Jiwa dan Ragaku terpisah
"Apa aku sudah mati? dimana aku?" Tiara menengok kearah kanan dan kiri. Dia sangat terkejut melihat jiwanya terlepas dari raganya.
***
Tomi langsung masuk kedalam gubug reotnya. Masuk kekamar dan mengambil HPnya. Ternyata benar yang ibunya katakan. Ada 20 panggilan tidak terjawab dari Tiara.
"Ada apa menelpon? bukannya tadi sudah bertemu," tanya Tomi pada hati kecilnya.
Jari jemari Tomi langsung memencet Tombol memanggil Tiara. Berdering. Tandanya aktif. Beberapa detik kemudian, diangkat.
"Selamat malam. Apa benar ini Tomi?" tanya seorang laki-laki yang terdengar dari ponsel Tiara.
"Ia pak betul. Ada apa yah tadi memanggil?" tanya Tomi.
"Tiara sedang koma. Sudah seminggu lalu. Tapi malam ini dia mengigau memanggil nama Tomi. Jadi kami mencari tahu nama itu lewat kontak HP nya. Bisa kamu kerumah sakit sekarang? alamatnya akan saya kirimkan lewat pesan."
Panggilan itu berakhir sebelum Tomi menjawabnya. Tomi hanya tertegun. Sangat rumit. Tiara sedang koma seminggu lalu. Jadi barusan yang berbincang dengan Tomi siapa? Tomi terus memikirkan hal yang tidak masuk akal itu.
Tubuh Tomi mulai lemas. Seperti tidak ada tulang. Dia berbaring di kasur kapuknya. Yang tingginya hanya dua centimeter saja. Tanpa ranjang.
Ibu dan ayah Tomi menghampirinya. Sempat menguping perbincangannya di telpon tadi.
"Tiara kenapa?" tanya ibunya membuka pembicaraan.
"Tiara koma seminggu lalu bu. Tapi anehnya. Tepat pukul 12 malam tadi baru saja kami ngobrol didepan rumah. Aneh sekali," Tomi berusaha menahan tangis.
"Yang sabar ya. Mungkin itu halusinasi kamu saja. Karena kamu terlalu rindu. Ayo kita jenguk sama-sama!" ayah berusaha menenangkan dan memberi solusi.
Tepat pukul 3 malam. Mereka sekeluarga menuju rumah sakit. Kebetulan alamatnya baru dikirim oleh keluaraga Tiara. Jadi Tomi baru bisa jenguk sekarang.
***
"Apa aku sudah mati? dimana aku?" Tiara menengok kearah kanan dan kiri. Dia sangat terkejut melihat jiwanya terlepas dari raganya.Masih diruang rawat. Tubuhnya terbujur kaku seorang diri. Dihiasi oksigen, selang pernafasan dan aksesoris kedokteran lainnya. Tulang kepalanya nampak bekas jahitan. Seperti habis oprasi pada bagian kepalanya. Tiara bangun perlahan dari jasadnya. Dan mengamati dirinya yang terlisah dari raganya itu.
Tiara melihat telapak tangannya. Dia mulai mencoba menyentuh tubuhnya. Untuk kembali pulang. Namun tidak bisa. Bahkan arwahnya pun tidak bisa menyentuh raganya.
Dia masih penasaran. Mungkin ini hanya mimpi. Dia mulai berjalan melewati pintu yang tertutup rapat. Berhasil. Dia mampu menembusnya dengan baik.
"Ya Tuhan!! aku benar-benar sudah jadi hantu kah? bagaimana dengan Tomi. Aku belum kasih kepastian untuknya. Tuhan jangan ambil aku terlebih dahulu. Aku minta sedikit waktu lagi agar Tomi tenang mendapatkan kepastian dariku," rintihnya dengan tulus diiringi air mata yang bercucuran.
Sambil berjalan dilorong-lorong rumah sakit. Tiara berfikir keras. Kenapa dia bisa koma seperti ini?
Kejadian terakhirnya adalah saat dia kabur dari rumah. Namun Tomi tidak setuju dengan keputusannya. Jadi dia kabur sendiri menghunakan angkutan umum. Tidak disangka angkutan umum itu mengalami kecelakaan dahsyat. Yang menewaskan seluruh penumpangnya. Kecuali Tiara.
Mungkin Tiara juga sudah mati. Kalau saja semua alat-alat dokter dilepas. Tiara orang kaya. Jadi orang tuannya mampu memfasilitasi pengobatan anak semata wayangnya itu. Tidak seperti penumpang lain.
Tiara terus berjalan. Sampai akhirnya dia berhasil menemui Tomi tengah malam itu.
