Share

Malam Pertama Menegangkan

"Untuk menjemput calon istriku," jawab Alarich santai, tak merasa bersalah sama sekali setelah  menerobos masuk dalam rumah Aeera tanpa izin.

"Aku sebenarnya sudah punya calon suami, Pak," ucap Aeera sekenanya, terlalu frustasi menghadapi bosnya tersebut.

Kesalah pahaman yang dilakuan Aeera kemarin padahal bisa diselesaikan dengan cara baik-baik. Aeera hanya perlu meminta maaf pada ibu pria ini, lalu menjelaskan jika dirinya tak pernah mengandung anak dari Alarich. Sangat simpel! Namun, Alarich memilih keukeh untuk menikah dengannya.

"Jangan main-main denganku, Aeera Grizella," ucap Alarich, berdiri dari sofa–melepas tuxedo lalu menghampiri Aeera dengan tangan yang sibuk melonggarkan dasi. "Aku bisa melakukan cara yang salah untuk membuatmu tunduk padaku!" tambahnya, mengikis jarak pada Aeera.

Perempuan tersebut menegang kaku, mundur cepat untuk menghindari Alarich. Namun, dia sudah tak bisa–punggungnya telah merapat pada dinding rumah.

Jantung Aeera berpacu cepat–takut dengan apa yang akan Alarich lakukan padanya.

"Pa--Pak, kita bisa bicara baik-baik. Ti-tidak seperti ini," ucap Aeera gugup, terbata-bata karena sangat panik.

Jarak tubuhnya dengan Alarich sudah tak ada. Pria berbadan besar ini menghapit tubuh mungilnya–mengungkung Aeera, mengunci pergerakannya sehingga dia tidak bisa kemana-mana.

Dalam situasi ini, Aeera sangat merinding. Tatapan Alarich seperti singa lapar, seperti ingin menerkam lalu memakannya hidup-hidup.

"Kau sendiri yang menginginkan cara seperti ini, Nona Aeera." Suara rendah nan berat mengalun dari bibir seksi Alarich, menusuk indra pendengaran Aeera–membuat perempuan tersebut semakin tidak nyaman dan merinding disko.

Tangan Alarich bergerak naik, mendekati pipi Aeera. Dengan gerakan lembut tetapi sangat erotik, dia membelai pipi nan halus tersebut. Jakunnya naik turun, menelan ludah sebab perasaan yang menggelora.

Sama seperti yang dia pikirkan, sangat lembut seperti permukaan kain sutra.

Aeera menggelengkan kepala, menepis kasar tangan Alarich dari pipi. Tubuh Aeera sudah bergetar hebat. Percayalah! Untuk berteriak meminta tolong pun, Aeera sudah tidak sanggup.

"Bukan begitu, Pak. Tolong, kita bicarakan baik-baik," cicit Aeera, sudah ingin menangis. Wajahnya sangat pucat–mendongak menatap getir dengan mata berkaca-kaca pada manik tajam Alarich. 

"Kau sudah kehilangan kesempatan itu," jawab Alarich, di mana satu tangannya telah mencengkeram lekuk pinggang Aeera. Shit! Sangat nyaman di tangan. Dia penasaran dengan rasa kulit dibalik blus ini. Apa selembut pipinya atau bahkan lebih lembut?

"Jangan, Pak," pinta Aeera, bergetar ketakutan–memegang kuat pergelangan tangan Alarich, menahannya supaya tak semakin liar.

"Baik." Alarich menjauhkan tangan dari pinggang Aeera, mengangkat kedua tangan sembari menyunggingkan devil smirk ke arah Aeera. Caranya mengangkat tangan mirip seperti kriminal yang tertangkap oleh polisi.

"Calon suamimu datang, sajikan sesuatu untuknya," ucap Alarich secara erotis, setelah itu duduk kembali di sofa.

Seperti semula, dia duduk arogan dengan aura mengerikan. Wajahnya kembali tanpa ekspresi, secara keseluruhan Alarich seperti hawa dingin.

"Tu--tunggu sebentar," ucap Aeera gugup, namun terkesan ketus karena merasa kesal dengan sikap Alarich barusan.

