Share

Episode 2

Lihatlah bagaimana repotnya hidupku sekarang, aku yang biasanya suka bangun terlambat dan buru-buru ke kantor harus membuatku ke rumah si brengsek itu.  Aku harus ke rumah Edmund sialan itu untuk membuatkannya sarapan. Menyusahkan saja! 

Pagi-pagi sekali aku harus menerobos dinginnya cuaca naik kereta menuju rumah si sialan itu, dia sudah memberi alamat rumahnya bahkan dia bisa menyuruh sopirnya untuk menjemputku, alih-alih melakukan itu dia sepertinya senang menyiksaku. 

Dengan sarung tangan super tebal, jacket kulit tebal, aku membenarkan rambut-rambut panjang sambil berjalan menuju rumah Edmund. Jarak stasiun kereta ke rumah besar itu memakan waktu sekitar 30 menit, kalian bisa membayangkan jika setiap hari aku harus seperti ini bisa dipastikan kakiku akan berotot. Sungguh aku merasa sangat dendam sekarang, jika aku punya kuasa aku akan mencincang tubuh Edmund dan memberi makan para buaya. 

Aku berdiri sejenak memperhatikan rumah itu, sangat besar dan mewah, bahkan dalam mimpiku juga tidak pernah terbayang bisa melihat rumah super mewah itu berdiri gagah di depanku, aku masuk ke dalam sambil melihat seluruh kawasan sekitar yang sangat terawat. 

Pintu bel kubunyikan, sudah bisa dipastikan itu adalah maid Edmund. Lihat? Dia punya maid di sini tapi sengaja agar membuatku kesusahan, orang-orang seperti Edmund darah dan tubuhnya halal dimakan buaya. Aku hanya tersenyum ke arah maid sambil mengepalkan tanganku karena kesal dan mengahalau rasa dingin, ruangannya terasa hangat. 

Rumah ini sangat mewah dengan dekor berwarna putih, ngomong-ngomong lagi-lagi aku menjumpai banyak guci berdiri gagah di segala sudut ruangan. Ada apa Edmund dan para guci? Aku seperti trauma melihat guci itu di sini, selalu mengingatkanku tentang kesialan kemarin. 

"Selamat pagi, Miss. Saya akan bertemu Mr Edmund." 

"Bisa langsung ke kamarnya. Beliau sudah bangun sepertinya." Aku ditujuk ke sebuah ruangan dengan pintu lebar berwarna putih. Sepertinya si sialan itu suka dengan warna putih. 

Aku berdiri di depan pintu meneliti pintu itu takut diletakan sebuah perangkap bom di dalamnya, Edmund sialan itu adalah orang yang tak bisa diprediksi! Dia sering berubah-ubah seperti bunglon, mungkin dia raja buglon. 

"Anda telat 3 menit!" 

Tiba-tiba pintu terbuka dan suara bariton itu membuat jantungku hampir copot. Aku mengurat dadaku dan melihat Edmund tak senang. 

"Shit! Bahkan sekarang belum jam 8! Masih tersisa 8 menit lagi!" Aku menggerutu dan Edmund hanya tersenyum mengejekku! 

Sepertinya dia baru selesai mandi, terlihat dia memakai kemeja asal-asalan dengan kancing yang tidak dikancing sempurna membuat dada bidang itu terlihat dan banyak bulu. Baru kali ini aku suka melihat dada orang dengan banyak bulu. 

Rambutnya sepertinya baru saja kering, sial! Dia wangi dan tampan pagi begini. Aku bahkan belum mandi, hanya sikat gigi. Kenapa dunia tak pernah adil? 

Sialan! Semoga dia cepat mati! 

💰💰💰💰💰💰💰💰💰💰💰💰💰💰

Edmund. 

Karena tuntutan pekerjaan yang membuatku harus terlihat kejam, berkuasa bahkan terjaga semalaman untuk membuat laporan jangan sampai lengah perusahan itu bisa berpindah tangan esok hari. 

Orang miskin selalu mengeluh dengan hidup mereka dan mengejek jika orang kaya itu manja itu tidak bisa apa-apa, padahal jika dilihat orang kaya orang yang paling banyak berjuang tidak gampang menyerah. Semalaman mereka bisa rugi miliaran dollar bukan seperti orang miskin yang hanya kehilangan $10 tapi mengeluh seperti kehilangan separuh nyawa. Justru menurutku orang miskin itu yang manja, mereka tidak suka berusaha dan selalu berharap pada orang lain, hanya mengadahkan tangan. Cih memalukan! 

