Begitu telah sampai di rumah, menjelang malam hari, Alexander menyaksikan ada diskusi kecil di sana. Herannya, ada Martin Scott juga. Sejak tadi Pablo menyidang Martin tentang masalah yang sedang menimpa Martin. Mengingat bahwa Martin sudah tidak lagi berseragam militer, maka dari itu Pablo sudah tidak mau lagi menjadikannya sebagai calon dari suami Gabriella. Kelakuan Martin sudah sangat keterlaluan. Pablo mengamuk. Bahkan dia juga memarahi istrinya. “Winnie, apa kau sudah gila mau menjodohkan putriku dengan pria bangsat ini?! Dia pemakai narkoba, sudah punya kekasih, lalu hanya ingin menjadikan putriku sebagai alat agar karir militer dia cepat naik. Sungguh keterlaluan!” umpatnya menyeringai geram. Tidak puas tadi dia mengoceh, sekarang masih saja mengeluarkan sumpah serapah buat Martin. “Kau! Perwira macam apa kau?! Sangat tidak layak sama sekali kau berada di keluarga kami! Kalau bukan keponakan istriku, sudah aku habisi kau, Pembohong!” Ingin rasanya Pablo mencekik leher Marti
Ketika Alexander mau beranjak dari sana, tiba-tiba saja Pablo berkata dengan suasana hati yang lain lagi. “Alex, tunggu dulu. Sini, aku mau bicara pada mu.” Alexander membalik badan. Gabriella pun menyetop jalannya. Mereka berdua disuruh duduk. Sebenarnya hari ini adalah yang cukup berbahagia bagi Pablo. Meskipun tadi pagi dia tidak sempat bersalaman dan menyapa Jenderal Naga Emas secara langsung, setidaknya dia cukup berbangga karena bisa duduk tak jauh dari podium tempat di mana Jenderal Naga Emas berpidato. Hari ini merupakan hari yang menggembirakan walaupun sedikit tercoreng gara-gara perilaku buruk Martin. Tapi, apa yang sudah dia lewati seharian ini telah menumbuhkan impian baru tentang masa depan putrinya kelak. Setelah tadi mempermalukan Martin, kini dia bermaksud mengolok Alexander pula guna menambah kegembiraannya. “Alex, kau menghilang dari pagi, ke mana saja? Kami pikir, kau pasti pergi ke sekitar alun-alun untuk menyaksikan dari jauh acara pelantikan Panglima baru. Ba
Tidak terima menantu pria ini bicara seenaknya, Pablo mengeraskan rahangnya lalu membalas, “Sok tahu! Kau tidak mengerti apa pun soal militer dan tidak pula mengenal sosok Jenderal Naga Emas. Jadi apa hak mu untuk bicara seperti itu?” “Terserah jika Ayah masih bersikukuh. Aku sekadar mengingatkan.” Pablo memutar hitam matanya dengan sangat malas sambil mengangkat kaki. Karena merasa tinggi, dia seolah tidak bakal pernah peduli atas apa yang dikatakan Alexander. Dia kepalang terlanjur menilai Alexander sebagai manusia yang tidak berharga. Jadi apa pun yang Alexander katakan, dia malas mendengarkannya dan percaya. Seandainya Alexander bilang dua tambah dua sama dengan empat, dia malas mendengarnya. Separah itu. Dalam benaknya, Pablo berpikir terlalu jauh, yakni tidak hanya bertemu dan mengobrol saja, melainkan dia berencana mau menjadikan Jenderal Naga Emas sebagai menantunya kelak. Dia bergumam kecil dan nyaris berbisik, “Alexander Agung, Jenderal Naga Emas, sangat layak menjadi m
“Kita bisa main odong-odong di kamar hotel. Hehe.” Kelakar Alexander sambil cengar-cengir. “Kalau aku capek, kita bisa giliran. Seru juga kan main enjot-enjotan di kamar hotel. Bukankah begitu, Gaby sayang?” Kedua sudut bibir Gabriella melengkung ke bawah. Dia tahu betul kalau suaminya memang kadang suka bercanda, tapi di lain sisi, dia paham kalau suaminya tidak pernah berbohong. “Alex Luther, suamiku, aku serius ini. Okelah kita keluar cari angin. Tapi tidak untuk dua temat tadi. Top Steak dan Hotel Star adalah destinasi bagi orang kaya dan hebat.” Bibir Gabriella semakin manyun, mengekpresikan kalau dia memang sedang di-prank oleh suaminya sendiri. Namun, Alexander menegaskan kalau dia tidak sedang bercanda, tapi karena dia cengengesan, makanya Gabriella jadi sedikit ragu. “Gaby, apa gurauanku sering mengecewakan mu?” Gabriella cemberut. “Kau tidak pernah mengecewakan aku, Alex. Dan aku yakin kau tidak akan pernah sekali pun mengecewakan aku.” “Bagus!” Selama satu tahun bera
