Share

Tersiksa

Penulis: Say sheeva
last update Terakhir Diperbarui: 2023-05-17 20:07:20

Hari demi hari dilalui Amalia dengan tekanan batin. Bagaimana tidak? Amalia selalu saja diberikan pekerjaan yang tiada habisnya bahkan pekerjaan itu melebihi job desk pembantu rumah tangga di rumah ini. 

Seperti halnya hari ini Ina mendapat jatah arisan dan akan dilakukan di rumahnya, Ina meminta Amalia untuk mempersiapkan semuanya dengan sebaik mungkin dan jangan sampai membuat malu. 

Dari subuh Amalia sudah bangun untuk mempersiapkan semuanya karena Ina gak mau catering, ia ingin Amalia memasak untuk acara Ina hari ini dibantu para pembantu. 

"Sayang.." panggil Ammar yang sejak bangun tidur mencari dimana keberadaan istrinya. 

Merasa sang suami memanggilnya akhirnya Amalia pun segera menghampiri, "Iya mas, ada apa?" tanya Amalia yang masih memakai apron. 

"Kamu lagi masak?" tanya Ammar yang melihat penampilan Amalia dari atas ke bawah, bukan penampilan yang menarik mata Ammar dan sedap dipandang melainkan penampilan buruk yang tersaji didepan mata Ammar. Amalia menggulung rambutnya asal apalagi baju yang ia kenakan sangat kotor. 

"Iya mas, hari ini mamah ada acara arisan di rumah jadi.." belum sempat Amalia ingin mengadu sudah kedahuluan Ina. 

"Jadi menantuku ingin membantu mamah mempersiapkan semuanya, ia sendiri ingin memasakkan masakan spesial untuk teman-teman arisan mamah, sebenarnya mamah sudah melarang tapi gimana lagi, istrimu memaksa sih, jadi mamah gak bisa nolak," ucap Ina yang tiba-tiba muncul membuat Amalia kesal, kesempatan untuk mengadu pun sirna sudah. 

"Jangan memaksakan diri sayang, mamah kan bisa catering, teman arisan mamah cukup banyak loh, nanti kamu kecapekan gimana?" tanya Ammar memastikan. 

"Gak kok mas, ini mau selesai, tinggal dikit lagian aku gak sendiri, dibantu bibi juga, jadi gak usah khawatir," jawab Amalia berusaha baik-baik saja karena dibelakang Ammar, mamah mertuanya melotot menatapnya dan memberi isyarat untuk tidak mengadu. 

"Kamu perhatian sekali sama mamahku, memang tidak salah aku pilih istri, yaudah kalau gitu lanjutin kegiatanmu tapi nanti kalau capek jangan dipaksa ya sayang, biar bibi yang meneruskan," ucap Ammar yang merasa bangga pada istrinya, secepat itu Amalia berbakti kepada Ina. "Oh iya mah nanti Amalia ajak arisan juga biar Amalia tidak bosan di rumah," ucap Ammar lagi yang membuat Ina kaget namun berusaha mungkin Ina memberikan jawaban yang menyenangkan putranya, setelah itu baru Ammar kembali ke kamar untuk bersiap ke kantor. 

"Kalau saya datang terlambat sedetik saja, saya yakin kamu sudah mengadu! Iya kan? Mulai berani melawan saya ya?" tanya Ina menantang. 

"Gak mah," jawab Amalia menunduk takut. 

"Bagus.. Segera selesaikan pekerjaanmu, hidangkan yang terbaik! Awas kalau nanti membuat saya malu!" ancam Ina yang langsung berjalan pergi. 

Acara arisan pun selesai, Amalia baru saja duduk di ruang makan namun teriakan Ina kembali menganggu telinganya. 

"Ada apa mah?" tanya Amalia yang sudah sangat capek. 

"Ada apa ada apa.. Lihat nih meja kayak gini kok kamu biarkan sih! Cepat bersihkan dan jangan lupa cuci sekalian, saya gak mau tau ya pokoknya ketika saya kembali kesini harus sudah bersih," jawab Ina yang langsung berlenggang pergi. 

"Baru juga istirahat sebentar tapi sudah ada pekerjaan yang baru, apa salahku sampai mamah begini banget," gumam Amalia menyeka air matanya. 