***
Tomi dan keluarga sudah datang dirumah sakit. Tampak kedua orangtua Tiara yang tiada henti menangis. Dan beberapa pengawal menjaga disekitar ruang tunggu dekat kamar rawatnya.
Tomi mencoba menyalami mereka. Tapi disambut cacian oleh ibunya Tiara.
"JANGAN SENTUH TANGANKU. BOCAH MISKIN!!!"
Sambil menahan isak tangis. Ibunya Tiara terus mengomel dan menyalahkan Tomi.
"Semua gara-gara kamu! anak saya berubah jadi pembangkang sejak kenal kamu! bahkan berani kabur dari rumah gara-gara lebih memilih kamu. Tolong. Jauhi anak saya mulai dari sekarang!!"
Tomi dan keluarga meminta maaf dan berjanji akan menjauhinya. Sementara ayahnya hanya bisa diam. Menenangkan ibu Tiara yang sangat murka. Setelah seminggu akhirnya ia tahu sosok Tomi yang membuat anaknya celaka.
"Jadi mereka memintaku datang hanya untuk ini? mencaci maki dihadapan orangtua ku?" keluhnya dalam hati.
Tomi pamit dan melangkah pergi. Beberapa detik kemudian. Suster berteriak histeris karena Tiara sedang sakaratul maut. Detak jantunhnya mulai perlahan. Ibunya sangat panik,
"Tolong suster! Tolong Dokter! selamatkan anak semata wayang saya."
"Tolong panggilkan Tomi. Dia penyemangat hidup anak ibu. Tolong jangan egois dulu. Semua demi keselamatan Tiara. Biarkan Tomi menemani hari-hari yang sulit dilewati anak ibu ini. Sampai keadaan mulai membaik!" perintah pak dokter pada keluarga Tiara dengan sangat.
Para pengawal langsung berlari mengejar Tomi. Tomi yang sudah sampai parkiran. Terpaksa kembali lagi. Diijinkan masuk kedalam ruangan yang Tiara tempati.
Tomi duduk disamping Tiara. Dia mulai memegang tangan Tiara dan memgecupnya dihadapan orangtuanya dan orang tua Tiara.
"Aku datang Tiara ... bangunlah. Aku janji tidak akan menuntutmu lagi. Tidak akan meminta kepastian lagi. kita akan terus sama-sama. Seperti keinginanmu. Tidak mengapa kalau harus backstreet lagi. Aku akan terima. Asal kamu nyaman dan bahagia."
Tiara masih belum merespon. Semua yang menyaksikan cemas. Tomi akhirnya meneteskan air matanya karena sangat takut kehilangan. Penantiannya belasan tahun. Harus berakhir seperti ini kah?
"Sayang ... bangunlah!!! TERBITLAH KEKASIH HIDUPKU. Terbitlah seperti hari-hari lalu. Yang selalu menyinari hari-hariku. Membuatnya lebih berwarna. Aku tidak bisa tanpa kamu."
Berulang kali Tomi mengatakan terbitlah kekasihku. Tiba-tiba jemari Tiara bergerak. Seperti merespon. Detak jantung mulai normal. Semua yang menyaksikan merasa lebih tenang dari sebelumnya.
Dokter mulai memeriksa kembali. Keadaannya mulai membaik. Berulang kali dokter memperingati untuk tahan emosi agar Tiara stabil lagi. Tapi Ibu Tiara masih saja mencaci maki,
"Ingat ya! sampai matipun saya tidak akan sudi punya menantu kaya kamu. Setelah anak saya siuman lebih baik kamu pergi menjauh untuk selamanya!"
Tomi manggut tanda setuju. Tomi dan keluarganya pulang. Menahan pilu yang teramat dalam. Bahkan sedang keritispun orangtuanya masih keras kepala. Seperti tidak ingin melihat anaknya bahagia. Kasihan sekali Tiara. Pasti hidupnya sangat tertekan.
"Heran yah, masa seorang ibu ngga mau lihat anaknya bahagia," celetuk ibu Tomi saat masuk rumah.
"Bukan ibu kandungnya kali jadi setega itu sama anak. Udah tahu anak lagi kritis. Apa susahnya pura-pura merestui. Kalau keadaan sudah kembali normal ya terserah. Mau melarang kek. Mau menikahkan Tiara sama laki-laki laim yang kaya. Bodo amat!" balas ayah Tomi dengan nada yang sangat kesal.
"Maafin Tomi yah bu. Harusnya Tomi ngga jatuh cinta sama anak kolong merat. Kasihan Tiara. Semoga lekas membaik dan cepet sadar dari komanya."
