Share

Episode 1

Di sini aku berada, berdiri di depan sebuah gedung tinggi yang berdiri angkuh dan sombong bagaimana dia mengejekku dan berdiri angkuh seperti pemiliknya. Si bajingan Edmund Bryan. Karena dia aku berdiri di sini. 

Aku berjalan dengan menyeret heels dua belas centi milikku dan memasuki gedung itu. Aku selalu merasa terheran-heran dengan gedung mewah ini, kenapa bisa pemiliknya bersikap sangat arrogant? Kenapa dia tidak bangkrut saja dan jadi pengemis? Agar dia tidak semena-mena terhadap orang lain. Karena kesialanku aku harus mengganti barang yang tidak sengaja aku jatuhkan, aku hanya menarik napas panjang dan hari-hari sialku akan dimulai. Semoga aku kuat menghadapi itu semua. 

Sang resepsionis tersenyum ke arahku. Aku mendekati dirinya dan berusaha menyapa sesopan mungkin. 

"Ada yang bisa dibantu?" 

"Saya ingin ke ruangan Tuan Edmund Bryan." 

"Tentu. Kamu hanya tinggal naik ke lift menuju lantai 45." Aku tersenyum dan berterima kasih pada resepsionis yang bernama Mondi. 

Heels dua belas centi milikku menyeret menuju lantai 45 yang dituju, aku berkali-kali menarik napas panjang dan memainkan kuku-kuku jariku karena gugup walau ada keinginan terpendam untuk menghantam kepala Edmund hingga bocor. Aku mengepalkan tanganku. 

Lift terbuka, aku melongo melihat sebuah ruangan mewah dengan banyak hiasan bunga di depannya. Aku berani bertaruh jika ini adalah bunga hidup. 

"Apa yang bisa aku bantu, Miss?"

"Apakah Mr. Edmund di dalam?" Aku melihat lagi sekretaris dengan dress ketat hitam membungkus tubuhnya, torsonya yang panjang, lipstik merah menyala yang sengaja dipakai terlihat begitu sensual. Bibit-bibit jalang! Aku bisa melihat hal itu. 

"Mr. Edmund sedang berada di dalam." Aku mengangguk dan menunduk, merasa seperti Ana Steel yang hendak mewawancarai Christian Grey. Ugh ... Snap out if it! Kenapa aku jadi membayangkan si brengsek Edmund seperti Christian Grey? 

Tepat saja, saat kakiku melangkah laki-laki sial itu berdiri dengan angkuh bersandar di meja kerja mahal miliknya. Rasanya aku ingin menangis ketika melihat guci-guci antik yang tersusun di sana begitu megah. Sepertinya Edmund sengaja memiliki guci di setiap ruangan sebagai pawang pengusir hantu. 

"Aku kira tadi kau akan terjatuh seperti Annastasia Steel." ejek Edmund, aku hanya menatapnya nyalang, penuh permusuhan. 

"Yeah. Setidaknya aku memenuhi panggilan itu!" Aku membalas dengan malas sambil memutar bola mataku. Ruangan ini begitu luas dengan kaca-kaca tinggi yang membuat kita bisa melihat ke bawah dengan banyak mobil kecil-kecil. Semua barang-barang yang ada dalam ruangan ini berteriak mahal. 

"Hari ini kau jadi asisten pribadiku!" putus Edmund. 

"What?!" pekikku tak percaya. 

"Listen, Sir! Perjanjian kita aku mengasuhmu hanya di penthouse sialanmu itu!" 

"Kau bukan seorang pengasuh! Kau budak! Budak nafsuku!" Shit! Aku hanya mampu mengepalkan tanganku, sepertinya lebih baik aku bertemu dengan ikan piranha daripada Edmund dia sahabat alien dari planet Pluto! 

"Aku punya kehidupan! Kau tak bisa memonopoli hidupku! Kau hanya menyuruhku untuk jadi pengasuh di rumah mewahmu yang sialan itu! And no sex of course!" 

"Menarik sekalia. Coba ulangi lagi kata-katamu, Miss? Silahkan buat cek $500.000." 

"Sir, uang segitu tentu tidak ada harganya bagimu." Aku mencoba melunak, Edmund adalah tipikal orang yang dibuat keras makan akan semakin keras. 

"Tentu tidak, Miss. Tapi rasanya menyenangkan bisa bermain dengan tikus kecil sepertimu!" 

"Sir!" 

"I'm not your fucking Sir!" 

"Bagus, karena aku bisa memanggilmu bajingan!" 

"Kau membuatku ingin segera memasukimu begitu dalam." What the heck?! 