Aeera tahu Alarich hanya mengancam, tetapi … bagiamana jika Alarich benar-benar melakukannya?

"Ini, Pak." Aeera kembali datang dengan membawa segelas kopi hitam, tak lupa dengan cookies untuk sebagai pendamping kopi.

Alarich menatap kopi tersebut secara dingin. "Untuk siapa kau menyiapkan kopi dalam rumahmu?" introgasinya.

"Untukku lah, Pak," jawab Aeera, meskipun dia sempat bingung.

"Perempuan meminum kopi?" Alarich meraih cangkir, kemudian menyerup kopi secara khidmat. 'Enak.'

"Lumayan. Mirip seperti buatan istri," komentar Alarich selanjutnya.

Aeera lagi-lagi dibuat bingung. 'Ini aku harus gimana yah? Jawab pertanyaan Pak Alarich atau protes? Masa sudah punya istri tapi tetap maksa aku untuk dinikahi. Sepertinya Pak Alarich ini punya kelainan deh.'

"Tidak ada salahnya kali, Pak, perempuan minum kopi. Dan itu … kalau Pak Bos sudah punya istri, kenapa masih tetep maksa aku buat dinikahin? Kasihan dong istri Pak Bos kalau dipoligami," cerocos Aeera. Dia masih takut pada sosok misterius ini.

Ngeri-ngeri sedap!

"Kau tidak perlu khawatir, aku tidak akan berpoligami. Kau satu-satunya."

"Hah? Trus istri Pak Alarich bagaimana? Diceraikan?!" Mata Aeera mengerjab-erjab.

"Aku tidak akan menceraikanmu," jawab Alarich secara tenang dan santai. Setelah menikmati kopi buatan istri-- ah, calon istrinya, entah kenapa dia merasa jauh lebih rileks.

"Loh, kenapa aku, Pak?" Aeera semakin dibuat kebingungan.

"Kau istriku." Alarich menjawab enteng.

"Enak saja. Eh, maksudku bukan begitu. Kita kan belum menikah, jadi istri Pak Alarich siapa?"

"Kau."

"Ya ampun, Pak!" Aeera berucap jengkel, geregetan dengan jawaban sang bos. 'Sabar, Aeera. Bos kita emang rada u'um. Dari pada kita di ngap lalu hap, mending ini orang dibaik-baiki dulu. Kita harus hati-hati, Aeera. Sebab apa? Sebab dia punya dua telur satu sosis yang bisa bikin kamu kenyang sembilan bulan. Jadi tahan emosi!' batin Aeera, tersenyum paksa dengan gigi bergemelutuk di dalam.

"Begini, Pak. Tadi Pak Bos menyebutkan jika kopi buatan saya mirip kopi buatan istri. Nah, dari kalimat itu, menunjukkan jika Pak Bos sudah memiliki istri. Jadi untuk apa lagi Pak Bos menekanku seperti ini. Masalah kemarin, kita bisa bicarakan secara kekeluargaan-- baik-baik. Tak harus menikahiku," ucap Aeera panjang lebar, tersenyum epik di akhir kalimat sebab lega dia bisa menjelaskan dengan baik–tanpa melibatkan emosi.

"Kau--" Alarich menatap tajam ke arah Aeera, "istriku. Kita keluarga," lanjutnya tanpa dosa.

"Astagfirullah!" Seketika itu juga Aeera mengucap, mengelus dada untuk menahan emosi yang menggebuh-gebuh dalam diri. "Izin ngomong kasar, Pak," ucap Aeera kemudian. Berusaha meditasi diri beberapa menit, tetapi ternyata tak berhasil.

Big bosnya kenapa berubah menjadi orang yang sangat menyebalkan?! Aeera tidak sanggup!!

"Silahkan." Alarich mempersilahkan, dengan anggun kembali meraih cangkir kopi lalu menyesapnya secara nikmat. Dia tidak salah, ini memang buatan istrinya.

Istri di masa depan!

"Tidak jadi, Pak." Aeera menggelengkan kepala, mengurungkan niatnya untuk mengumpati Alarich. Dia takut dengan konsekuensi yang akan dia terima.

"Minggu depan kita menikah."

