Home / Romansa / MENANTI KEPASTIAN / BAB4 JIWA DAN RAGAKU TERPISAH

Share

BAB4 JIWA DAN RAGAKU TERPISAH

last update Last Updated: 2021-10-06 04:50:09

 Jiwa dan Ragaku terpisah

"Apa aku sudah mati? dimana aku?" Tiara menengok kearah kanan dan kiri. Dia sangat terkejut melihat jiwanya terlepas dari raganya.

***

Tomi langsung masuk kedalam gubug reotnya. Masuk kekamar dan mengambil HPnya. Ternyata benar yang ibunya katakan. Ada 20 panggilan tidak terjawab dari Tiara. 

"Ada apa menelpon? bukannya tadi sudah bertemu," tanya Tomi pada hati kecilnya.

Jari jemari Tomi langsung memencet Tombol memanggil Tiara. Berdering. Tandanya aktif. Beberapa detik kemudian, diangkat.

"Selamat malam. Apa benar ini Tomi?" tanya seorang laki-laki yang terdengar dari ponsel Tiara.

"Ia pak betul. Ada apa yah tadi memanggil?" tanya Tomi.

"Tiara sedang koma. Sudah seminggu lalu. Tapi malam ini dia mengigau memanggil nama Tomi. Jadi kami mencari tahu nama itu lewat kontak HP nya. Bisa kamu kerumah sakit sekarang? alamatnya akan saya kirimkan lewat pesan."

Panggilan itu berakhir sebelum Tomi menjawabnya. Tomi hanya tertegun. Sangat rumit. Tiara sedang koma seminggu lalu. Jadi barusan yang berbincang dengan Tomi siapa? Tomi terus memikirkan hal yang tidak masuk akal itu.

Tubuh Tomi mulai lemas. Seperti tidak ada tulang. Dia berbaring di kasur kapuknya. Yang tingginya hanya dua centimeter saja. Tanpa ranjang.

Ibu dan ayah Tomi menghampirinya. Sempat menguping perbincangannya di telpon tadi.

"Tiara kenapa?" tanya ibunya membuka pembicaraan.

"Tiara koma seminggu lalu bu. Tapi anehnya. Tepat pukul 12 malam tadi baru saja kami ngobrol didepan rumah. Aneh sekali,"  Tomi berusaha menahan tangis.

"Yang sabar ya. Mungkin itu halusinasi kamu saja. Karena kamu terlalu rindu. Ayo kita jenguk sama-sama!" ayah berusaha menenangkan dan memberi solusi.

Tepat pukul 3 malam. Mereka sekeluarga menuju rumah sakit. Kebetulan alamatnya baru dikirim oleh keluaraga Tiara. Jadi Tomi baru bisa jenguk sekarang.

***

"Apa aku sudah mati? dimana aku?" Tiara menengok kearah kanan dan kiri. Dia sangat terkejut melihat jiwanya terlepas dari raganya.

Masih diruang rawat. Tubuhnya terbujur kaku seorang diri. Dihiasi oksigen, selang pernafasan dan aksesoris kedokteran lainnya. Tulang kepalanya nampak bekas jahitan. Seperti habis oprasi pada bagian kepalanya. Tiara bangun perlahan dari jasadnya. Dan mengamati dirinya yang terlisah dari raganya itu.

Tiara melihat telapak tangannya. Dia mulai mencoba menyentuh tubuhnya. Untuk kembali pulang. Namun tidak bisa. Bahkan arwahnya pun tidak bisa menyentuh raganya.

Dia masih penasaran. Mungkin ini hanya mimpi. Dia mulai berjalan melewati pintu yang tertutup rapat. Berhasil. Dia mampu menembusnya dengan baik.

"Ya Tuhan!! aku benar-benar sudah jadi hantu kah? bagaimana dengan Tomi. Aku belum kasih kepastian untuknya. Tuhan jangan ambil aku terlebih dahulu. Aku minta sedikit waktu lagi agar Tomi tenang mendapatkan kepastian dariku," rintihnya dengan tulus diiringi air mata yang bercucuran.

Sambil berjalan dilorong-lorong rumah sakit. Tiara berfikir keras. Kenapa dia bisa koma seperti ini? 

