Share

BAB3 KABUR DARI RUMAH

"Ayo bawa aku pergi!!! aku ingin selalu bersama kamu."

***

Dua hari kemudian. Setelah Tiara merasa membaik dan sehat kembali. Dia menemui Tomi. Sebelas tahun bukan waktu yang singkat. Hampir tiap hari Tiara berkunjung kerumah Tomi, karena memang rumah mereka lumayan dekat. Hanya beda kecamatan. Perjalanan dari rumahnya menuju rumah Tomi sekitar 15 menit.

Tentu saja keluarga besar Tomi sudah tahu dan hafal dengan problem mereka. Hanya saja mereka tidak berani menegur. Hanya bisa diam menyaksikan hubungan terlarang mereka. Sebagai keluarga hanya bisa mendukung keinginan anaknya.

Setelah sampai rumah Tomi. Tiara langsung masuk tanpa rasa canggung. Sudah seperti rumahnya sendiri. Kebetulan ada ibu dan ayah Tomi yang sedang duduk di ruang TV. Langsung menyapa,

"Kata Tomi kamu sakit? sudah sembuh? kamu sudah kasih kepastian belum pada Tomi?"

"Sudah sehat bu. Ia ini mau bertemu Tomi untuk kasih kepastian," jelas Tiara sambil mengecup telapak tangan kedua orang tua Tomi.

Mendengar suara Tiara. Tomi langsung keluar kamar dan menemuinya. Tomi langsung mengajak Tiara pergi keluar rumah.

"Makan belum? Yuk kita cari makan!" 

Tanya Tomi pada Tiara. Belum juga Tiara menjawab, Tomi langsung memegang tangan Tiara dan pergi meninggalkan kedua orang tua Tomi.

Mereka berdua pergi menggunakan motor butut andalan Tomi. Menuju kesuatu tempat yang tenang.

***

"Ayo bawa aku pergi!!! aku ingin selalu bersama kamu."

"Maksud kamu apa?" tomi malah bertanya.

Tiara memegang tangan Tomi. Dan berusaha tegar untuk memberi kepastian. 

"Aku sudah pikirkan matang-matang. Aku memilih kamu. Jadi ayo kita nikah lari saja. Bawa aku pergi kemanapun yang kamu mau!"

"Kamu konyol. Bukan kepastian itu yang aku mau. Aku hanya ingin tahu. Aku boleh temui keluarga kamu tidak? aku ingin melamar kamu. Aku ingin menikahi kamu secara baik-baik. Bukan kawin lari seperti yang kamu mau."

"Jawabannya tetap sama. Keluarga ku sampai kapanpun tidak akan merestui kita. Jadi untuk apa kamu temui mereka. Nanti kamu malah sakit hati. Jadi kamu mau bawa aku pergi atau tidak?" tanya Tiara penuh kesal.

"Tidak. Aku tidak akan bawa kamu kemana.mana!"

Penuh kesal Tiara berlari meninggalkan Tomi. Tomi mengejar Tiara tapi gagal. Tiara sudah pergi menggunakan angkutan umum. Sementara Tomi harus pulang ke tempat semula untuk mengambil motor bututnya. 

Pikir Tomi. Tiara pasti akan langsung pulang kerumahnya. Tapi kali ini tidak seperti biasanya. Sampai hari larut malam, Tiara bahkan tidak menghubungi Tomi. Nomor ponselnya pun tidak aktif.

Rasa penasaran itu membuat Tomi memberanikan diri untuk datang kerumah Tiara. Tepat pukul 7 malam. Tomi menggunakan motor bututnya datang ke istana Tiara untuk yang pertama kalinya. 

Tomi hanya tahu gank rumah Tiara, jadi dia harus bertanya kepada warga sekitar untuk menemukan rumah kekasihnya itu. 

Ketemu!!!

Tomi sangat kaget. Ternyata anak kolong merat. Sebelas tahun pacaran, bahkan Tomi tidak tahu rumahnya. Mungkin karena terlalu menuruti kemauan Tiara. Jadi dia tidak tahu apa-apa tentang Tiara. Tiara pun tidak pernah bercerita kalau dirinya sekaya itu.

Tampak dari depan gerbang yang tingginya 3 meter, berjejer 4 mobil mewahnya. Serta motor herly dan beberapa motor antik lainnya. Benar-benar membuat Tomi minder. Walau begitu, ia tetap memencet bel rumah megah itu.

tet ... tet ... tet.

Seorang pemuda gagah menggunakan seragam satpam muncul membukakan gerbang dan bertanya,

"Selamat malam. Ada perlu apa mas?"

"Saya Tomi. Temennya Tiara. Saya ada perlu dengan dia. Apa dia ada dirumah?"

