"Ayo bawa aku pergi!!! aku ingin selalu bersama kamu."
***
Dua hari kemudian. Setelah Tiara merasa membaik dan sehat kembali. Dia menemui Tomi. Sebelas tahun bukan waktu yang singkat. Hampir tiap hari Tiara berkunjung kerumah Tomi, karena memang rumah mereka lumayan dekat. Hanya beda kecamatan. Perjalanan dari rumahnya menuju rumah Tomi sekitar 15 menit.
Tentu saja keluarga besar Tomi sudah tahu dan hafal dengan problem mereka. Hanya saja mereka tidak berani menegur. Hanya bisa diam menyaksikan hubungan terlarang mereka. Sebagai keluarga hanya bisa mendukung keinginan anaknya.
Setelah sampai rumah Tomi. Tiara langsung masuk tanpa rasa canggung. Sudah seperti rumahnya sendiri. Kebetulan ada ibu dan ayah Tomi yang sedang duduk di ruang TV. Langsung menyapa,
"Kata Tomi kamu sakit? sudah sembuh? kamu sudah kasih kepastian belum pada Tomi?"
"Sudah sehat bu. Ia ini mau bertemu Tomi untuk kasih kepastian," jelas Tiara sambil mengecup telapak tangan kedua orang tua Tomi.
Mendengar suara Tiara. Tomi langsung keluar kamar dan menemuinya. Tomi langsung mengajak Tiara pergi keluar rumah.
"Makan belum? Yuk kita cari makan!"
Tanya Tomi pada Tiara. Belum juga Tiara menjawab, Tomi langsung memegang tangan Tiara dan pergi meninggalkan kedua orang tua Tomi.
Mereka berdua pergi menggunakan motor butut andalan Tomi. Menuju kesuatu tempat yang tenang.
***
"Ayo bawa aku pergi!!! aku ingin selalu bersama kamu."
"Maksud kamu apa?" tomi malah bertanya.
Tiara memegang tangan Tomi. Dan berusaha tegar untuk memberi kepastian.
"Aku sudah pikirkan matang-matang. Aku memilih kamu. Jadi ayo kita nikah lari saja. Bawa aku pergi kemanapun yang kamu mau!"
"Kamu konyol. Bukan kepastian itu yang aku mau. Aku hanya ingin tahu. Aku boleh temui keluarga kamu tidak? aku ingin melamar kamu. Aku ingin menikahi kamu secara baik-baik. Bukan kawin lari seperti yang kamu mau."
"Jawabannya tetap sama. Keluarga ku sampai kapanpun tidak akan merestui kita. Jadi untuk apa kamu temui mereka. Nanti kamu malah sakit hati. Jadi kamu mau bawa aku pergi atau tidak?" tanya Tiara penuh kesal.
"Tidak. Aku tidak akan bawa kamu kemana.mana!"
Penuh kesal Tiara berlari meninggalkan Tomi. Tomi mengejar Tiara tapi gagal. Tiara sudah pergi menggunakan angkutan umum. Sementara Tomi harus pulang ke tempat semula untuk mengambil motor bututnya.
Pikir Tomi. Tiara pasti akan langsung pulang kerumahnya. Tapi kali ini tidak seperti biasanya. Sampai hari larut malam, Tiara bahkan tidak menghubungi Tomi. Nomor ponselnya pun tidak aktif.
Rasa penasaran itu membuat Tomi memberanikan diri untuk datang kerumah Tiara. Tepat pukul 7 malam. Tomi menggunakan motor bututnya datang ke istana Tiara untuk yang pertama kalinya.
Tomi hanya tahu gank rumah Tiara, jadi dia harus bertanya kepada warga sekitar untuk menemukan rumah kekasihnya itu.
Ketemu!!!
Tomi sangat kaget. Ternyata anak kolong merat. Sebelas tahun pacaran, bahkan Tomi tidak tahu rumahnya. Mungkin karena terlalu menuruti kemauan Tiara. Jadi dia tidak tahu apa-apa tentang Tiara. Tiara pun tidak pernah bercerita kalau dirinya sekaya itu.