"Tidak mau, Pak!" Aeera membantah cepat, seketika mendapat tatapan tajam yang membunuh dari mata elang Alarich, "maksudku … setidaknya berikan aku alasan kenapa Pak Alarich ingin sekali menikahiku. Kalau hanya karena kesalahanku kemarin, sudah ku bilang, Pak, aku bisa menemui ibu anda untuk menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi."

"Aku butuh istri untuk mendapatkan warisan orang tuaku. Kebetulan kau menawarkan diri, meskipun dengan cara tak sengaja," jawab Alarich secara lugas, tampangnya yang datar membuat Aeera sulit untuk menebak apakah pria ini berkata yang sejujurnya atau tidak.

Bosnya terlalu tembok!

"Kenapa Pak Alarich tidak menyewa perempuan lain? Itu lebih gampang, Pak. Daripada menikahiku." Aeera terus mengelak.

"Katakan, kau butuh berapa?"

Mata Aeera melotot panik, dia langsung menggelengkan kepala. "Bukan itu maksudnya, Pak. Aku …-"

Alarich memotong. "Jika kau bersedia menikah denganku, gajimu akan aku lipat gandakan. Semua kebutuhanmu kutanggung jawabi, termasuk biaya hidup. Kurang?"

"Aku bukan perempuan matre, Pak. Maaf …." Aeera berucap pelan, menolak tawaran tersebut.

Rahang Alarich mengatup kuat, tangannya mengepal dan aura mengerikan menguar dari dirinya. "Berarti kau memilih jalan kedua, heh? Aku harus merenggut keperawananmu lebih dulu, Aeera Grizella?"

"Iya, Pak. Aku bersedia menikah dengan anda," jawab Aeera cepat, terlihat pucat pias–ketakutan mendengar ancaman Alarich.

"Tapi nikahnya jangan minggu depan, Pak." Aeera memohon dengan lirih. Dia harus memikirkannya matang. Jika minggu depan dia menikah, bagaimana cara Aeera memberi tahu Paman dan Tantenya pada masalah ini?

Belum lagi dengan si juragan itu, jika dia sampai tahu maka hidup Aeera bisa semakin rumit.

'Setidaknya jika gajiku dilipat gandakan, aku bisa melunasi hutangku dalam kurun waktu dua bulan. Aku nggak perlu mikirin biaya makan dan kontrak juga kalau sudah nikah dengan Pak Alarich.' batin Aeera yang tengah mempertimbangkan.

"Waktuku tidak banyak," jawab Alarich singkat.

Aeera hanya diam, tak berani menanyakan hal lainnya.

***

--Seminggu kemudian--

Pada akhirnya Aeera sah menjadi istri Alarich. Pria itu resmi menikahinya, di hari ini.

Pesta pernikahan mereka diadakan secara sederhana. Namun terkesan mewah dan elegan. Hanya saja sesuai tradisi keluarga Adam, pernikahan keduanya di privasi. Alias, Aeera tak dipublikasikan sebagai istri Alarich, demi keamanan.

Hanya tamu undangan yang tahu siapa istri Alarich. Itupun jika mereka tetap hapal wajah Aeera setelah pulang dari sini. 

Paman dan Tantenya datang, tentunya Pamannya punya kewajiban untuk menikahkan Aeera. Dia adalah wali Aeera di dunia ini.

Orang tua Alarich sangat baik, Aeera mensyukuri hal tersebut. Aeera juga sudah menjelaskan masalah kemarin, tanggapan ibu Alarich cukup mencengangkan. Ibu mertuanya tak mempermasalahkan karena dia tahu Aeera salah orang. Bahkan, menurut sang ibu mertua, Aeera sangat lucu!

Bagian yang membuat Aeera pening adalah fakta jika ada banyak wanita yang dijodohkan dengan Alarich tetapi Alarich menolak.

Minim interaksi dengan lawan jenis serta masih tak ada niatan menikah padahal sudah berusia tiga puluh empat tahun, membuat orang tua Alarich cukup khawatir. Oleh sebab itu mereka mencari jodoh untuk sang putra. Mereka takut Alarich memang punya kelainan seksual sebab seperti enggan pada perempuan.