***
Tomi berbaring dikasur bututnya. Baru saja ia akan memejamkan matanya. Tiba-tiba Tiara datang mengejutkannya. Dia benar-benar mirip hantu. Datang dan pergi sesuka hati. "Tomi ... temenin aku ngobrol dong!" sapa Tiara dengan nada manjanya. "Kamu ... ngapain kamu masih berkeliaran. Aku mohon kembali pada ragamu. Aku ingin lihat kamu sembuh seperti dulu," Tomi memohon dengan mata yang berkaca-kaca. "Aku sudah berusaha kembali ketubuh ku. Tapi tidak bisa. Mungkin karena aku tahu. Sekalipun aku sembuh, kita tidak bisa bersama. Ibu sangat keras. Jadi lebih baik aku tidak hidup." Mereka menghabiskan malam berdua dikamar Tomi yang sangat sempit. Namun Tiara bahagia. Setidaknya impiannya bisa keluar malam dan bersama Tomi memandang bintang dimalam hari sudah terwujud. Tiara bercerita satu hal rahasia besar pada Tomi. Yang selama belasan tahun ini ia pendam. Mengenai ibu Tiara. Ibu yang selama ini ia hormati, ternyata bukan ibu kandung Tiara. Tentu saja
"Kenapa ibu selalu melarang hubungan kita? kenapa ayah selalu nurut dengan ucapan ibu? Kenapa aku selalu kesulitan berbicara dengan ayah? aku akan cari tahu sendiri."***Tiara masih belum bisa kembali pada tubuhnya. Dia masih sibuk berkeliaran memecahkan permasalahannya selama ini. Malam ini dia pulang kerumahnya. Melewati gerbang kokoh yang tergembok rapat. Menembus dinding istana megahnya. Dia bisa melewatinya tanpa harus meminta satpam membukakan pintu.Diruang keluarga ayah dan ibunya sedang berdiskusi membicarakan Tiara."Sampai kapanpun ibu tidak mau punya mantu miskin! si Tomi itu nanti akan menjadi parasit bagi kita. Ibu tidak mau harta ayah nantinya dirampas dia," protes ibu pada ayah Tiara."Ya sudah. Ayah nurut saja apa kata ibu."Tiara kesal sekali menyaksikan drama ini. Rupanya dalam keadaan sekaratpun, ibu tirinya tidak peduli perasaan Tiara.Setelah ayah pergi menuju kamar dan meninggalkan ibu
"Saya akan mencoba santet gagak hitam sekali lagi kii! Yang kemarin belum berhasil. Tiara belum meninggal. Malah sekarang dia sudah siuman dari komanya. Saya mohon bantu saya lagi aki siliwangi!!!"***Ibu tiri mulai geram dan sangat murka melihat Tiara siuman. Usahanya menyewa jasa santet ternyata gagal. Dia mencari jasa santet terampuh melalui media sosial. Secara online dia berkomunikasi dan bernegosiasi masalah harga.Dia tidak bodoh. Banyak penipuan di media sosial baru-baru ini yang viral terjadi. Salah satunya saat ibu tiri menyewa jasa pelet online minggu lalu. Uang sudah ia transfer, Namun nomor HPnya malah diblokir. Pelet tidak dilaksanakan dan uangpun hilang.Namun kasus teetipunya ibu tiri ini tidak membuatnya kapok. Malah dia membuatnya pelajaran. Agar lebih pintar dan berhati-hati lagi. Kali ini dia akan menyewa jasa santet lagi di aki siliwangi. Dia sangat percaya pada aki karena dia sudah tahu tempatnya.Wala
Tomi terpaksa meninggalkan motor bututnya di rumah. Dia harus pergi ke Majalengka mencari ibu kandung Tiara. Berbekal tabungannya yang tidak seberapa, itupun hasil bobok celengan ayamnya yang sudah hampir 2 tahun ia kumpulkan. Tanpa minta belas kasih dan balas budi. Dia pergi niat ibadah dan membantu permasalahan kekasih hatinya.Tomi harus menaiki beberapa tranaportasi untuk menuju alamat itu. Dari rumah meuju jalan raya, ia diantar ayahnya menggunakan motor butut milik Tomi. Kemudian dia menunggu bus datang. Ia berdiri di halte bus seorang diri. Tidak menunggu lama, bus pun datang. Ini bukan pertama kalinya dia berpergian.Bisa dibilang Tomi pemuda yang aktif. Dia sering ikut acara tour keagamaan. Karena profesi dia kan sebagai marbot masjid. Selain tugas utamanya membersihkan masjid. Dia juga Sering membantu Pak Ustad dalam mempersiapkan acara-acara dimasjid dan acara tour ibu jamiyahan.Setelah sampai dia harus naik angkot jurusan yang berbeda