Tampak dari depan gerbang yang tingginya 3 meter, berjejer 4 mobil mewahnya. Serta motor herly dan beberapa motor antik lainnya. Benar-benar membuat Tomi minder. Walau begitu, ia tetap memencet bel rumah megah itu.
tet ... tet ... tet.
Seorang pemuda gagah menggunakan seragam satpam muncul membukakan gerbang dan bertanya,
"Selamat malam. Ada perlu apa mas?"
"Saya Tomi. Temennya Tiara. Saya ada perlu dengan dia. Apa dia ada dirumah?"
"Oh mba Tiara kabur dari rumah mas. Sejak tadi pagi sampai sekarang belum pulang. Ayah ibunya serta pengawal lainnya sedang mencari mba Tiara. Jadi dirumah tidak ada tuan rumahnya."
"Kabur??? darimana mas tahu kalau Tiara kabur?" tanya Tomi penasaran.
"Tahu lah mas. Wong mba Tiara nulis surat kok. Isinya minta maaf pada orang tuanya karena dia sudah ambil keputusan untuk memilih pacarnya."
Setelah menerima penjelasan dari satpam itu. Tomi pamit pulang. Dia sangat merasa bersalah, karena tadi siang tidak menemaninya. Tidak menghargai keputusannya. Membiarkan Tiara pergi begitu saja.
Sekarang Tomi harus cari kemana? bahkan orangtuanya saja tidak tahu keberadaannya.
***
Tomi sampai rumah dan bercerita pada keluarga besarnya. Kalau Tiara nekad kabur dari rumah.
"Harusnya aku tidak egois ya bu. Harusnya akunsadar diri. Aku dan Tiara sangat beda bu. Bagai bumi dan langit."
"Loh ... kenapa kamu ngomong gitu nak? kalian kan sudah belasan tahun pacaran. Kok baru merasa egois sekarang," tanya ibunya Tomi penuh heran.
"Tiara anak kolong merat bu. Tidak seperti yang aku pikirkan. Sekarang dia sudah nekad kabur dari rumah. Aku merasa bersalah sekali."
Tomi hanya bisa meneteskan air mata. Berulangkali berusaha menghubungi Tiara, namun tetap tidak aktif.
***
Seminggu berlalu. Masih belum ada kabar dari Tiara. Hampa rasanya hidup tanpa ada omelan darinya. HP pun terasa sepi. Biasanya Tiara terus mengirim pesan pada Tomi. Kalau telat balas langsung ngamuk. Tomi sampai-sampai gila dibuatnya. Makan sambil chating, dijalan sambil chating, sampai buang air besarpun tetap balas chating dari Tiara. Kalau tidak, Tiara akan ngomel-ngomel 7 hari 7 malam.
"Apa Tiara sudah pulang kerumah? apa tiara meninggalkan aku? apa Tiara tidak ingin lagi berjuang denganku?"
Banyak pertanyaan yang menari-nari dipikirannya. Namun semua itu tidak ada jawabannya.
Tepat pukul 12 malam. Tomi merasa penat. Tidak bisa tidur dan dia mulai membuka pintu reot dirumahnya. Tomi keluar rumah, duduk di bangku tua depan gubugnya. Sambil memandang bintang yang sangat cerah bersinar. Tomi benar-benar merindukan sosok Tiara yang ceria itu. Sesak sekali dadanya menahan rindu.
Tiba-tiba dia mendengar suara seperti dedaunan jatuh dan angin berhembus kencang menerba tubuhnya.
"Tomi ... Tomi,"
Suara angin itu berubah menjadi suara merdu yang memanggil jelas namanya. Tomi langsung menengok kearah kanan. Matanya terbelalak melihat Tiara berdiri sendiri tengah malam gini.
"Tiara? kamu ngapain tengah malam gini diluar rumah. Sini!!! ayo masuk!!" perintah Tomi penuh rasa khawatir.
