Share

Aeera Kabur dari Alarich

Namun tiba-tiba saja kaca mobil diturunkan, memperlihatkan sosok pria dingin yang memasang ekspresi flat–terlihat tenang, duduk dalam mobil.

Deg deg deg'

'Astaga, kenapa dia sih? Tuhan, doanya aku cancel saja yah. Aku nggak mau nikah dengan dia. Amit amit!' batin Aeera, sudah merah pipinya sebab malu dengan apa yang dia lakukan tadi. Dia meneguk ludah susah payah kemudian dengan cepat kabur dari sana.

Namun, gerakannya terbaca oleh Alarich. Pria itu dengan sigap meraih pergelangan tangan Aeera, menariknya sekali sentakan– membuat Aeera yang tertarik seperti terdorong dari arah belakang, tubuhnya menjorok ke depan–ke arah Alarich.

Cup'

Aeera berakhir mencium kening Alarich.

Deg'

Spontan jantungnya berdebar sangat kencang, kemudian terasa seperti tak berdetak beberapa detik–shock berat! Mata Aeera melebar-- di mana bola matanya terasa akan keluar dari sarang.

Bibirnya masih menempel kuat di kening Alarich!

Mati!! Setelah ini tak akan ada yang bisa menyelamatkan Aeera dari Alarich. Dia akan habis!

Dengan muka bengong bercampur syok, Aeera menjauhkan wajahnya dari wajah Alarich–melepas kecupan dadakan tersebut dari kening sang Big Bos. Dia mengerjab-erjab, mulut menganga karena masih tak percaya dengan apa yang dia lakukan.

Sedangkan Alarich, sejujurnya dia cukup kaget ketika bibir yang terasa lembab serta kenyal tersebut menempel di keningnya. Namun, rasa terkejutnya tersebut bisa ia tutupi dengan menampilkan raut muka yang flat–membuat Alarich terlihat biasa saja, ciuman Aeera di keningnya seolah tak memberikan efek apapun.

"Kemarin-- kau memukul keningku lalu sekarang kau menciumnya. Punya obsesi pada keningku, Nona?" Suara Alarich mengalun rendah, terkesan lembut dan seksi secara bersamaan. Sangat sopan di pendengaran.

Namun walau begitu, tetap saja Aeera selalu merinding serta berdebar-debar ketika mendengar suara bariton pria ini.

"Tadi ke-kecelakaan, Pak Bos. Aku tiba-tiba ditarik dan itu nggak sengaja terjadi," ujar Aeera, mencari pembenaran dan pembelaan. "Tolong, Pak, lepaskan pergelanganku. Sakit!" pekik dan pinta Aeera selanjutnya.

Aeera mengerjab-erjab beberapa kali, tiba-tiba terfokus pada kening Alarich. Hei, ada bekas lipstiknya di sana. Cap bibir Aeera menempel di kening Alarich, secara sempurna.

Aeera dalam masalah besar. Tapi bagaimana cara Aeera memberitahukan ini? Dia malu dan gugup.

Ceklek'

Alarich membuka pintu mobil, tanpa melepas tangan Aeera. Setelah itu, dia menarik Aeera, memaksa perempuan tersebut untuk masuk dalam mobil.

"Aku nggak mau, Pak. A--aku bisa teriak jika Pak Bos nekat begini. Tol-- humfttt." Sebelum dia berteriak  meminta tolong, tangan Alarich lebih dulu membekap mulutnya.

Tubuhnya didorong, dipaksa masuk ke dalam mobil. Setelah dia duduk, seat belt dipasang oleh Alarich–di mana tubuh pria itu mencondong, jaraknya begitu dekat dengan tubuh Aeera. Itu membuat Aeera meringsut pada kursi jok, menahan napas karena gugup.

Namun walau begitu, dia bisa mencium aroma maskulin dari parfum pria ini. Sangat menenangkan, berlawanan dengan aura Alarich yang terasa mencekik.

"Jangan pikir kau bisa kabur, Nona Aeera," serak Alarich, berkata cukup pelan sembari melayangkan tatapan tajam pada Aeera. Setelah itu, dia menjauh–beranjak untuk masuk lewat pintu lain.

"Hah." Aeera langsung membuang napas. Wajahnya sangat merah, akibat dia menahan napas.

Meskipun telah diperingati, Aeera tetep membangkang. Dengan tergesa-gesa dia berusaha membuka seat belt kemudian buru-buru kabur.

Bug'

Karena tergesa-gesa, Aeera terjatuh. Namun, dia tidak peduli–segera berdiri kemudian kabur dari sana. Dia tidak mau ikut dengan Alarich, dia takut dimutilasi oleh pria tersebut.

Lagipula kesalahannya hanya sepele, Aeera sudah meminta maaf dan dia rasa itu lebih dari cukup. Menikah dengan Alarich? Meskipun Alarich tampan dan kaya, maaf, tetapi Aeera tidak mau.

Alarich menakutkan bagi Aeera.

"AEERA!!" teriak Alarich dengan marah.

Aeera menoleh ke belakang, menyempatkan diri untuk menjulurkan lidah–mengejek Alarich.

"Daaaaa …, Pak Ganteng. Kalau kata ale-ela, Coba lagi!" teriak Aeera dengan tertawa bahagia, senang karena dia bisa kabur. Dia berlari lagi, tetapi tiba-tiba berhenti–menoleh ke arah Alarich. Dia menunjuk kening Alarich, lalu menyentuh keningnya sendiri–memberikan isyarat jika ada sesuatu di kening pria itu. Setelahnya, Aeera kembali melanjutkan langkahnya, buru-buru kabur dari sana.