Akan ada masanya di mana cinta mereka bakal benar-benar diuji. Kisah Alexander bersama Gabriella tidak seperti pada cerita fiksi online pada umumnya, di mana sang istri turut membenci suami yang sebenarnya sudah kaya. Kisah seperti itu kurang logis. Sang protagonis dibenci oleh istri, mertua, dan ipar. Agaknya, itu memang kurang bisa diterima sebab si pria terlanjur kaya. Kenapa dia tidak berpisah dan mencari kehidupan baru? Namun, di sini Gabriella sangat cinta pada sang tokoh utama! Gabriella menerima kehadiran Alexander yang biasa-biasa saja. Dia bisa menerima pula status dan latar belakang keluarga Alexander yang juga sangat biasa saja. Di situlah letak ketulusannya, menerima suaminya apa adanya, bukan karena ada apanya. Asalkan dia tahu, seyogyanya dia merupakan wanita yang beruntung di dunia. Di saat banyak wanita di luar sana yang mengidam-idamkan bisa menjadi kekasih dan istri dari Jenderal Naga Emas, namun dia tetap setia pada suaminya. Hanya saja, dia belum tahu. “Aku
Meski mereka menyeramkan wajah dan menebarkan ancaman, tidak sedikit pun ada rasa takut yang muncul pada diri Alexander, lalu dengan tenang dia pun menjawab, “Sudah aku katakan kalau kami sudah bilang permisi pada kalian. Apa kalian preman di sini? Sudahlah. Kami tidak ada urusan.” Dengan cepat pria bertopi menyergah, “Tapi kami ada urusan dengan kau, Alex!” Bola matanya menyala di tengah keremangan malam. Sok bengis, sepertinya dia adalah orang yang paling garang dari pada lainnya. Alexander memasukkan kedua tangannya di saku celana seraya berkata, “Aku merasa tidak ada salah pada kalian. Jika kalian merasa terganggu atau tersinggung, katakan padaku.” Alexander malah berbaik hati pada mereka. Padahal dia tahu sekarang dia sedang diganggu oleh komplotan orang tak dikenal ini. Sementara Gabriella sedikit panik. Bukan apa-apa, dia tahu bahwa suaminya kurang jago dalam hal bela diri. Dia lebih sering melihat suaminya kalah kalau berkelahi. Makanya dia pesimis kalau seandainya terjad
Pria bertopi tak berkomentar apa pun karena sedang menahan sakit di dadanya. Tidak pernah dia seumur hidupnya melihat ada orang yang terlempar sejauh sepuluh meter hanya dengan satu terjangan saja. Baru kali ini, dan dia pula yang menjadi korbannya. Dua orang itu langsung membantu dua temannya yang sedang mengeroyoki Alexander. Tanpa basa-basi, seperti pada film action, mereka sontak menyerbu Alexander dengan penuh semangat. Meskipun Alexander mendapat tinjuan dan sepakan, dia hanya merasakan geli dan sedikit nyeri saja. Biasanya orang yang kena keroyok pastilah kalah dan kewalahan. Tapi tidak bagi Alexander, dia justru meladeni empat orang itu dan memberikan serangan balasan. Beberapa orang di sana yang menyaksikannya tidak mau ikut campur. Sebagian besar mereka malah tidak peduli. Sementara itu di dalam mobil, Gabriella mengawasi suaminya dengan was-was. Dia mengenal suaminya sejak lama dan tahu kalau suaminya tersebut tidak pandai berkelahi. ‘Apa aku harus menelepon Ayah dan mi
Alexander mengulum bibir Gabriella dengan penuh kenikmatan. Sementara Gabriella tidak hanya pasrah, tapi juga turut mengulum bibir Alexander. Setelah sekian lama berpisah, akhirnya mereka dapat kembali bercinta ..... Ketika lampu dimatikan, suasana temaram semakin menambah kehangatan ..... Usai ronde pertama dan lampu sudah dinyalakan, Gabriella terengah-engah dan merapikan rambutnya yang sangat berantakan. Dia rasa, barusan mereka menghabiskan waktu selama lebih dari satu jam, dan itu membuat sebagian besar tenaga Gabriella terkuras habis. Dia masih mendesah. Alexander tersandar. “Eros artinya cinta yang ada kaitannya dengan sensasi seks yang tinggi.” Saat Gabriella bercermin, dia melihat wajahnya yang putih pucat, hanya saja tetap terpancar pesona keanggunan yang wajar mengikat hati Alexander. Dia lantas bergumam, “Kau sangat perkasa. Apa kau tadi makan obat dan semacamnya supaya kuat dan tahan lama?” “Aku belum pernah baca jurnal kalau ternyata daging wagyu bisa memperbagus