua sandiwaranya ini. Lalu setelah mereka semua puas makan rujak, Melisa mengajak teman-temannya keliling, termasuk Nayra. Nayra dan yang lainnya diajak Melisa melihat sawah dan kebun jeruk milik suaminya Melisa. Tidak hanya itu, Melisa juga memamerkan dua lahan kosong milik suaminya, ketika mobil mereka melewati jalanan tersebut, sehingga membuat Nayra semakin yakin dengan dugaannya tentang suaminya Melisa. [Mas, gimana?] [Sudah semuanya Yank. Ini dia sudah dijemput polisi, dan sebentar lagi aku akan jemput k
Sesuai dengan kesepakatan kemarin, hari ini Nayra, Diah, Intan, dan Sari, akan bertemu di rumahnya Melisa."Loh, Yank. Kenapa kamu pakai baju ini? Kamu nggak suka ya, dengan baju yang dibelikan Mama kemarin?" tanya Vano saat melihat Nayra memakai baju bawaannya sendiri, sebuah baju yang warnanya sudah kusam, dan tentunya terkesan bikin mata jadi sepet."Suka Yank. Suka banget malah, tapi hari ini aku mau menghormati orang yang mengundangku, dia kan mau terlihat lebih WOW dari aku, masa iya aku dengan jahatnya ngerusak rencananya itu."Sejenak Vano memahami kata-kata Nayra, lalu kemudian ia mengatakan, "Oh ... sekarang aku jadi lebih paham lagi, kenapa kamu nggak mau pake Rolls-Royce, dan minta antar aku. Kamu masih belum mau nunjukin dirimu yang sekarang ya?""Iya, lagi pula kemarin Melisa udah mamerin semua perhiasannya, dan hari ini dia mau pamerin hartanya yang lainnya lagi, jadi aku harus dukung dia dong, dan jangan sampai buat dia malu."Nayra yang sudah mengetahui watak Melisa,
Setelah puas mengobrol, mereka berdua akhirnya memutuskan pulang."Eh, Nay. Main ke rumahku yuk, kan kamu mumpung ada di sini, nanti kita jalan-jalan juga sama, Intan, Diah, dan Sari.""Lho, mereka juga tinggal di sini?" tanya Nayra yang juga jadi teringat dengan nama-nama teman SMP nya dulu."Iya, mereka juga dapat suami yang berasal dari kota ini, namun kami tinggal di desa yang berbeda.""Baiklah, nanti kamu kabarin aku aja kalau mau ngumpul, aku akan datang ke sana.""Oke, terus kamu ke sini tadi naik apa?" tanya Melisa yang berniat memberi tumpangan untuk Nayra, jika Nayra datangnya dengan jalan kaki, maka Melisa bisa pamer ke Nayra, betapa enaknya naik mobil mahal milik suaminya itu."Naik mobil itu," sahut Nayra sembari menunjuk mobil yang ia tumpangi tadi.Melisa hampir menyemburkan tawa ketika melihat mobil butut milik Nayra, yang berbanding jauh dengan mobil miliknya."Oh, kalau begitu aku duluan ya, itu sopirku udah siap." Melisa menunjuk mobil Alphard yang ditumpanginya ke
"Mas, hari ini aku ingin pergi ke alun-alun, kan katanya di sana ada bazar, aku pingin beli jajan, boleh ya?" tanya Nayra sembari menyuapi Vano, sebab saat ini kedua tangan Vano masih sibuk mengetik di laptopnya."Iya, beli saja apa yang kamu mau, dan kamu boleh pergi ke mana pun, asalkan diantar sama sopir.""Siap, Bos," sahut Nayra sembari memberi hormat, lalu kemudian ia menyuapi Vano lagi.Setelah sarapan mereka habis, Vano kemudian langsung berangkat ke kantor, sedangkan Nayra juga langsung bersiap-siap untuk pergi."Pak, memangnya nggak ada motor ya? Alun-alun kan Deket, masa kita pergi naik mobil ini?" Nayra merasa kurang nyaman saja kalau pergi ke mana-mana harus memakai Rolls-Royce, dan ia juga takut akan jadi pusat perhatian nantinya."Waduh, Bu. Kalau di sini nggak ada motor, dan dari Surabaya saya memang sudah disuruh bawa mobil ini untuk mengantar ke mana pun Bu Nayra pergi."Melihat wajah Nayra berubah murung, lalu sang sopir memiliki ide lain."Kalau Bu Nayra nggak ing
"Aku juga nggak tahu, Ma," sahut Fadil yang juga baru saja mendengar nama itu."Oh, Melisa itu tetangga saya di Melawi," timpal Nayra."Owh ...." sahut semua orang kompak."Iya, wanita itu memang dari Melawi, dan dia menikah dengan salah satu manajer Wangs Food yang ada di kota ini, dan mertuanya juga seorang kepala desa Nglegok, jadi mereka mendapatkan undangan dari kami karena termasuk perangkat desa. Dan, mengenai alasan para staf mengira wanita itu menantunya Pak Davin, karena tadi wanita itu menaiki mobil Alphard," jelas Aryo, yang membuat semua orang mengangguk mengerti.Lalu kemudian mereka berbicara hal lain, hingga kemudian Fadil, Rita, dan Aryo, pamit pulang.Setelah itu, Vano dan Nayra juga pamit pulang ke hotel kembali, namun saat di perjalanan, Vano mengambil jalan yang berbeda dari sebelumnya, sebab ia sekaligus mengajak Nayra mengelilingi sebagian kota Ledok Ombo.Sesampainya di hotel, mereka berdua langsung masuk kamar."Ini, ambillah!" ujar Vano sembari menyodorkan be
Para staf itu kemudian langsung bubar dan masuk ke dalam ballroom hotel, mereka hendak membicarakan masalah ini pada Aryo, namun saat ini Aryo sedang memberikan sambutan pada para tamu undangan."Sekali lagi saya memohon maaf untuk para tamu undangan yang sudah hadir, dan terutama untuk Bapak-bapak atau Ibu-ibu yang ingin berbicara langsung dengan Pak Davin dan Bu Aretha, yang saat ini mereka tidak bisa hadir dalam acara ini dikarenakan putri mereka baru saja mengalami kecelakaan, dan saat ini sedang dirawat di rumah sakit.""Sebenarnya hari ini menantu mereka, Bu Nayra, akan hadir di tengah-tengah kita, namun mungkin Beliau juga memiliki halangan lain, sehingga hari ini juga tidak bisa hadir dalam acara ini. Jadi saya mewakili Queen Hotel, memohon maaf yang sebesar-besarnya. Terima kasih." Lanjut Aryo sembari menatap kursi yang ditata khusus untuk tempat duduk Nayra, namun sudah diduduki oleh wanita lain, jadi Aryo mengira Nayra tidak bisa datang dan para staf menyuruh tamu lain untu
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments