Share

Menguping

Author: Say sheeva
last update Last Updated: 2023-05-17 20:08:02

Setelah Danar berpamitan pulang, Ammar bergegas menemui Amalia. 

"Sayang.. Buka pintunya," ucap Ammar yang beberapa kali mengetuk pintu namun tak kunjung dibuka. 

Ina yang melihat itu merasa kesal, lalu Ina meminta Ammar untuk turun sebentar, biar urusan ini ia yang handle. "Heh cewek miskin buka pintunya! Jangan berani marah sama anak saya ya!" ucap Ina setengah berbisik namun terdengar jelas oleh Amalia. 

Lagi-lagi Amalia berurai air mata akibat hinaan serta kata-kata pedas dari mamah mertuanya, Amalia bingung harus berkeluh kesah pada siapa? Ia tak bisa terus berlama-lama tinggal disini. Amalia takut jika nantinya dia akan gi-la menghadapi mamah mertua seperti Ina. 

"Buka pintunya atau saya dobrak dan siksa kamu!" ancam Ina yang membuat Amalia memilih mengalah, lantas ia buka pintu kamar dengan mata sembab. 

Baru juga Amalia membuka pintu dan ingin mengucapkan sepatah kata, tapi tiba-tiba "PLAK.. PLAK.." tamparan keras tertuju pada kedua pipi Amalia. Panas sekali rasanya dan bekas tamparan itu membekas merah. 

"Berani ya kamu memusuhi anak saya! Kamu itu siapa!! Jangan sok hebat! Kamu gak denger kalau daritadi anak saya mengetuk pintu, kupingmu masih normal kan? Apa mau saya buat tu-li?" ucap Ina menarik telinga Amalia cukup kencang hingga Amalia kesakitan. 

"Sakit mah, ampun," rengek Amalia. 

"Sekali lagi saya tau kamu memusuhi anak saya, awas saja! Kamu bakal merasakan lebih dari ini dan satu lagi! Berani kamu mengadu apa yang sudah pernah saya lakukan kepadamu, jangan harap orang tuamu akan hidup tenang!!!" ancam Ina. 

"Jangan menganggu kedua orang tua saya mah, saya mohon," rengek Amalia yang ketika membahas orang tua langsung lemah. 

"Makanya jangan sok ketika disini! Ingat! Kamu itu hanya gadis miskin yang beruntung dipersunting anak saya!!!" hina Ina lalu mendorong tubuh Amalia cukup keras sehingga Amalia terjengkang dan kepalanya membentur meja. 

Merasa lama akhirnya Ammar ke atas dan malah menemui istrinya tengah mengusap kepalanya seperti kesakitan. Belum lagi pipi istrinya itu membekas merah seperti tamparan. "Sayang.. Kamu kenapa? Ini pipi kamu juga kenapa?" tanya Ammar panik dan menuntun Amalia ke ranjang. 

"Gak papa mas, tadi waktu aku buka pintu kebetulan mamah menyender di pintu jadinya aku dan mamah sama-sama terjengkang, kepalaku kena meja tapi mamahmu gak papa kok," jawab Amalia. 

"Syukurlah.. Lain kali hati-hati, sekarang mamah mana?" tanya Ammar celingukan mencari Ina. 

"Mamah ada dikamarnya," jawab Amalia ketus, segitu mudahnya Ammar percaya jika Amalia berbohong dan sekarang malah suaminya fokus ke mamahnya ketimbang dirinya, sungguh miris memang nasib Amalia. 

Lalu Ammar tiba-tiba teringat perkataan Danar dan ingin segera mengklarifikasi pada Amalia. "Sayang, ada yang ingin mas tanyakan, tolong jawab jujur," ucap Ammar dan Amalia dengan ragu menganggukkan kepala. 

"Apa kamu bahagia tinggal disini?" tanya Ammar secara tiba-tiba membuat Amalia kaget. Ingin menjawab bahagia namun semua itu mustahil, tapi jika menjawab gak bahagia mungkin saja Ammar akan bertanya lebih jauh dan semua akan terbongkar. 

"Kenapa kamu tanya begitu mas? Apa ada yang mengusik pikiranmu?" tanya Amalia. 

"Aku ingin kamu jujur, jadi tolong jawablah," jawab Ammar. 

"Kamu suamiku mas, harusnya kamu tau jawabannya tanpa perlu aku bertanya," jawab Amalia membuat Ammar semakin kebingungan. 

Ammar merasa jika istrinya bahagia tinggal disini tapi di satu sisi Ammar terus terngiang tentang perkataan sepupunya. "Aku.. Aku rasa kamu lebih bahagia jika kita tinggal berdua, bukan begitu?" tebak Ammar. Sebenarnya Ammar hanya memberi jebakan saja pada Amalia terkait pertanyaan itu, apa jawaban yang diberikan Amalia nanti itulah apa yang dirasakannya. 

"Kenapa kamu baru kepikiran sekarang, mas?" sindir Amalia yang sebenarnya merasa senang jika suaminya punya pemikiran seperti itu, setidaknya ia tidak sendiri. 

"Maafkan aku ya sayang, yasudah besok aku coba carikan rumah untuk tempat tinggal keluarga kecilku, sabar ya," pinta Ammar dan Amalia dengan semangat mengangguk. 

"Makasih mas.." jawab Amalia yang memeluk Ammar erat, tak terasa air mata menetes di bahu suaminya. 

Tanpa mereka sadari, ada sepasang telinga yang mendengarkan secara diam-diam apa yang sedang sepasang suami istri itu bicarakan, ya dia adalah Ina. Dia merasa cemas dan takut jika menantu miskinnya itu tiba-tiba keceplosan memberitahu apa yang sudah ia lakukan selama ini. 

Namun ketika mendengar anaknya akan pindah rumah semakin membuat hati Ina geram bahkan semakin tak suka dengan Amalia. Jika anaknya mencari rumah untuk mereka tempati, lalu usaha dia supaya Amalia gak betah dan meminta cerai dari Ammar akan sia-sia. "Ini gak boleh dibiarkan! Pokoknya harus segera mencari cara, kalau mereka pindah ya gak leluasa dong buat aku mengerjai cewek miskin itu malah yang ada dia merasa menang karena terbebas dariku! Enak aja! Aku gak mau Ammar terpengaruh lebih dalam lagi dengan gadis miskin itu!!! Dengan merelakan pernikahan mereka saja itu sudah membuatku kehilangan muka di hadapan kolega juga keluarga besar! Jangan sampai gadis itu memiliki Ammar seutuhnya!!" batin Ina yang sudah sangat marah. 

Tanpa sadar Ina menyenggol vas bunga besar yang ada di sebelah pintu kamar Ammar, vas bunga itu pun pecah dan menimbulkan bunyi yang cukup nyaring. "Aduh..kenapa aku bisa ceroboh gini sih! Pokoknya harus segera sembunyi! Jangan sampai Ammar dan cewek miskin itu tau kalau aku menguping!" gumam Ina yang lari terburu-buru masuk ke kamarnya. 

Perhatian Amalia juga Ammar kini teralihkan ke asal suara benda jatuh itu. "Sepertinya ada sesuatu yang jatuh diluar sana, ayo kita tengok dulu," ucap Ammar bergegas membuka pintu. 

Namun sayang sekali, tak ada siapapun di luar sana dan asal suara itu ternyata berasal dari vas bunga yang jatuh. "Aneh.." gumam Ammar merasa janggal. 

"Ada apa mas?" tanya Amalia ikut keluar kamar. 

"Lihatlah.. Vas bunga sebesar ini masak tiba-tiba jatuh," tunjuk Ammar dengan wajah keheranan. 

"Loh.. Kok bisa mas? Aneh ya," tanya Amalia juga tak kalah heran, Ammar menganggukkan kepala pertanda setuju. 

"Aku juga memikirkan hal yang sama, seperti ada yang sengaja mendengarkan perbincangan kita, tapi siapa? Bibi pun jika tidak ada keperluan bebersih dan menempatkan barang, gak berani naik kesini, mamah sendiri yang memerintahkan," ucap Ammar menerka. 

Sebenarnya Amalia tengah menduga satu orang namun tak berani ia ungkapkan, jika Amalia berbicara bisa saja orang itu adalah Ina, maka Ammar sudah pasti tak akan percaya terlebih lagi nantinya Ammar pasti akan menanyakan lebih jauh apa alasan dia menuduh mamanya yang menguping pembicaraan mereka. Maka Amalia memilih diam dan pura-pura gak tahu saja, itu jalan paling aman baginya. 

Langkah Amalia sudah benar belum guys? 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • MENANTU BEDA KASTA   Semua Sudah Takdir (End)

    "Mamah, kenapa mamah bisa begini? Mamah sakit apa? Kenapa rambut mamah habis?" tanya Kenzo di sela tangisannya. "Mamah baik-baik saja dan nanti akan jauh lebih baik-baik saja, apa Kenzo mau berjanji sama mamah?" tanya Heni dijawab anggukan kepala oleh Kenzo. "Kenzo akan janji kepada mamah asalkan mamah juga janji untuk sembuh," pinta Kenzo yang dijawab anggukan kepala oleh Heni. "Mamah minta jika nanti mamah sudah gak ada, Kenzo hidup yang baik dan penurut ya sama om Ammar, mulai sekarang Kenzo mamah titipkan sama om Ammar, apakah Kenzo bersedia?" tanya Heni membuat tangis Kenzo semakin pecah. Kenzo memberontak ketika tau keinginan Heni, maunya Kenzo tetap hidup bersama Heni sampai selamanya. "Tidak ada manusia yang hidup selamanya, sayang, semua yang lahir sudah digariskan meninggal, mungkin sebentar lagi waktunya bagi mamah meninggalkan Kenzo di dunia ini tapi percayalah jika di alam sana nanti mamah akan selalu mengawasi Kenzo dengan baik," ucap Heni berlinang air mata. "Janga

  • MENANTU BEDA KASTA   Ternyata Heni

    Hari demi hari telah dilewati dengan begitu cepat, ternyata ucapan Ammar waktu itu memang benar adanya. Sekarang ia lebih sering ke sini dan menghabiskan waktu dengan Kenzo. Heni merasa senang karena kini Kenzo bisa mendapatkan kasih sayang seorang ayah yang sesungguhnya, dulu sebuah kasih sayang yang diinginkan Kenzo adalah hal paling berat bagi Heni karena mustahil baginya untuk mengemis kepada Lukman, sebelum akhirnya Heni tau bahwa Kenzo adalah anak kandung Ammar. Kini tanpa perlu Heni mengemis pun sebuah perhatian yang diinginkan Kenzo datang dengan sendirinya, setidaknya kini doa Heni terjawab sudah. Tuhan memang terlalu baik kepadanya karena sudah banyak kebaikan demi kebaikan yang diberikan kepada Heni namun dirinya malah sering lalai dalam menjalankan kewajiban. "Terima kasih sudah menepati janji dengan mengunjungi Kenzo lebih sering, dulu, Kenzo sangat menginginkan bagaimana rasanya disayangi oleh Ayah, Kenzo juga menginginkan sebuah

  • MENANTU BEDA KASTA   Hidup Lebih Baik

    Sudah beberapa hari ini Ino melihat anaknya selalu murung seperti tak ada lagi semangat hidup, bahkan pekerjaan di kantor pun menurun dan banyak sekali yang membatalkan kerja sama karena kurang puas dengan kinerja Ammar. Jika dibiarkan akan semakin buruk ke depannya, makanya itu Ino meluangkan waktu untuk berbincang empat mata bersama anaknya itu. "Hal apa yang sedang menggangu pikiranmu?" tanya Ino tak mau basa-basi. "Gak ada, Pah, hanya lagi capek saja," jawab Ammar berbohong. "Jangan berbohong, Papah tau kamu sedang menyembunyikan sesuatu, bahkan kamu bawa masalah itu dalam dunia bekerja, apa kamu sadar? Banyak yang membatalkan kerja sama karena mereka mengeluh kinerja kamu kurang baik akhir-akhir ini," bantah Ino. "Lebih penting perusahaan daripada anak kamu sendiri, Pah? Dari dulu selalu perusahaan yang di nomor satukan," sindir Ammar tersenyum miris. "Bukan begitu, masalah apa yang sedang kamu alami sampai kamu t

  • MENANTU BEDA KASTA   Mengapa Kau Tega, Amalia?