Tak hanya disitu saja, setelah semua selesai, Ina meminta Amalia untuk membersihkan gorden jendelanya. Ketika Amalia sudah melepas gorden dan membawa ke ruangan mencuci, tangannya ditahan oleh Ina yang membuat Amalia merasa heran, apa lagi yang ingin dilakukan Ina? "Siapa yang menyuruhmu mencuci menggunakan mesin?" sindir Ina. 

"Maksud mamah gimana?" tanya Amalia to the poin. 

"Saya melarangmu untuk mencuci menggunakan mesin, boros listrik! Jadi jika saya memerintahkan kamu untuk mencuci maka gunakan kedua tanganmu! Oh iya ini gorden kesayangan saya, harganya pun sudah pasti mahal! Jadi jangan sembarangan mencuci, gunakan ini," ucap Ina melempar sikat gigi bekas. 

"Sikat gigi?" gumam Amalia yang didengar Ina. 

"Ya.. Gunakan ini untuk mencuci gorden, saya mau gorden nya bersih dan wangi," jawab Ina tersenyum puas. 

Mencuci menggunakan sikat gigi kapan selesainya? Sedangkan gorden di kamar mertuanya sungguh panjang dan juga berat. Lagi-lagi Amalia harus menahan kesabaran menghadapi mertuanya. 

***

Sore hari Ammar kedatangan saudaranya yang baru pulang dari luar negeri, kedatangannya pun disambut meriah terutama oleh Ina. 

"Akhirnya kamu pulang juga, Nar" ucap Ina dengan senyum merekah. 

"Apa kabar tante? Ini ada sedikit oleh-oleh  semoga tante suka," jawab Danar-sepupu Ammar yang memberikan beberapa oleh-oleh dari merk terkenal. 

Ina pun menerimanya dengan senang hati sambil sesekali melihat salah satu oleh-oleh nya. Ada terbesit ide untuk mengerjai Amalia sekaligus membuat malu. 

"Begini loh kalau datang ke rumah orang, ya kan Nar, datang tuh gak cuma bawa badan dan tampang doang, semua orang mah bisa," sindir Ina yang membuat Amalia merasa jika sindiran itu untuk dirinya. Danar pun yang tak tahu apapun merasa bingung. 

"Maksud tante apa?" tanya Danar bingung. 

"Itu loh, ada orang yang berasal dari keluarga biasa saja tapi tuh bermimpi ingin kaya secara instan jadinya menikah dengan pria kaya raya, otomatis hidupnya berubah drastis dong, jadi orang miskin itu datang ke rumah pria kaya cuma badan dan tampang doang, gak tau malu kan? jawab Ina dengan cukup keras. 

"Cukup mah! Apa salah Amalia sampai harus di permalukan seperti ini?" tanya Ammar tak suka. 

"Loh.. Siapa juga yang mempermalukan istri kamu itu, kan mamah hanya berasumsi, tapi kalau dia merasa ya bagus deh," jawab Ina tersenyum sinis. 

"Baru kemarin loh mah istriku membantu acara mamah terselenggara dengan baik, aku pikir mamah memang bisa menerima dia dengan baik karena waktu itu mamah sangat memujinya, tapi kenapa sekarang berbanding terbalik mah?" tanya Ammar. 

"Loh.. Sejak kapan mamah ini suka sama orang miskin yang hanya mengincar harta saja? Jangan terlalu percaya diri!" jawab Ina yang membuat hati Amalia sakit. 

"Sudah mas, apa yang dibilang mamah memang benar, aku mana pantas berada di lingkungan kalian, aku permisi dulu, maaf sudah mengganggu suasana kalian," pamit Amalia yang berlari ke kamar dan langsung mengunci pintu. 

"Kita perlu bicara, Mar," ucap Danar serius. Ammar pun mengangguk setuju, akhirnya mereka berdua menuju ke gazebo belakang rumah. 

Danar adalah orang yang paling bisa mengerti Ammar, makanya ketika Danar tau jika Ammar sudah menikah, rasanya Danar tak percaya karena tak ada pembicaraan apapun sebelumnya apalagi Ammar tak ada omongan sedang dekat dengan wanita mana. 