Kejadian terakhirnya adalah saat dia kabur dari rumah. Namun Tomi tidak setuju dengan keputusannya. Jadi dia kabur sendiri menghunakan angkutan umum. Tidak disangka angkutan umum itu mengalami kecelakaan dahsyat. Yang menewaskan seluruh penumpangnya. Kecuali Tiara. 

Mungkin Tiara juga sudah mati. Kalau saja semua alat-alat dokter dilepas. Tiara orang kaya. Jadi orang tuannya mampu memfasilitasi pengobatan anak semata wayangnya itu. Tidak seperti penumpang lain.

Tiara terus berjalan. Sampai akhirnya dia berhasil menemui Tomi tengah malam itu.

***

Tomi dan keluarga sudah datang dirumah sakit. Tampak kedua orangtua Tiara yang tiada henti menangis. Dan beberapa pengawal menjaga disekitar ruang tunggu dekat kamar rawatnya.

Tomi mencoba menyalami mereka. Tapi disambut cacian oleh ibunya Tiara.

"JANGAN SENTUH TANGANKU. BOCAH MISKIN!!!"

Sambil menahan isak tangis. Ibunya Tiara terus mengomel dan menyalahkan Tomi. 

"Semua gara-gara kamu! anak saya berubah jadi pembangkang sejak kenal kamu! bahkan berani kabur dari rumah gara-gara lebih memilih kamu. Tolong. Jauhi anak saya mulai dari sekarang!!"

Tomi dan keluarga meminta maaf dan berjanji akan menjauhinya. Sementara ayahnya hanya bisa diam. Menenangkan ibu Tiara yang sangat murka. Setelah seminggu akhirnya ia tahu sosok Tomi yang membuat anaknya celaka.

"Jadi mereka memintaku datang hanya untuk ini? mencaci maki dihadapan orangtua ku?" keluhnya dalam hati.

Tomi pamit dan melangkah pergi. Beberapa detik kemudian. Suster berteriak histeris karena Tiara sedang sakaratul maut. Detak jantunhnya mulai perlahan. Ibunya sangat panik,

"Tolong suster! Tolong Dokter! selamatkan anak semata wayang saya."

"Tolong panggilkan Tomi. Dia penyemangat hidup anak ibu. Tolong jangan egois dulu. Semua demi keselamatan Tiara. Biarkan Tomi menemani hari-hari yang sulit dilewati anak ibu ini. Sampai keadaan mulai membaik!" perintah pak dokter pada keluarga Tiara dengan sangat.

Para pengawal langsung berlari mengejar Tomi. Tomi yang sudah sampai parkiran. Terpaksa kembali lagi. Diijinkan masuk kedalam ruangan yang Tiara tempati.

Tomi duduk disamping Tiara. Dia mulai memegang tangan Tiara dan memgecupnya dihadapan orangtuanya dan orang tua Tiara.

"Aku datang Tiara ... bangunlah. Aku janji tidak akan menuntutmu lagi. Tidak akan meminta kepastian lagi.  kita akan terus sama-sama. Seperti keinginanmu. Tidak mengapa kalau harus backstreet lagi. Aku akan terima. Asal kamu nyaman dan bahagia."

Tiara masih belum merespon. Semua yang menyaksikan cemas. Tomi akhirnya meneteskan air matanya karena sangat takut kehilangan. Penantiannya belasan tahun. Harus berakhir seperti ini kah? 

"Sayang ... bangunlah!!! TERBITLAH KEKASIH HIDUPKU. Terbitlah seperti hari-hari lalu. Yang selalu menyinari hari-hariku. Membuatnya lebih berwarna. Aku tidak bisa tanpa kamu."

Berulang kali Tomi mengatakan terbitlah kekasihku. Tiba-tiba jemari Tiara bergerak. Seperti merespon. Detak jantung mulai normal. Semua yang menyaksikan merasa lebih tenang dari sebelumnya.

Dokter mulai memeriksa kembali. Keadaannya mulai membaik. Berulang kali dokter memperingati untuk tahan emosi agar Tiara stabil lagi. Tapi Ibu Tiara masih saja mencaci maki,

"Ingat ya! sampai matipun saya tidak akan sudi punya menantu kaya kamu. Setelah anak saya siuman lebih baik kamu pergi menjauh untuk selamanya!"