"Oh mba Tiara kabur dari rumah mas. Sejak tadi pagi sampai sekarang belum pulang. Ayah ibunya serta pengawal lainnya sedang mencari mba Tiara. Jadi dirumah tidak ada tuan rumahnya."

"Kabur??? darimana mas tahu kalau Tiara kabur?" tanya Tomi penasaran.

"Tahu lah mas. Wong mba Tiara nulis surat kok. Isinya minta maaf pada orang tuanya karena dia sudah ambil keputusan untuk memilih pacarnya."

Setelah menerima penjelasan dari satpam itu. Tomi pamit pulang. Dia sangat merasa bersalah, karena tadi siang tidak menemaninya. Tidak menghargai keputusannya. Membiarkan Tiara pergi begitu saja.

Sekarang Tomi harus cari kemana? bahkan orangtuanya saja tidak tahu keberadaannya.

***

Tomi sampai rumah dan bercerita pada keluarga besarnya. Kalau Tiara nekad kabur dari rumah. 

"Harusnya aku tidak egois ya bu. Harusnya akunsadar diri. Aku dan Tiara sangat beda bu. Bagai bumi dan langit."

"Loh ... kenapa kamu ngomong gitu nak? kalian kan sudah belasan tahun pacaran. Kok baru merasa egois sekarang," tanya ibunya Tomi penuh heran.

"Tiara anak kolong merat bu. Tidak seperti yang aku pikirkan. Sekarang dia sudah nekad kabur dari rumah. Aku merasa bersalah sekali."

Tomi hanya bisa meneteskan air mata. Berulangkali berusaha menghubungi Tiara, namun tetap tidak aktif.

***

Seminggu berlalu. Masih belum ada kabar dari Tiara. Hampa rasanya hidup tanpa ada omelan darinya. HP pun terasa sepi. Biasanya Tiara terus mengirim pesan pada Tomi. Kalau telat balas langsung ngamuk. Tomi sampai-sampai gila dibuatnya. Makan sambil chating, dijalan sambil chating, sampai buang air besarpun tetap balas chating dari Tiara. Kalau tidak, Tiara akan ngomel-ngomel 7 hari 7 malam.

"Apa Tiara sudah pulang kerumah? apa tiara meninggalkan aku? apa Tiara tidak ingin lagi berjuang denganku?" 

Banyak pertanyaan yang menari-nari dipikirannya. Namun semua itu tidak ada jawabannya. 

Tepat pukul 12 malam. Tomi merasa penat. Tidak bisa tidur dan dia mulai membuka pintu reot dirumahnya. Tomi keluar rumah, duduk di bangku tua depan gubugnya. Sambil memandang bintang yang sangat cerah bersinar. Tomi benar-benar merindukan sosok Tiara yang ceria itu. Sesak sekali dadanya menahan rindu.

Tiba-tiba dia mendengar suara seperti dedaunan jatuh dan angin berhembus kencang menerba tubuhnya.

"Tomi ... Tomi,"

Suara angin itu berubah menjadi suara merdu yang memanggil jelas namanya. Tomi langsung menengok kearah kanan. Matanya terbelalak melihat Tiara berdiri sendiri tengah malam gini.

"Tiara? kamu ngapain tengah malam gini diluar rumah. Sini!!! ayo masuk!!" perintah Tomi penuh rasa khawatir.

Tiara memang anak rumahan. Dia tidak pernah keluar malam. Setelah magrib, pasti orang tuannya selalu melarang anak gadis semata wayangnya itu keluar rumah. Kalau pun ada keperluan mendesak pasti para pengawal menemaninya. Jadi pantas saja Tomi merasa kaget saat melihat Tiara tengah malam gini ada di samping gubug reotnya.

"Ngga ah ... aku disini aja. Aku cuma mau lihat keadaan kamu. Kamu baik-baik saja kan?"

"Ia aku baik. Kamu kabur kemana sih? Sekarang masih kabur ya? jadi bisa keluar tengah malam gini?" tanya Tomi penuh penasaran.

"Kamu masih menunggu kepastian dari aku yah? atau sudah punya pengganti??"

"Tentu saja aku akan selalu nunggu kamu. Kamu mau kemana sekarang? ayo aku temani!!" 

Perbincangan seru itu terpotong oleh suara ibunya Tomi yang memanggil.

"Tomi ... tom ... ini ada telepon dari Tiara!!! sudah 20 panggilan tidak terjawab. Kamu malah asik melamun diluar."

"Tiara???" 

Tomi merasa heran. Dia melihat ke arah Tiara yang sedari tadi mengajaknya berbincang. Tapi Tiara sudah tidak ada. Pergi tanpa permisi, datang pun tiba-tiba.

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status