Share

HUKUMAN

Pagi. Aku menyambut dengan sedikit harapan, tak yakin mamputersenyum setelah semua yang kulewati. Jika bukan karena ingin menyelesaikan urusandengan mereka, tentu akan lebih memilih menyendiri di kamar. Sunyi, sepi.

Berpakaian rapi, aku mengetuk pintu kamar Mama. Tak lama,perempuan yang selalu menguatkan hati itu menyembul dari balik pintu.

“Ma, kita berangkat bareng yuk!” ajakku.

“Loh ... kamu mau ke salon? Terus Alvin gimana?” tanya Mama.

Astaga! Saking sibuknya memikirkan perasaan sendiri akusampai lupa kalau Alvin masih di rumah ini. Betapa egoisnya aku yang abaidengannya, padahal dia sudah banyak membantu.

“Sekarang Alvin di mana, Ma?”

“Tadi sih di teras. Coba kamu lihat!”

Tanpa permisi aku melangkah cepat ke luar rumah. Benar,Alvin sedang termenung di teras dengan wajah terlihat murung.

“Vin,” sapaku.

Lelaki itu menoleh.

“Maaf ya dari kemarin aku di kamar terus,” ucapku penuh rasabersalah.

“Enggak apa-apa kok. Lagian kan kamu juga butuh waktusendiri,” sahutnya.

“Tapi kamu enggak
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status