Tomi manggut tanda setuju. Tomi dan keluarganya pulang. Menahan pilu yang teramat dalam. Bahkan sedang keritispun orangtuanya masih keras kepala. Seperti tidak ingin melihat anaknya bahagia. Kasihan sekali Tiara. Pasti hidupnya sangat tertekan.

"Heran yah, masa seorang ibu ngga mau lihat anaknya bahagia," celetuk ibu Tomi saat masuk rumah.

"Bukan ibu kandungnya kali jadi setega itu sama anak. Udah tahu anak lagi kritis. Apa susahnya pura-pura merestui. Kalau keadaan sudah kembali normal ya terserah. Mau melarang kek. Mau menikahkan Tiara sama laki-laki laim yang kaya. Bodo amat!" balas ayah Tomi dengan nada yang sangat kesal.

"Maafin Tomi yah bu. Harusnya Tomi ngga jatuh cinta sama anak kolong merat. Kasihan Tiara. Semoga lekas membaik dan cepet sadar dari komanya."

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • MENANTI KEPASTIAN   TAMAT

    Rangga ingin sekali mendapatkan kasih sayang dan perhatian dari Rara, karena Rangga tahu kalau Rara adalah gadis yang baik. Baginya, Rara adalah gadis spesial beda dari gadis-gadis lainnya. Rara gadis yang sopan terutama dalam perpakaian, sangat sederhana. Tidak seperti Lita, mantan kekasihnya dulu, selalu saja tampil seksi di depan umum. Di kampus, Rangga menjadi cowok populer karena ketampanannya dan ketahirannya. Banyak mahasiswi jatuh hati pada dirinya, tapi tidak dengan Rara. Rara sepertinya tidak jatuh hati pada Rangga. Sekata pun bahkan Rangga tidak pernah mendengar Rara memuji kepopulerannya. Bagi Rara, Rangga biasa saja. Ini yang membuat Rangga jatuh cinta padanya, Rara begitu cuek bahkan tidak peduli kalau Rangga menjadi orang nomor satu di kampus. Setelah pertengkaran itu, Rara pergi meninggalkan Rangga sendiri di depan gedung administrasi. Rasa benci Rara semakin menjadi-jadi karena tahu kalau Rangga benar-benar tidak punya hati, seenaknya saja menuduh Rara s

  • MENANTI KEPASTIAN   Perjuangan

    Dini pergi meninggalkan Rara dan Rara mulai berjalan kaki menuju cafe di sebrang jalan yang sedang membutuhkan pelayan. Rara berharap akan mendapatkan hasil yang baik kali ini.Setelah sampai di depan cafe, Rara membaca papan pengumuman di depan pintu cafe yang bertuliskan "Dibutuhkan!!! pelayan wanita". Pikirnya ternyata Dini benar memang ada lowongan kerja di cafe ini. Melihat gerak gerik Rara yang mencurigakan akhirnya pemilik cafe keluar dan menegur Rara."Permisi, ada yang bisa saya bantu?" tanya Ibu paruh baya dengan setelah baju tuniknya."Maaf mengganggu bu, sebetulnya saya sedang butuh pekerjaan," jawab Rara sopan."Kebetulan sekali, saya sedang mencari pelayan wanita kalau kamu mau, kamu bisa kerja membantu saya di cafe ini.""Tentu saja bu, saya mau," jawab Rara penuh semangat dan senyum bahagia."Perkenalkan Saya Anisa, Saya pemilik cafe ini. Mulai besok kamu boleh bekerja," kata Ibu Anisa sambil menjabat tangan Rara."Say