Namun, Alarich selalu menolak. Akhirnya Gavin Renaldo Adam, ayah Alarich mengancam akan mencoret Alarich dari daftar ahli waris jika putranya tersebut tak kunjung menikah. Tenggang waktunya hingga usia ke tiga puluh empat, usia saat ini.

Lagi-lagi Alarich santai dan terkesan tak perduli. Dia tidak terancam sama sekali dengan warisan atau apapun itu. 

Anehnya ketika Audriana Adam (ibu Alarich) bercanda dengan menyuruh Alarich menikahi wanita lucu saat di cafe, Alarich dengan mudah menyetujui.

Mendengar cerita mertuanya tersebut tentunya Aeera jauh lebih bingung.

Apa sebenarnya alasan Alarich menikahinya? Jika demi warisan, orang tua Alarich sendiri yang mengatakan kalau Alarich sama sekali tak peduli.

"Kalau dipikir-pikir, ada baiknya aku nggak mikir sama sekali. Aku pusing, Pak Alarich terlalu sulit ditebak," monolog Aeera, di mana saat ini dia sudah di rumah mewah milik Alarich.

Pernikahan mereka telah selesai, dan Alarich langsung membawanya ke sini.

Lebih tepatnya Aeera ada dalam sebuah kamar mewah yang luas, di mana kasur telah dihias sedemikian rupa–membuat Aeera deg degan setiap kali melihat hiasan tersebut.

Hanya kelopak mawar yang ditabur bentuk hati pada bagian atas kasur. Tapi maknanya … malam pertama bukan?!

"Nggak ada malam-malam pertama, kedua, ketiga dan seterusnya," kesal Aeera, merusak hiasan tersebut secara gusar.

Aeera merasa ditipu!!

"Ini malam terakhir!" kesal Aeera. Dia kemudian memungut bagian rok gaun yang menjuntai hingga ke lantai, menjinjingnya dengan kedua tangan supaya tak kesulitan berjalan.

Tak lupa heels ia lepas di kaki. Akan tetapi Aeera tak membersihkan riasan di wajah. Aeera tak sempat untuk itu!

Kebetulan Alarich tak di kamar, pria itu pergi begitu saja setelah mengantar Aeera ke kamar ini. Tidak masalah, sebab Aeera bisa memanfaatkan situasi ini untuk kabur.

Alarich telah menipunya!

Dia berlari secepat mungkin, menelusuri lorong rumah mewah ini. Aeera berlari dengan insting karena sejujurnya Aeera tak hapal jalan menuju pintu rumah mega ini.

Seingatnya Alarich membawanya ke lantai atas dengan lift. Namun, sekarang ini Aeera malah turun dengan tangga. Hell! Dia tidak tahu letak lift ada di mana. Aeera tak ingat!

Tak tak tak

Langkah kakinya yang menuruni tangga terdengar. Rumah mewah ini sangat sepi, mendadak tak ada penjaga atau maid. Bahkan penerangan di lantai bawah sudah mati, hanya ada lampu hias dengan cahaya remang yang menerangi ruangan yang sangat luas.

"Jauh sekali pintunya," gumam Aeera, melihat pintu yang sangat jauh dari pangkal tangga.

Namun, karena dia tak ingin menyia-nyiakan waktu, Aeera berlari cepat ke arah sana.

Dengan sekuat tenaga, Aeera menarik pintu untuk membukanya. Namun …-

Klik

Semua lampu di lantai tersebut tiba-tiba menyala, membuat Aeera yang masih berupaya menarik pintu seketika berhenti–seketika mematung di tempat.

Prok prok prok

Suara tepuk tangan seseorang mengalun, membuat tubuh Aeera semakin menegang dan membeku. Dia membalik tubuh, menghadap ke arah tangga–di mana di pertengahan anak tangga berdiri seorang pria yang beraura dingin dan alpha.

"Ingin lari dari malam pertama kita, Humm?!"

Komen (10)
goodnovel comment avatar
sitimaimunah mansor
g mana mau subscribe this apps ya..bisa ajarin nggak...
goodnovel comment avatar
Aznywal
aku suka banget alurnya ...kocok, lucu, menegangkan...
goodnovel comment avatar
siti fauziah
kocak...kocak si aeera
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status