"Wanita yang disinggung tante Ina tadi apa benar dia istrimu?" tanya Danar to the point. 

"Iyalah, dia namanya Amalia, maaf tadi belum sempat berkenalan dengannya, semua kacau karena perkataan mamah," jawab Ammar merasa aneh dengan Danar. 

"Kamu yakin istrimu baik-baik saja tinggal di sini? Jangan hanya melihat dari luar saja, sebaiknya kalian berbicara dari hati ke hati, aku lihat dari sorot matanya terlihat jelas kesedihan dan tekanan yang dirasakan istrimu," ucap Danar yang sangat yakin membuat Ammar menjadi tersinggung. Dia yang jadi suaminya kenapa malah sepupunya yang sok tau tentang istrinya. 

Danar aja yang baru sekali melihat Amalia bisa tau, kenapa Ammar yang sudah jadi suaminya malah tersinggung? 

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • MENANTU BEDA KASTA   Semua Sudah Takdir (End)

    "Mamah, kenapa mamah bisa begini? Mamah sakit apa? Kenapa rambut mamah habis?" tanya Kenzo di sela tangisannya. "Mamah baik-baik saja dan nanti akan jauh lebih baik-baik saja, apa Kenzo mau berjanji sama mamah?" tanya Heni dijawab anggukan kepala oleh Kenzo. "Kenzo akan janji kepada mamah asalkan mamah juga janji untuk sembuh," pinta Kenzo yang dijawab anggukan kepala oleh Heni. "Mamah minta jika nanti mamah sudah gak ada, Kenzo hidup yang baik dan penurut ya sama om Ammar, mulai sekarang Kenzo mamah titipkan sama om Ammar, apakah Kenzo bersedia?" tanya Heni membuat tangis Kenzo semakin pecah. Kenzo memberontak ketika tau keinginan Heni, maunya Kenzo tetap hidup bersama Heni sampai selamanya. "Tidak ada manusia yang hidup selamanya, sayang, semua yang lahir sudah digariskan meninggal, mungkin sebentar lagi waktunya bagi mamah meninggalkan Kenzo di dunia ini tapi percayalah jika di alam sana nanti mamah akan selalu mengawasi Kenzo dengan baik," ucap Heni berlinang air mata. "Janga

  • MENANTU BEDA KASTA   Ternyata Heni

    Hari demi hari telah dilewati dengan begitu cepat, ternyata ucapan Ammar waktu itu memang benar adanya. Sekarang ia lebih sering ke sini dan menghabiskan waktu dengan Kenzo. Heni merasa senang karena kini Kenzo bisa mendapatkan kasih sayang seorang ayah yang sesungguhnya, dulu sebuah kasih sayang yang diinginkan Kenzo adalah hal paling berat bagi Heni karena mustahil baginya untuk mengemis kepada Lukman, sebelum akhirnya Heni tau bahwa Kenzo adalah anak kandung Ammar. Kini tanpa perlu Heni mengemis pun sebuah perhatian yang diinginkan Kenzo datang dengan sendirinya, setidaknya kini doa Heni terjawab sudah. Tuhan memang terlalu baik kepadanya karena sudah banyak kebaikan demi kebaikan yang diberikan kepada Heni namun dirinya malah sering lalai dalam menjalankan kewajiban. "Terima kasih sudah menepati janji dengan mengunjungi Kenzo lebih sering, dulu, Kenzo sangat menginginkan bagaimana rasanya disayangi oleh Ayah, Kenzo juga menginginkan sebuah

  • MENANTU BEDA KASTA   Hidup Lebih Baik

    Sudah beberapa hari ini Ino melihat anaknya selalu murung seperti tak ada lagi semangat hidup, bahkan pekerjaan di kantor pun menurun dan banyak sekali yang membatalkan kerja sama karena kurang puas dengan kinerja Ammar. Jika dibiarkan akan semakin buruk ke depannya, makanya itu Ino meluangkan waktu untuk berbincang empat mata bersama anaknya itu. "Hal apa yang sedang menggangu pikiranmu?" tanya Ino tak mau basa-basi. "Gak ada, Pah, hanya lagi capek saja," jawab Ammar berbohong. "Jangan berbohong, Papah tau kamu sedang menyembunyikan sesuatu, bahkan kamu bawa masalah itu dalam dunia bekerja, apa kamu sadar? Banyak yang membatalkan kerja sama karena mereka mengeluh kinerja kamu kurang baik akhir-akhir ini," bantah Ino. "Lebih penting perusahaan daripada anak kamu sendiri, Pah? Dari dulu selalu perusahaan yang di nomor satukan," sindir Ammar tersenyum miris. "Bukan begitu, masalah apa yang sedang kamu alami sampai kamu t