💰💰💰💰💰💰💰💰💰💰💰💰💰💰

Sebelum kecelakaan. 

Aku baru saja menelpon Mommy yang sedang berbulan madu untuk ribuan kali selama hidup mereka. Betapa irinya aku pada hidup Mommy. Sedangkan aku harus terkurung dalam apartemen sempit yang membuat hidupku makin berantakan. Sebenernya ini adalah pilihanku, tapi pertanyaanku kapan aku bisa merasakan liburan? Aku bekerja selama 40 jam satu minggu dan itu sangat membosankan. Kehidupan monoton yang aku jalani membuatku ingin segera berlibur atau mengunjungi Mommy dan Daddy yang terus pergi bulan madu ke semua negara. Mommy dan Daddy selalu berpergian karena Mommy suka jalanan dan memutuskan untuk mengisi masa tua mereka dengan traveling keliling dunia. 

"Mommy, jaga Daddy baik-baik. Aku akan merindukan kalian." 

"Ya, jaga diri di sana. Kalau ada apa-apa segera hubungi Mommy. I love you."

"Love you Mom." Aku menarik napas panjang, dan berjalan sedang mencari makanan untuk mengisi perutku. Aku malas sekali untuk memasak di apartemen bahkan apartemen itu sudah seperti sarang tikus karena aku malas sekali untuk membersihkan bahkan malas untuk memanggil petugas kebersihan. 

Aku baru saja gajian, dan setiap bulan yang kulakukan adalah self reward. Aku akan makan enak, agar aku tetap semangat untuk bekerja. Aku bekerja di sebuah publishing company, lebih tepatnya aku seorang editor, hal itu tentu membuat aku harus berhadapan dengan banyak tulisan setiap hari, memeriksa banyak tulisan. Jadi aku harus makan banyak biar tidak kurus. 

Aku berencana untuk makan steak antelop. Steak yang harganya sama dengan harga sewa apartemen, tapi demi makan enak aku berani untuk datang ke restoran mahal ini. Biasanya setiap bulan aku akan membuat list restoran mana saja yang harus aku kunjungi. Dan Creamer Restaurant dikenal sebagai salah satu restoran termahal di California harga yang dijual memang bikin menggigil, tapi setidaknya aku bisa mencobanya.

Aku bernyanyi pelan saat masuk ke dalam restoran dan melihat ada life music seorang yang memainkan biola dengan begitu syahdu, aku berdiri sejenak di sana dan merasakan musik itu terasa menusuk kalbu. Ah aku merindukan dirinya. 

Terlihat ada kumpulan orang-orang kaya beberapa laki-laki yang minum wine dan beberapa potong steak di depan mereka. Sepertinya aku pelanggan dengan uang pas-pasan berani masuk ke dalam restoran ini. 

Dengan perlahan aku membaca menu jangan sampai uang yang kubawa kurang, karena setelah ini aku harus berhemat dengan makan sandwich setiap hari hingga bulan depan. Tidak apa, asal rasa penasaran itu segera terbayar. 

Aku memesan teh cemara dan chamomile. Teh ini memang kelihatan sederhana, hanya seperti sebuah cangkir dengan air putih dan sedikit dedaunan di atasnya. Namun menurut Hoptail, teh ini merupakan "teh surgawi yang pernah aku minum." Satu cup teh ini berisi air lemon meyer serta satu ikatan cemara douglas, yarrow, chamomile, lemon balm, anise dan hyssop segar yang dipetik langsung dari kebun milik restoran. Sebenarnya aku ingin menangis melihat harganya tapi jangan pikirkan itu, mari kita senang-senang hari ini dan pikirkan lagi esok hari. 

Harga teh putih itu seharga $600, aku ingin menangis sambil mencoba teh tersebut. 

Untuk makanan aku memesan steak antelop. Potongan kecil steak antelop disajikan bersama chicory (semacam akar tumbuhan), salad rempah dan biskuit berlapis mentega madu yang terasa seperti pancake. Daging antelop ini bukanlah hasil buruan, namun berasal dari sebuah peternakan di Texas. Daging yang dimasak secara medium-rare ini terasa 'meleleh di mulut' dengan tekstur campuran antara daging rusa dan sapi.

Aku memotong kecil, agar daging kecil ini tak segera habis. Aku tahu ini kebodohan karena membuatnya menyesal keesokan harinya karena harus menghemat. 