  • MENANTI KEPASTIAN   Karyaku

    "Stop Pak!" kata Rara menyuruh supir angkutan umum untuk menurunkannya di depan kampus negeri. Rara turun dari angkutan umum dan memberikan ongkos kepada supir. Kemudian Rara berlari menuju ruang ujian seleksi penerima beasiswa di kampus negeri. Macetnya jalanan membuat dirinya terlambat datang, sehingga dia harus berlari dan terburu-buru menuju ruang ujian. Saat sampai parkiran kampus, Rara tidak sengaja menabrak cowok sombong dan emosional sehingga terjadi keributan. BRAK!!! "Kamu buta yah?! kalau jalan lihat-lihat dong!" teriak cowok emosional itu. "Maaf kak, saya sedang terburu-buru karena ingin ikut ujian," jawab Rara. "Oh ujian beasiswa bidik misi khusus untuk orang miskin itu? haha dasar gembel yah kamu! Pantas sih kelihatan dari pakaian yang kamu kenakan, kumuh!" ucapnya sambil tertawa terbahak meledek penampilan Rara. Rara kesal sekali dengan perlakuan cowok tengil itu. Rara berjanji di dalam hati untuk tidak akan memaafkannya

  • MENANTI KEPASTIAN   Nikah

    Sekuat apapun Dini menyembunyikan. Akhirnya orantuanya tahu juga kalau tentang keberadaan Candra. Sejak Candra kerja di sini, Dini merasa hidupnya jadi penuh mata-mata. Karena setiap Dini jalan dengan Candra pasti saja orangtua nya tahu.Waktu itu misalnya. Orangtua Dini tidak sengaja mampir ke tempat les dan ternyata motor Dini tidak ada. Sejak saat itu orangtuanya selalu curiga dan menyuruh orang-orang kepercayaannya unutk memata-matai anak gadisnya itu.Dini benar-benar merasa risih. Bahkan orangtuanya lupa kalau umur anaknya sudah 26 tahun. Masih saja seperti anak kecil selalu dikekang.Akhirnya saat liburan sekolah tiba. Dini memutuskan untuk pergi dari rumah mencari kebebasan. Dia menuliskan surat di secarik kertas yang bertuliskan,"Maaf yah Mamih Papih. Aku benar-benar sudah tidak sanggup dikekang seperti ini. Tidak apa kalau kalian tidak akan menganggapku anak lagi. Aku akan pergi. Dan jangan pernah salahkan Candra karena dia pun tidak akan tahu

  • MENANTI KEPASTIAN   Pengalaman

    Beda sekolah beda cerita. Di sekolah SMK swasta Dini terkenal paling sukses karirnya. Karena hanya dia yang nyabang di tiga sekolah dan beberapa bulan lalu, dia mendapat tawaran mengajar les bahasa inggris di suatu lembaga. Tentu saja Dini terima.Semua guru melihat Dini selalu banyak penghasilannya. Apalagi ngajar di tempat les honor selalu cair tiap bulan, tidak seperti di sekolah yang cairnya tiga bulan sekali. Mengandalkan dana bos.Waktu awal gajihan pun Dini sempat nangis, karena Di MA hanya dapat upah enam puluh ribu rupiah sebulan dan itu cairnya lama sekali."Mih sedih banget, Dini kuliah mahal-mahal masa honornya segini. Untuk bensin saja mana cukup belum lagi untuk jajan dan beli make up," keluh Dini sambil memamerkan tiga amplop honor dari berbagai sekolah."Dari MA dapet enam puluh ribu, dari SMP dapet seratus lima puluh ribu, dan dari SMK seratus dua puluh ribu," ucap Mamih sambil menghitung hasil kerja keras anaknya.Jelas saja Dini

  • MENANTI KEPASTIAN   Tidak mendukung

    Entahlah. Orangtuanya sangat tidak mendukung bakat menulis Dini. Katanya, untuk apa menulis seperti orang yang tidak punya masadepan. Dan selalu marah kalau Dini membaca novel. Katanya tidak penting, tidak berkualitas. Lebih baik baca berita.Orangtuanya hanya ingin Dini selalu patuh terhadap semua keputusan mereka. Sedikitpun Dini tidak pernah dikasih kebebasan untuk memilih apa yang dia suka.Hidupnya benar-benar terkekang. Hal apapun yang disukai Dini selalu salah dan tidak pernah didukung. Hati kecilnya selalu berteriak. Ingin menjadi penulis hebat dan karyanya akan ada ditoko buku ini, bahkan di toko buku sedunia.Selama satu jam setengah Dini mematikan ponselnya agar tidak dihubungi Aldi dan dia fokus membaca novel-novel kesukaannya."Rasanya aku ingin mengoleksi semua novel-novel yang aku suka dan aku akan membuat perpustakaan mini dirumah pribadiku nanti. Semoga Candra bisa membantuku untuk mewujudkan semua impianku kelak," rintih Dini pada diriny