  • MENANTU BEDA KASTA   Mengapa Kau Tega, Amalia?

    Rona bahagia juga terpancar di wajah cantik Amalia, setelah itu Amalia mencium tangan Alan sebagai bentuk bakti kepada suami. Tak mau melewatkan momen, untuk mengungkapkan kebahagiaannya, Alan mencium kening Amalia dengan penuh penghayatan. "Woi tahan woi, masih ada kita dan pak penghulu disini," celetuk Dafa membuat suasana yang tadi sempat tegang kini menjadi gelak tawa. Alan menahan malu karena sindiran temannya itu, Amalia juga tersipu malu hingga pipinya merah merona. "She's mine, makanya nikah biar gak nyindir mulu," sindir Alan membuat Dafa manyun. Ditengah suasana khidmat pernikahan Alan dan Ammar, ada salah satu penyusup yang ikut menyaksikan momen itu. "Alan juga mantan istrinya anda hari ini melangsungkan pernikahan, bos," ucap seseorang yang mengirim bukti foto serta video kepada Ammar. Melihat bukti yang dikirimkan seseorang kepadanya, membuat Ammar tak bisa menyimpan rasa amarahny

  • MENANTU BEDA KASTA   Amalia dan Alan Menikah

    Sepekan kemudian, Seno sudah di perbolehkan untuk pulang, sesuai kesepakatan yang sudah dibuat, kedua orang tua Alan mendatangi rumah Amalia untuk menentukan hari baik sekaligus melamar secara resmi. Tak ada suguhan mewah karena kondisi yang masih seperti ini tidak membuat keluarga Alan tersinggung, justru pihak dari Alan malah meminta maaf karena terkesan terburu-buru, semua ini karena Alan yang selalu mendesak kedua orang tuanya untuk mendatangi rumah Amalia. Alan takut jika nantinya Amalia berubah pikiran lalu kembali ke pelukan Ammar, ia tidak menginginkan itu terjadi. "Maaf ya, Pak, Bu, kalau kedatangan kami terkesan mendadak," ucap Eko sungkan. "Tidak apa-apa justru kami yang minta maaf, semua jadi terhambat karena saya masuk rumah sakit," jawab Seno juga sungkan. Lalu kedua keluarga terlibat obrolan ringan dulu sebelum menuju inti pertemuan. Setelah basa-basi dirasa selesai, kini Eko mengutarakan maksud dan tuju

  • MENANTU BEDA KASTA   Akhirnya Bersama

    Karena sudah ada Alan di sini, Seno meminta keduanya mendekat. Alan yang merasa akan ada sesuatu yang terjadi memilih mengikuti alur saja, terlebih dirinya sudah mempersiapkan jauh-jauh hari. "Berhubung kalian sudah datang, bapak akan mengatakan kalau bapak merestui Alan sebagai calon suamimu, sedari dulu Alan sudah mencintaimu nyatanya ketika tau kamu janda pun dia tidak mundur, sekarang semua bapak serahkan kepadamu, Amalia, bagaimana kamu akan memberikan kepastian kepada Alan, jangan terus kamu gantung perasaan seseorang, bapak yakin Alan pria terbaik," ucap Seno dengan suara lemah sambil menyatukan tangan Alan juga Amalia. Mendengar jawaban dari bapaknya membuat Amalia tidak bisa menahan air matanya, dengan suara bergetar, Amalia mengatakan jawaban yang selama ini sudah ia pikirkan dengan matang. "Jika orang tuaku saja dengan mudahnya setuju denganmu, kenapa tidak denganku? Aku menerima lamaran darimu, Alan, tapi aku mohon jangan sakiti aku seperti apa y

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status