"Uhm..." Aku harus menutup mataku saking menikmati makanan, dan merasakan sedang berasa dalam taman surga. Khayalan indah itu rusak saat tanganku tersenggol dan sialnya makanan mahal itu jatuh berserakan ke lantai, demi si Boots monyet Dora aku langsung menangis di tempat. Bahkan aku rela kelaparan sebulan dan sekarang? Alam tidak merestuiku. 

"Kau?! Kau berani menyenggolku? Kau tidak tahu aku harus menabung selama satu bulan demi makan ini." Aku murka, aku marah, bahkan aku sudah menangis karena kebodohan dan nasib sial ini. 

Laki-laki itu hanya menatapku datar. Wajahnya sangat menyebalkan. Dasar orang kaya sombong! 

"Kau?! Kau harus mengganti uangku! Asal kau tahu itu harganya $1000 lebih." Aku menuntutnya. Aku tahu ini kedengarannya konyol dan bodoh, bagi orang kaya seperti mereka $1000 itu seperti 1 cent. Ya Tuhan kenapa dunia tidak pernah berpihak padaku? 

Melihat laki-laki itu yang wajahnya menyebalkan, aku memungut steak tadi bersiap untuk melempar wajahnya. Dengan air mata aku menunduk dan mencari-cari di mana steak tadi? Aku terus menunduk dan mencari di mana steak sialan itu bersembunyi? 

Prang!!!!! 

Aku berbalik dan melihat sebuah guci terguling-guling di lantai. Sial! 

Bunyi itu semakin mengisi ruangan. Semua orang melihat ke arahku, aku langsung menelan ludahku gugup, aku tak sengaja menyenggol guci besar berwarna hitam. Sial! Kenapa harus seperti ini? Kenapa guci sial ini tidak memberitahuku terlebih dahulu? 

Dengan perlahan aku mengangkat wajahku dan melihat semua orang melihat ke arahku. Kerja jantung langsung bekerja dua kali lebih cepat. Air mataku turun, dan hanya mampu menggigit bibirku. 

"Kau tahu, Nona, harga guci itu adalah $500.000 bahkan kau tidak bisa membeli dengan harga dirimu." Laki-laki sial itu mengejekku membuatku ingin mengambil pecahan guci dan menggores kulitnya. Sialan! 

"I'm sorry." 

"Tidak segampang itu! Kau tadi meminta ganti uang $1000? Dan mari kita buat perhitungan, kau harus mengganti harga guci mahal itu $500.000. Kau tahu guci antik itu dibeli di China ada sejak jaman dinasti Ming." Tubuhku langsung gemetaran, merasa seperti gempa bumi lokal. Gagal makan enak, banyak hutang dan sekarang apalagi? 

"Ini uangmu dan cepat ganti uang $500.000." Walau kesal dan takut aku tetap mengambil uang itu lumayan untuk bertahan satu bulan akhirnya aku tidak akan terserang penyakit maag. 

"I'm sorry, Sir. I-its accidentally." 

"I-I'm sorry, Sir. It's accidentally!" Aku mengulang dengan gugup. Padahal aku tak pernah takut berhadapan dengan siapapun, bertemu dengan si setan ini membuat nyaliku mengkerut seketika. 

"You only have one week to replace it. If not, it looks like it's fun to play a little tense and hot game. Don't you like it? You little whore!" 

"S-sir!" 

"I'm not your fucking Sir. Fuck off! And wait for the games!" 

"I'm sorry. But, it's accidentally!" 

"Shut up! You'll become my slave. My slave lust! Deal?" bisik si brengsek ini dengan nada sensual membuat tubuhku merinding. Aku hanya mengepalkan tanganku dengan air mata penuh. 

"Oh yeah. Welcome to the hell!"

Karena ia tahu, mengahadapi iblis satu ini tak mudah. 

"Ingat kau, Nona. Temui aku di gedung Bryan Corp dan kau akan mendapatkan hukumanmu! Jika tidak, aku akan tetap mencarimu hingga ke lubang neraka!" 

Rasa untuk membunuhnya begitu kuat. Aku hanya menatap punggung itu menjauh, saat aku menunduk aku melihat steak itu berada di ujung kakiku. Karena kesal aku memungut steak itu dan memakannya.

Ini tidak sebanding dengan siksaan apa yang aku hadapi! Dia adalah iblis berwujud manusia! 

💰💰💰💰💰💰💰💰💰💰💰💰💰💰

Hi, bagaiamana bab satu? Suka dengan Emerald? Kuatkah Emerald menghadapi hari-hari bersama Edmund yang gila? Just wait and see. Thank you for reading. 

Don't forget to comment dan rate this story. It means the world to me🤗🤗🤗. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status