Share

BOBOL

Mobil yang kami kendarai meluncur pelan meninggalkan pelataran parkir salon. Alvin, lelaki yang duduk di balik setir, pandangannya lurus berkonsentrasi.

Hampir lima menit berkendara, Alvin tak kunjung membuka suara, sekedar berbasa-basi atau menanyakan tujuan setelah ini. Kami terpaku dalam kebisuan.

“Kamu enggak suka caraku memperlakukan mereka ya?” tanyaku memecah keheningan.

Sebentar Alvin menoleh, lalu kembali fokus.

“Enggak kok. Justru aku salut sama kamu,”

“Salut kenapa?” cecarku.

“Ya salut. Kamu bisa tenang saat menghadapi dua pengkhianat itu. Mungkin kalau aku yang jadi kamu, ceritanya akan lain,” ungkapnya.

“Ya mau gimana lagi, Vin. Semalam aku merenung. Yang kamu katakan benar bahwa seharusnya aku bersyukur enggak jadi menikah dengan Arya. Rupanya dia hanya menginginkan uangku saja!”

Selama pacaran dengan Arya, memang selalu aku yang mengeluarkan uang setiap kami jalan. Bahkan tak jarang dia meminta uang padaku. Itulah yang membuatku berasumsi kalau dia hanya mengakal
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status