"Aku talak kamu sekarang juga!" ucap ayah Tiara penuh kesal."Silahkan. Tapi serahkan dulu semua harta kamu. Kalau tidak! aku akan membuat putri kamu lebih menderita lagi!" ancam Anita, istri mudanya.***Tiara hanya bisa berbaring di kasurnya. Dia lumpuh. Dia hanya bisa meneteskan air mata. Namun, semangatnya untuk sembuh begitu kuat. Dia berusaha menggerakan bibirnya agar dapat bicara.Tomi pun datang. Langsung menangis meminta maaf. Harusnya dia turuti semua keinginan Tiara. Tomi janji kalau nanti Tiara sembuh. Dia akan turuti semua kemauan Tiara. Tidak akan menolaknya lagi. Sekali pun Tiara meminta untuk nikah lari. Tomi akan laksanakan."Kamu pasti sembuh! aku akan bacakan ayat-ayat suci untuk kamu."Tomi fokus mengaji. Sementara ayah di rumah sedang bertengkar dengan istri mudanya."Aku talak kamu sekarang juga!" ucap ayah Tiara penuh kesal."Silahkan. Tapi serahkan dulu semua harta kamu. Kalau tid
Masih suasana duka. Hujan deras pun turun menyelimuti kota. Tiara sudah kembali pulang pada Tuhannya di usianya yang genap 26 Tahun. Keegoisan orang tua membuatnya pergi sebelum merasakan bahagianya pernikahan. Penantian panjang Tomi pun sia-sia.Tomi membelai rambut Tiara untuk yang terakhir kalinya. Selimut putih pun mulai dokter tutupkan keseluruh tubuh Tiara. Dokter membawa Tiara pergi dari ruang rawat itu dan mulai memandikannya. Benar-benar Kisah yang sangat pilu.Tomi menuju musholah rumah sakit. Dia datang pada Tuhannya dan memohon ampun. Atas kekhilafannya selama ini. Atas yang mereka lakukan selama ini. Harusnya mereka tidak berlarut-larut dalam zinah selama belasan tahun. Akhirnya mereka tidak bisa bersama.Tomi yang selaku marbot masjid dan paham tentang agama. Selalu menutup mata dan hatinya. Padahal dia tahu pacaran itu adalah perbuatan dosa besar. Karena dalam agamanya, haram hukuknya laki-laki dan perempuan yang belum ma
Suara adzan subuh terdengar sangat merdu. Tomi pun terbangun dari tidurnya. Hari ini dia tampak bersemangat sekali. Tentu saja, dia mulai bekerja hari ini. Dia menyiapkan baju putih dan celana kulot hitamnya. Setelah itu, dia pergi menuju kamar mandi. Membersihkan diri dan mengambil wudhu.Seperti biasanya. Tomi melakukan sholat subuh qobliyah 2 rokaat sebelum melaksanakan sholat wajib subuh. Selalu konsisten karena dirinya tahu pahala yang sangat besar yang akan didapat. Pahalanya melakukan sholat qobliyah subuh yaitu kebaikannya melebihi dunia dan seisinya.Setelah selesai melakasanakan sholat. Ibu memerintah Tomi untuk sarapan terlebih dahulu. Agar kerjanya fokus. Sarapan itu penting untuk memulai aktifitas. Tomi makan dengan lahap, ibu bahagia sekali. Anak semata wayangnya itu sudah lagi tidak terlihat murung. Sudah mau makan dan mau membuka lembaran baru."Assalamualaikum, Tomi pamit bu. Doain agar kerjaan Tomi lancar dan berkah ya bu!" pinta To
"Kenapa Rara begitu akrab dengan bapak HRD itu. Aku jadi cemburu!" keluh Tomi dalam hatinya.***lima jam berlalu Tomi bekerja. Belum juga Tomi menjawab pertanyaan Rara, waktu istirahat pun tiba. Rara pamit untuk makan siang dan begitu saja meninggalkan Tomi."Kok dia ngga ngajak aku makan siang bareng?" Tomi masih berhalusinasi kalau Rara itu adalah Tiara, pacarnya yang sudah meninggal beberapa minggu lalu.Sakit seperti menyayat hati. Biasanya Tiara sangat perhatian sekali, melayani Tomi makan siang seperti raja. Tomi masih belum bisa melupakan kenangan manis bersama kekasihnya itu. Jelas saja. Sebelas tahun mereka bersama. Mengukir indah kenangan manis. Pasti terasa amat sulit dilupakan.Tomi berjalan seorang diri menuju kantin. Dia benar-benar sangat membutuhkan sosok Tiara disampingnya. Belum juga lukanya pulih. Dia harus menyaksikan drama yang membuatnya membakar hati. Di kantin. Tidak sengajaTomi melihat Rara sedang makan siang berdua bersam