  • MENANTI KEPASTIAN   Nurut

    Beruntungnya Dini, karena memiliki orangtua yang sangat peduli terhadapnya. Baru sehari dia jadi pengangguran, dia langsung dapat kerjaan baru. Mother tidak sengaja keceplosan bilang kalau jadi guru honor harus pake uang pelicin. Jadilah Papih meminta Dini untuk menemui kepala sekolah yang bisa bantu Dini untuk menjadi seorang guru honorer."Ayo siap-siap Din, Papih mau ketemu kepala sekolahnya!" perintahnya."Ngga usah Pih, lagian kita kerja itu untuk cari uang, bukan malah buang-buang uang Pih. Sayang uangnya kalau untuk nyogok Pih.""Ngga apa-apa, yang penting kamu bisa jadi guru!"Dini tidak bisa berbuat apa-apa, jadi dia menurut saja, seperti biasanya. Setelah Dini selesai menyiapkan berkas-berkas lamaran, Dini dan Papihnya menuju sekolah yang dituju untuk melamar.Setelah sampai sekolah ternyata Ibu Kepsek tidak ada, jadi Dini meminta nomor ponselnya pada security sekolah dan menghubunginya."Asslamaualaikum bu. Saya Dini bu mahasiswi

  • MENANTI KEPASTIAN   Resign

    Dini menghela nafas panjang, dia yakin dia bisa melewati ujian demi ujian dalam hidupnya. Hampir saja dia ingin berhenti kerja gara-gara tidak nyaman. Tapi sebentar lagi akan gajian, jadi dia tidak ingin kerja kerasnya sia-sia hanya gara-gara gosip-gosip murahan.Gosip Dini sebagai wanita penggoda HRD pun menyebar ke seluruh penjuru gedung-gedung pabrik. Dini seperti artis yang sedang viral. Tiap dirinya berjalan kaki seorang diri, pasti siapapun yang melihatnya mencibir dan mengata-ngatainya."Oh jadi dia cewek yang sok cantik, yang menggoda HRD biar bisa naik jabatan? haha," ledek Ani karyawati pabrik bagian gudang.Semua teman-teman Ani pun tertawa sinis meledek Dini, Tapi Dini tidak peduli dan menganggapnya angin lalu saja.Di tengah kesendiriannya, Dini mulai menulis lagi. Dia ingin sekali menjadi penulis terkenal. Namun orangtuanya tidak pernah mendukungnya. Hanya Candra yang selalu mengerti bakat dan minat Dini. Candra bilang, buat saja dulu novel

  • MENANTI KEPASTIAN   Pasrah

    Pikiran Rangga mulai liar. Dia berniat untuk melampiaskan hasratnya pada Caca, mumpung dia seorang diri di kosan. Kebetulan cuaca sedang hujan saat itu. Jadi Rangga meminta ijin untuk berteduh sebentar di kosannya."Haduh hujan!!! Ca aku numpang neduh dulu ya disini, bolehkan?""Boleh banget dong. Yuk masuk!" sambut Caca penuh kebahagiaan."Kamu ngekos sama siapa disini?""Sendiri.""Udah laha?""Baru 2 minggu lalu. Sejak aku pindah kerja kesini, jadi aku ngekos. Dulukan aku kerja di pabrik kaos kaki Bandung."Hujan bertambah besar. Rangga makin senang, dengan begitu dia bisa berlama-lama bersama Caca. Caca sibuk mempersiapkan minum dan mengambilkan beberapa cemilan untuk Rangga.Kosan Caca hanya ada satu kamar, Jadi Caca tidur dan masak disatu tempat. Hanya ada satu toilet mini berukuran 1 meter di kamar kosannya. Kosannya lumayan bebas, di pinggir jalan.Di dalam ruangan hanya ada satu kasur busa kecil berukuran 120cm

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status