Tiara memang anak rumahan. Dia tidak pernah keluar malam. Setelah magrib, pasti orang tuannya selalu melarang anak gadis semata wayangnya itu keluar rumah. Kalau pun ada keperluan mendesak pasti para pengawal menemaninya. Jadi pantas saja Tomi merasa kaget saat melihat Tiara tengah malam gini ada di samping gubug reotnya.
"Ngga ah ... aku disini aja. Aku cuma mau lihat keadaan kamu. Kamu baik-baik saja kan?"
"Ia aku baik. Kamu kabur kemana sih? Sekarang masih kabur ya? jadi bisa keluar tengah malam gini?" tanya Tomi penuh penasaran.
"Kamu masih menunggu kepastian dari aku yah? atau sudah punya pengganti??"
"Tentu saja aku akan selalu nunggu kamu. Kamu mau kemana sekarang? ayo aku temani!!"
Perbincangan seru itu terpotong oleh suara ibunya Tomi yang memanggil.
"Tomi ... tom ... ini ada telepon dari Tiara!!! sudah 20 panggilan tidak terjawab. Kamu malah asik melamun diluar."
"Tiara???"
Tomi merasa heran. Dia melihat ke arah Tiara yang sedari tadi mengajaknya berbincang. Tapi Tiara sudah tidak ada. Pergi tanpa permisi, datang pun tiba-tiba.
***
Rangga ingin sekali mendapatkan kasih sayang dan perhatian dari Rara, karena Rangga tahu kalau Rara adalah gadis yang baik. Baginya, Rara adalah gadis spesial beda dari gadis-gadis lainnya. Rara gadis yang sopan terutama dalam perpakaian, sangat sederhana. Tidak seperti Lita, mantan kekasihnya dulu, selalu saja tampil seksi di depan umum. Di kampus, Rangga menjadi cowok populer karena ketampanannya dan ketahirannya. Banyak mahasiswi jatuh hati pada dirinya, tapi tidak dengan Rara. Rara sepertinya tidak jatuh hati pada Rangga. Sekata pun bahkan Rangga tidak pernah mendengar Rara memuji kepopulerannya. Bagi Rara, Rangga biasa saja. Ini yang membuat Rangga jatuh cinta padanya, Rara begitu cuek bahkan tidak peduli kalau Rangga menjadi orang nomor satu di kampus. Setelah pertengkaran itu, Rara pergi meninggalkan Rangga sendiri di depan gedung administrasi. Rasa benci Rara semakin menjadi-jadi karena tahu kalau Rangga benar-benar tidak punya hati, seenaknya saja menuduh Rara s
Dini pergi meninggalkan Rara dan Rara mulai berjalan kaki menuju cafe di sebrang jalan yang sedang membutuhkan pelayan. Rara berharap akan mendapatkan hasil yang baik kali ini.Setelah sampai di depan cafe, Rara membaca papan pengumuman di depan pintu cafe yang bertuliskan "Dibutuhkan!!! pelayan wanita". Pikirnya ternyata Dini benar memang ada lowongan kerja di cafe ini. Melihat gerak gerik Rara yang mencurigakan akhirnya pemilik cafe keluar dan menegur Rara."Permisi, ada yang bisa saya bantu?" tanya Ibu paruh baya dengan setelah baju tuniknya."Maaf mengganggu bu, sebetulnya saya sedang butuh pekerjaan," jawab Rara sopan."Kebetulan sekali, saya sedang mencari pelayan wanita kalau kamu mau, kamu bisa kerja membantu saya di cafe ini.""Tentu saja bu, saya mau," jawab Rara penuh semangat dan senyum bahagia."Perkenalkan Saya Anisa, Saya pemilik cafe ini. Mulai besok kamu boleh bekerja," kata Ibu Anisa sambil menjabat tangan Rara."Say