"Cantik," komentar Alarich tanpa sadar, menatap kepergian Aeera dengan senyuman tipis yang menyungging di bibir. Tanpa ia sadari!

"Cih," decis Alarich pelan, merasa geli dan terpesona sekaligus dengan senyuman Aeera. Dia marah karena perempuan itu kabur, tetapi entah kenapa amarahnya langsung lenyap ketika Aeera menjulurkan lidah secara mengejek padanya. Ditambah senyuman dan tawa bahagia perempuan itu, Alarich semakin terpesona.

Alarich mengusap kening, lalu melihat ke arah telapak tangan–menemukan bekas lipstik di sana.

"Holyshit!" umpatnya pelan, menatap sayup ke arah bekas merah di tangannya.

***

"Kan aku udah bilang, Wi, kalau aku mau resign. Aku ada masalah gede banget dengan Bos. Tolong lah pengertiannya," ucap Aeera pada Dewa, melalui sambungan telpon. Saat ini Aeera telah berada di kontrakan sederhana miliknya, duduk menyender ke body single bed sembari melipati pakaian–membereskan pakaian dalam koper.

Aeera sudah membulatkan tekat, dia ingin lari dari kota ini. Aeera tidak mau berurusan dengan Alarich.

Sejujurnya Alarich adalah pria yang sempurna. Dia sangat tampan dan rupawan. Mata elang Alarich sangat memikat kaum hawa, hidungnya mancung serta punya rahang tegas dan bibir seksi dengan ketebalan yang pas. Pria itu tinggi, badannya sehat dan bagus. Aeera menebak jika ada roti sobek dibalik tuxedo yang Alarich kenakan.

Alarich penuh pesona, berkarisma dan menawan.

Namun di mata Aeera, Alarich adalah pria yang sangat menakutkan.

Sebelum ini, pria itu beberapa kali membuntutinya pulang, sering tertangkap oleh Aeera sedang memperhatikannya. Masalahnya setiap Aeera mendapati Alarich menatap atau memperhatikannya, Alarich tak akan membuang muka atau menghindar. Pria itu tetap menatap Aeera-- secara intens, berat dan … aneh!

Bagaimana Aeera tak takut?! Pria itu seperti psychopath yang sedang mencari target, dan Aeera adalah targetnya.

Apalagi sekarang Alarich mendadak ingin menikahinya. Aeera semakin takut!

'Memangnya kamu punya masalah apa dengan Big Bos? Soalnya saat kamu menghilang, Big Bos juga ikut menghilang. Bahkan rapat, Pak Bian yang mewakili.'

"Rahasia, Wi. Kapan-kapan aku ceritain. Sekarang kamu harus bantu aku, urus surat resign untukku yah. Pliss," pinta Aeera.

Kreeekkk'

Aeera mengernyit seketika, cukup kaget dan deg deg kan saat mendengar reotan pintu. Entah kenapa feeling Aeera tidak enak.

"Wi, nanti kita lanjut yah. Kayaknya yang punya kontrakan datang, mau nagih uang sewa sepertinya," ucap Aeera.

Setelah sambungan mati, Aeera meletakkan ponsel di atas kasur. Dia menggaruk pipi--keningnya mengerut. "Masa Bu Astri yang datang? Perasaan kan baru kemarin aku bayar uang sewa. Mungkin Buk Astri datang buat minjam garam deh kayaknya," monolognya, buru-buru berdiri dan beranjak untuk mencek siapa yang datang.

Sejujurnya, dari gaji yang dia terima, Aeera bisa menyewa apartemen. Bahkan hidupnya bisa bermewah, sebab gaji yang dia terima dari perusahaan raksasa tersebut bisa dikatakan besar. Hanya saja, Aeera punya hutang pada seseorang juragan di kota kecil kelahirannya.

Bukan Aeera yang berhutang, tetapi mendiang orang tuanya. Hutang keluarganya sangat banyak bagi Aeera, ada sekitar satu milyar. Demi melunasi itulah, Aeera hidup se hemat mungkin.

Tidak ada waktu untuk berpoya-poya, karena jika tahun ini dia tidak bisa melunasinya maka Aeera bisa dinikahi pria itu sebagai penebus hutang. Tentu Aeera tidak mau!

Tante dan Omnya yang baik hati ikut melunasi hutang tersebut, dan hutang tersebut segera akan lunas akhir tahun ini–seandainya Aeera tak resign. Om dan Tantenya membantu sejak dulu sekali, tetapi sekarang Omnya tak dapat membantu lagi. Sebab beliau sudah pensiun, gaji pensiunnya hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari.

"Aduh, aku makin pusing kalau ingat ada hutang," gumam Aeera pelan, keluar dari kamar untuk mencek siapa yang datang.

Matanya langsung membelalak lebar, melongo syok melihat Alarich sudah duduk di sofa ruang tengah. Pria itu duduk angkuh–kaki kanan dilipat, diletakkan di atas paha kaki kiri. Dia bersedekap dingin, menatap tajam ke arah Aeera. Sedangkan raut mukanya terlihat sangat tak bersahabat.

Gluk'

Aeera meneguk saliva secara susah payah. Dia mulai berkeringat dingin, jantungnya berdebar kencang–terasa akan meledak dalam sana. A--apa dia akan dibunuh?

"Kenapa Bos ada di sini?" tanya Aeera memberanikan diri, meskipun suara terdengar sayup–getir karena cemas.

"Untuk menjemput calon istriku."

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Inda Sari
ceritanya seruh
goodnovel comment avatar
Faesal Yumna
penasaran cerita selanyjut nya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status