    Rona bahagia juga terpancar di wajah cantik Amalia, setelah itu Amalia mencium tangan Alan sebagai bentuk bakti kepada suami. Tak mau melewatkan momen, untuk mengungkapkan kebahagiaannya, Alan mencium kening Amalia dengan penuh penghayatan. "Woi tahan woi, masih ada kita dan pak penghulu disini," celetuk Dafa membuat suasana yang tadi sempat tegang kini menjadi gelak tawa. Alan menahan malu karena sindiran temannya itu, Amalia juga tersipu malu hingga pipinya merah merona. "She's mine, makanya nikah biar gak nyindir mulu," sindir Alan membuat Dafa manyun. Ditengah suasana khidmat pernikahan Alan dan Ammar, ada salah satu penyusup yang ikut menyaksikan momen itu. "Alan juga mantan istrinya anda hari ini melangsungkan pernikahan, bos," ucap seseorang yang mengirim bukti foto serta video kepada Ammar. Melihat bukti yang dikirimkan seseorang kepadanya, membuat Ammar tak bisa menyimpan rasa amarahny

  • MENANTU BEDA KASTA   Amalia dan Alan Menikah

    Sepekan kemudian, Seno sudah di perbolehkan untuk pulang, sesuai kesepakatan yang sudah dibuat, kedua orang tua Alan mendatangi rumah Amalia untuk menentukan hari baik sekaligus melamar secara resmi. Tak ada suguhan mewah karena kondisi yang masih seperti ini tidak membuat keluarga Alan tersinggung, justru pihak dari Alan malah meminta maaf karena terkesan terburu-buru, semua ini karena Alan yang selalu mendesak kedua orang tuanya untuk mendatangi rumah Amalia. Alan takut jika nantinya Amalia berubah pikiran lalu kembali ke pelukan Ammar, ia tidak menginginkan itu terjadi. "Maaf ya, Pak, Bu, kalau kedatangan kami terkesan mendadak," ucap Eko sungkan. "Tidak apa-apa justru kami yang minta maaf, semua jadi terhambat karena saya masuk rumah sakit," jawab Seno juga sungkan. Lalu kedua keluarga terlibat obrolan ringan dulu sebelum menuju inti pertemuan. Setelah basa-basi dirasa selesai, kini Eko mengutarakan maksud dan tuju

  • MENANTU BEDA KASTA   Akhirnya Bersama

    Karena sudah ada Alan di sini, Seno meminta keduanya mendekat. Alan yang merasa akan ada sesuatu yang terjadi memilih mengikuti alur saja, terlebih dirinya sudah mempersiapkan jauh-jauh hari. "Berhubung kalian sudah datang, bapak akan mengatakan kalau bapak merestui Alan sebagai calon suamimu, sedari dulu Alan sudah mencintaimu nyatanya ketika tau kamu janda pun dia tidak mundur, sekarang semua bapak serahkan kepadamu, Amalia, bagaimana kamu akan memberikan kepastian kepada Alan, jangan terus kamu gantung perasaan seseorang, bapak yakin Alan pria terbaik," ucap Seno dengan suara lemah sambil menyatukan tangan Alan juga Amalia. Mendengar jawaban dari bapaknya membuat Amalia tidak bisa menahan air matanya, dengan suara bergetar, Amalia mengatakan jawaban yang selama ini sudah ia pikirkan dengan matang. "Jika orang tuaku saja dengan mudahnya setuju denganmu, kenapa tidak denganku? Aku menerima lamaran darimu, Alan, tapi aku mohon jangan sakiti aku seperti apa y

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status