"Stop Pak!" kata Rara menyuruh supir angkutan umum untuk menurunkannya di depan kampus negeri. Rara turun dari angkutan umum dan memberikan ongkos kepada supir. Kemudian Rara berlari menuju ruang ujian seleksi penerima beasiswa di kampus negeri. Macetnya jalanan membuat dirinya terlambat datang, sehingga dia harus berlari dan terburu-buru menuju ruang ujian. Saat sampai parkiran kampus, Rara tidak sengaja menabrak cowok sombong dan emosional sehingga terjadi keributan. BRAK!!! "Kamu buta yah?! kalau jalan lihat-lihat dong!" teriak cowok emosional itu. "Maaf kak, saya sedang terburu-buru karena ingin ikut ujian," jawab Rara. "Oh ujian beasiswa bidik misi khusus untuk orang miskin itu? haha dasar gembel yah kamu! Pantas sih kelihatan dari pakaian yang kamu kenakan, kumuh!" ucapnya sambil tertawa terbahak meledek penampilan Rara. Rara kesal sekali dengan perlakuan cowok tengil itu. Rara berjanji di dalam hati untuk tidak akan memaafkannya
Sekuat apapun Dini menyembunyikan. Akhirnya orantuanya tahu juga kalau tentang keberadaan Candra. Sejak Candra kerja di sini, Dini merasa hidupnya jadi penuh mata-mata. Karena setiap Dini jalan dengan Candra pasti saja orangtua nya tahu.Waktu itu misalnya. Orangtua Dini tidak sengaja mampir ke tempat les dan ternyata motor Dini tidak ada. Sejak saat itu orangtuanya selalu curiga dan menyuruh orang-orang kepercayaannya unutk memata-matai anak gadisnya itu.Dini benar-benar merasa risih. Bahkan orangtuanya lupa kalau umur anaknya sudah 26 tahun. Masih saja seperti anak kecil selalu dikekang.Akhirnya saat liburan sekolah tiba. Dini memutuskan untuk pergi dari rumah mencari kebebasan. Dia menuliskan surat di secarik kertas yang bertuliskan,"Maaf yah Mamih Papih. Aku benar-benar sudah tidak sanggup dikekang seperti ini. Tidak apa kalau kalian tidak akan menganggapku anak lagi. Aku akan pergi. Dan jangan pernah salahkan Candra karena dia pun tidak akan tahu
Beda sekolah beda cerita. Di sekolah SMK swasta Dini terkenal paling sukses karirnya. Karena hanya dia yang nyabang di tiga sekolah dan beberapa bulan lalu, dia mendapat tawaran mengajar les bahasa inggris di suatu lembaga. Tentu saja Dini terima.Semua guru melihat Dini selalu banyak penghasilannya. Apalagi ngajar di tempat les honor selalu cair tiap bulan, tidak seperti di sekolah yang cairnya tiga bulan sekali. Mengandalkan dana bos.Waktu awal gajihan pun Dini sempat nangis, karena Di MA hanya dapat upah enam puluh ribu rupiah sebulan dan itu cairnya lama sekali."Mih sedih banget, Dini kuliah mahal-mahal masa honornya segini. Untuk bensin saja mana cukup belum lagi untuk jajan dan beli make up," keluh Dini sambil memamerkan tiga amplop honor dari berbagai sekolah."Dari MA dapet enam puluh ribu, dari SMP dapet seratus lima puluh ribu, dan dari SMK seratus dua puluh ribu," ucap Mamih sambil menghitung hasil kerja keras anaknya.Jelas saja Dini
Entahlah. Orangtuanya sangat tidak mendukung bakat menulis Dini. Katanya, untuk apa menulis seperti orang yang tidak punya masadepan. Dan selalu marah kalau Dini membaca novel. Katanya tidak penting, tidak berkualitas. Lebih baik baca berita.Orangtuanya hanya ingin Dini selalu patuh terhadap semua keputusan mereka. Sedikitpun Dini tidak pernah dikasih kebebasan untuk memilih apa yang dia suka.Hidupnya benar-benar terkekang. Hal apapun yang disukai Dini selalu salah dan tidak pernah didukung. Hati kecilnya selalu berteriak. Ingin menjadi penulis hebat dan karyanya akan ada ditoko buku ini, bahkan di toko buku sedunia.Selama satu jam setengah Dini mematikan ponselnya agar tidak dihubungi Aldi dan dia fokus membaca novel-novel kesukaannya."Rasanya aku ingin mengoleksi semua novel-novel yang aku suka dan aku akan membuat perpustakaan mini dirumah pribadiku nanti. Semoga Candra bisa membantuku untuk mewujudkan semua impianku kelak," rintih Dini pada diriny