Dalam 24 jam aku hanya tidur sekitar 5 sampai 6 jam. Tuntutan kehidupan dan perkejaan yang membuatku seperti itu, akhirnya membentuk kepribadianku yang keras dan tak kenal belas kasih. Jika aku bersikap lembut maka semua musuhku bisa mencari kelemahanku dan bisa menghancurkanku hanya dalam satu kedipan mata. Aku tak ingin apa yang kudapatkan sekarang tidak sia-sia. 

Sekarang pukul 7 lewat. Waktu yang terlalu pagi untuk bangun. Tapi aku adalah orang yang selalu bangun pagi walau tidur larut malam. Aku akan berolahraga atau mengerjakan laporan yang belum tuntas. Melihat ke luar jendela adalah salah satu favoritku, jendela manapun aku pasti suka. Melalui jendela aku bisa melihat dunia luar dengan cara pandang yang berbeda dan melihat dunia yang berbeda. 

Wanita bodoh, ceroboh itu masuk ke dalam rumah, dia melihat keadaan sekeliling. Rambut panjang pirang itu ia gerai, memakai sarung tangan, leggings hitam, jacket tebal berwarna maroon. Aku terbiasa memperhatikan detail seseorang, dengan begitu aku bisa melihat kelemahan pada seseorang dan hal itu bisa dimanfaatkan jika mereka adalah musuhku. 

Walau dia adalah seorang pemberontak aku suka melihat semangat yang ada dalam dirinya, dia adalah gadis yang ceria, dia adalah orang yang tidak gampang menyerahkan dan kepribadian yang kuat. 

Tanpa sadar aku tersenyum, dan melihat dirinya dari jendela, dia begitu semangat dan percaya diri masuk ke dalam. 

Aku menyugar rambutku, laporan selesai dan aku akan sarapan setelah ini bisa bersiap ke kantor walau aku bisa ke kantor kapan saja. 

Aku melihat dari dalam jika gadis bodoh itu hanya berdiri dan meneliti pintu itu. Menangnya dia pikir sedang ikut Fear Factor? 

"Anda telat 3 menit!" 

Wajahnya langsung terkejut, sepasang mata bulat berwarna biru itu terlihat mengemaskan, dia adalah Barbie versi hidup, dia sangat cantik walau dia adalah gadis yang bodoh dan ceroboh. 

Aku tersenyum mengejeknya, aku suka melihat ekspresi wajahnya mengemaskan. Satu-satunya cara agar melihat wajah menggemaskan itu adalah dengan membuat dirinya kesal. 

"Shit! Bahkan sekarang belum jam 8! Masih tersisa 8 menit lagi!"

"Buatkan aku sarapan." perintahku. Sepertinya melihat wajah kesal itu bisa membuat moodku bagus hingga siang. 

"Apa yang kau mau, Tuan?" Dia mengenalkan tangannya tapi di mataku terlihat mengemaskan. Dia merasa seperti seorang singa galak yang sedang PMS, padahal di mataku dia terlihat mengemaskan seperti kucing yang minta dielus. 

"Buatkan aku pancake." 

"Sir, tapi aku harus masuk kerja jam 9. Belum lagi mencari kereta, aku bisa terlambat dan gajiku bisa dipotong. Aku harus menabung biar makan enak." 

Aku hanya menatapnya datar, sebenarnya terhibur dengan kejujurannya. 

"Oh Miss, ingat uang $500.000. tidak sebanding dengan harga dirimu, jadi cepat lakukan dan jangan membantah!" 

"Mati aja kau!" Aku semakin tersenyum saat melihat napasnya yang tak beraturan meninggalkan ruangan. 

Aku akan terus menyiksanya hingga dia menyerah dan bunuh diri. Baiklah semoga dia tidak berpikiran ke arah sana. Aku hanya suka melihat wajahnya itu. Tidak! Aku tidak jatuh cinta padanya, aku tak percaya cinta. Cinta itu hanya bisa membuat kamu lemah, cinta membuat kamu jadi orang bodoh. Aku tidak mau menjadi budak cinta, cinta itu hanya milik orang-orang bodoh seperti Shakespeare yang mengagungkan cinta, rela mati demi cinta. Cih, menjijikan! 

Aku mengikuti gadis bodoh itu. Aku bahkan belum tahu siapa namanya. 

"Aku belum tahu siapa namamu." Aku mengambil satu butir Apple dan memakannya. Dia terkejut dan memutar bola matanya. Ekspresinya sangat mengemaskan, aku jadi membayangkan jika mulutnya itu menghisap milikku apakah dia akan diam? Atau bersikap seperti jalang? 

"Kau belum tahu namaku tapi kau sudah berani menyiksaku! Anda luar biasa, Tuan." Dia menyindirku. 

"Kau sepertinya tidak bisa memasak." Bahan-bahan yang seharusnya dipisahkan malah dicampur jadi satu, dia memang melakukan semua ini dengan terpaksa tapi apakah harus bertingkah sebodoh ini? 

"Oh yeah, kau benar, Tuan. Aku hanya makan sandwich setiap hari." 

"Menyedihkan sekali hidupmu." Dia berhenti bekerja dan menatapku. Sekarang aku mengambil pisang dan memakannya. 

"Yeah, sangat sial! Ditambah aku harus mengasuh seorang bayi beruang yang sangat mengesalkan. Sepertinya aku harus menaruh racun di makanannya." Aku hanya menggeleng, dia adakah orang yang sangat jujur. 

"Well, aku menantikan hal itu. Tapi sebelumnya kau harus menggantikan uang $500.000." 

Dia langsung membanting adonan itu. Aku membuka kulkas dan mendapatkan minuman isotonik dan meminumnya. 

"Anda sepertinya sudah kenyang, Tuan. Sepertinya aku tidak perlu repot untuk membuatnya lagi." 

"Lanjutkan." 

"Aku harus bekerja sekarang. Bagaiamana mungkin waktu cepat berlalu?" 

"Selamat pagi Mr Thompson, karyawan Anda bernama—" aku mengode padanya meminta namanya.  Sebenarnya aku sudah tahu di mana gadis bodoh ini tinggal dan bekerja di mana. Hanya saja aku memang tak peduli dengan namanya, selama kau bisa menyiksa dirinya sepuas mungkin.  

"Emerald." 

"Karyawan Anda bernama Emerald sudah tidak bekerja di sana, mulai hari ini. Pecat dia dan usir dari sana! Dia telah mencuri sebuah perhiasan milik ibuku." 

Gadis bodoh itu menatapku dengan tatapan penuh kebencian dan seperti orang ingin membunuh. Aku semakin terhibur kali ini. 

"Kau gila, Edmund!" 

"Yeah aku gila." 

"Kau pantas berada di neraka!" 

"Makananmu gosong sebentar lagi." Dia langsung gelagapan, bahkan dia belum menyalahkan kompor. Kenapa ada manusia begitu bodoh dan mengemaskan di saat bersamaan? 

"Siapa tadi namamu?" 

"Panggil aku setan! Namaku setan!" 

"Nama yang mengemaskan." Dia semakin mengemaskan.

"Lama sekali. Jadi apa yang mau kau buat sebenarnya?" Aku mendekati dirinya. Feromon alami yang menguar dari tubuhnya sangat menangkan. 

"S-Sir." Dia berkata dengan gugup saat menunduk dan aku semakin mengukung dirinya hingga ke bawah. 

"Kau pasti belum mandi?" Dia hanya menggeleng, dia berani dan terlewat jujur. Gadis ini mengemaskan sekali. 

"Patut bau gajah." Dia langsung mendorongku tapi keseimbangannya tak bisa dia tahan, dan akhirnya dia jatuh ke lantai. Dia hanya mengusap bokongnya. 

"Padahal, jika kau tak jatuh aku akan menciumi!" Aku mengambil minuman tadi dan keluar dari dapur. Gadis bodoh itu bisa menghiburku setiap saat dengan tingkah bodoh itu. Sepertinya aku akan membeli banyak guci hingga ia pecahkan dan dia tak bisa lepas dariku. 

"Edmund sialan! Semoga kau cepat bangkrut dan jadi gembel di jalanan!" teriak gadis bodoh itu. Aku hanya tersenyum penuh hiburan. 

💰💰💰💰💰💰💰💰💰💰💰💰💰💰

Bagaimana? Terhibur? Komen ya dan jangan lupa rate dan review. 

Terima kasih sudah membaca. 

See you 🥰🥰🥰🥰🥰. 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status