Beruntungnya Dini, karena memiliki orangtua yang sangat peduli terhadapnya. Baru sehari dia jadi pengangguran, dia langsung dapat kerjaan baru. Mother tidak sengaja keceplosan bilang kalau jadi guru honor harus pake uang pelicin. Jadilah Papih meminta Dini untuk menemui kepala sekolah yang bisa bantu Dini untuk menjadi seorang guru honorer."Ayo siap-siap Din, Papih mau ketemu kepala sekolahnya!" perintahnya."Ngga usah Pih, lagian kita kerja itu untuk cari uang, bukan malah buang-buang uang Pih. Sayang uangnya kalau untuk nyogok Pih.""Ngga apa-apa, yang penting kamu bisa jadi guru!"Dini tidak bisa berbuat apa-apa, jadi dia menurut saja, seperti biasanya. Setelah Dini selesai menyiapkan berkas-berkas lamaran, Dini dan Papihnya menuju sekolah yang dituju untuk melamar.Setelah sampai sekolah ternyata Ibu Kepsek tidak ada, jadi Dini meminta nomor ponselnya pada security sekolah dan menghubunginya."Asslamaualaikum bu. Saya Dini bu mahasiswi
Dini menghela nafas panjang, dia yakin dia bisa melewati ujian demi ujian dalam hidupnya. Hampir saja dia ingin berhenti kerja gara-gara tidak nyaman. Tapi sebentar lagi akan gajian, jadi dia tidak ingin kerja kerasnya sia-sia hanya gara-gara gosip-gosip murahan.Gosip Dini sebagai wanita penggoda HRD pun menyebar ke seluruh penjuru gedung-gedung pabrik. Dini seperti artis yang sedang viral. Tiap dirinya berjalan kaki seorang diri, pasti siapapun yang melihatnya mencibir dan mengata-ngatainya."Oh jadi dia cewek yang sok cantik, yang menggoda HRD biar bisa naik jabatan? haha," ledek Ani karyawati pabrik bagian gudang.Semua teman-teman Ani pun tertawa sinis meledek Dini, Tapi Dini tidak peduli dan menganggapnya angin lalu saja.Di tengah kesendiriannya, Dini mulai menulis lagi. Dia ingin sekali menjadi penulis terkenal. Namun orangtuanya tidak pernah mendukungnya. Hanya Candra yang selalu mengerti bakat dan minat Dini. Candra bilang, buat saja dulu novel
Pikiran Rangga mulai liar. Dia berniat untuk melampiaskan hasratnya pada Caca, mumpung dia seorang diri di kosan. Kebetulan cuaca sedang hujan saat itu. Jadi Rangga meminta ijin untuk berteduh sebentar di kosannya."Haduh hujan!!! Ca aku numpang neduh dulu ya disini, bolehkan?""Boleh banget dong. Yuk masuk!" sambut Caca penuh kebahagiaan."Kamu ngekos sama siapa disini?""Sendiri.""Udah laha?""Baru 2 minggu lalu. Sejak aku pindah kerja kesini, jadi aku ngekos. Dulukan aku kerja di pabrik kaos kaki Bandung."Hujan bertambah besar. Rangga makin senang, dengan begitu dia bisa berlama-lama bersama Caca. Caca sibuk mempersiapkan minum dan mengambilkan beberapa cemilan untuk Rangga.Kosan Caca hanya ada satu kamar, Jadi Caca tidur dan masak disatu tempat. Hanya ada satu toilet mini berukuran 1 meter di kamar kosannya. Kosannya lumayan bebas, di pinggir jalan.Di dalam ruangan hanya ada satu kasur busa kecil berukuran 120cm