Home / Romansa / MENGGODA MANTAN ISTRI / Memaksa cintanya

Share

Memaksa cintanya

Author: Miss Kay
last update Last Updated: 2024-10-23 02:42:07

"Kau mau membawaku kemana? Sepertinya jalan ini ke rumah utama. Hey apa kau sudah gila! Aku mau turun di sini saja... berhenti ku bilang!"

Ckit!

Suara bunyi rem mendadak terdengar jelas di telinga mereka. Alan melirik Vale yang ingin keluar dari mobil BMW mewahnya.

"Coba saja kau keluar aku pastikan kita akan melakukannya di sini."

"Apa kau tuli hah! Aku tidak mau ke rumah itu dan berhenti mengancamku, Alan."

"Kita akan tetap ke sana karena itu rumahmu!" tanpa menghiraukan caci maki Vale. Alan tetap membawa Vale ke rumah utama mereka yang dulu pernah mereka tinggali bersama.

Menempuh perjalanan selama 30 menit dengan banyak drama akhirnya sampai di depan pintu mewah pagar hitam sudah ada penjaga yang membukanya menyambut mereka. Alan turun dari mobil tanpa Vale yang masih betah bertahan diam di dalam mobil.

Tanpa memaksa Vale turun Alan bersandar ke tiang kokoh rumahnya dengan menghisap rokok sambil melihat Vale yang masih tetap bertahan di dalam mobilnya. Beberapa pengawal dan pelayan pura-pura tak melihat interaksi mereka karena mereka sudah bersumpah agar tidak mengeluarkan info atau gosip apapun ke orang luar. Karena Alan mempunyai seorang bodyguard yang sangat kejam dan tegas. Abizar akan menghukum siapa pun yang berani membocorkan urusan pribadi bosnya.

Alan melihat ponselnya yang bergetar sejak tadi tanpa ragu pria itu menerima panggilan itu. Hal itu tak luput dari perhatian Vale yang menatap sinis dari dalam mobil.

'Aku tak perduli kalau sekarang aku sudah miskin. Aku tak perduli kalau Ayah sudah menikah lagi di luar sana. Aku juga tidak perduli dengan apa yang sudah ku miliki di rebut orang lain. Tapi aku tak sudi kalau harus kembali lagi bersamanya sudah cukup hati ini tersakiti. Sudah cukup hati ini tak baik-baik saja. Aku tak mau terjebak dengan hubungan toxic,' monolognya.

Melihat ada kesempatan kabur dari Alan yang sedang bicara serius dengan seseorang di telepon membuat Vale diam-diam keluar dari dalam mobil. Alan yang lengah terkejut melihat pintu mobil itu sudah terbuka tak ada Vale di dalam sana langsung berteriak meminta penjaga yang berada di sana mencari Vale. Karena Vale itu tahu letak di mana pintu rahasia untuk keluar dari rumah itu.

"Cepat cari jangan sampai Nyonya kalian pergi karena aku tidak segan-segan akan menghilangkan nyawa kalian!" maki Alan dengan mimik wajah menakutkan.

'Aku tidak akan melepaskanmu kali ini tidak perduli seberapa bencinya kamu kepadaku. Aku akan menghukummu Vale,' ucapnya dalam hati.

Vale berlari tanpa berhenti dengan kencang menuju lorong bawah tanah yang dia tahu akan membawanya keluar dari rumah itu. Dia tidak mau kembali ke rumah utama. Karena rumah utama di mana dia memergoki Alan tidur bersenggama bersama kekasihnya.

Sepanjang jalan air matanya mengalir deras membasahi pipinya. Dari kejauhan dia melihat ada cahaya dan pagar pintu yang di gembok sejak dulu. Setelah berhasil keluar dari lorong itu baru saja dia berhenti mengambil napas tiba-tiba tubuhnya sudah diangkat ke atas bahu oleh seseorang.

"Aaaa!... Turunkan Aku!"

"Diam! Atau aku akan mengurungmu di bawah sana di temani tikus-tikus menjijikan."

"Aku tidak mau kembali ke rumah itu jangan memaksaku!"

"Tempatmu di sini selamanya akan di sini. Kau hanya salah paham aku tidak pernah berhubungan dengan Violet di rumah ini."

"Tidak! Dasar pembohong bajingan masih saja berkelit!" Vale memukuli punggung Alan, menarik rambut Alan dan berontak tak tentu arah sampai mereka jatuh berdua ke halaman berkali-kali. Drama mereka berdua menjadi tontonan gratis para pelayan dan penjaga untuk menggibahinya.

"Tuan Alan memang masih mencintai Nyonya. Aku sering sekali melihatnya menatap foto album pernikahannya di ruang kerja. Diam-diam tuan Alan memerintahkan tuan Abizar untuk memata-matainya."

"Hus! Jangan menggosip cepat kerjakan pesanan Tuan Alan jangan sampai salah," tegur kepala pelayan di rumah itu kepada dua pelayan yang sedang asyik menggosip seketika mereka langsung diam.

Setelah perjuangan yang melelahkan membawa Vale ke dalam kamarnya. Alan meminta Vale mandi dan makan bersamanya.

Vale yang kesal masih bertahan dengan bibir mengatup rapat yang terlihat lucu di mata Alan. Setelah memastikan pintu kamar dan balkonnya tertutup rapat Alan mandi meninggalkan Vale yang masih betah merajuk.

Vale memutari kamar luas itu mencari celah untuk kabur lagi, tapi apesnya tak ada satu pun yang bisa membantunya untuk pergi dari kamar Alan.

Alan yang sudah selesai mandi keluar hanya memakai handuk yang menutupi senjatanya. Tanpa sungkan pria itu membuka handuknya di depan Vale. Membuat Vale semakin murka ingin memukulnya.

"Kenapa? Kau sudah biasa melihatku seperti inikan?"

"Ya... Bahkan setiap wanita selalu ingat bentuk tubuhmu. Hanya aku yang sudah lupa dengan semuanya bahkan sedikit pun tak mau mengingatnya. Jadi jangan repot-repot untuk menggodaku karena Aku tidak minat."

"Wow... Tajam sekali lidahmu itu Nona Vale. Tidak apa-apa aku paham karena sudah lama kita tidak bertemu tentu saja sedikit lupa. Tapi... bagaimana dengan kau yang dulu selalu menginginkannya. Malah aku tak yakin kalau kau kuat dengan godaannya," tantang Alan.

"Cih... Dasar cabul! Aku makin muak saja denganmu. Sebenarnya apa yang kau inginkan dariku, tuan Alan?"

"Huh... Sangat tidak sabar masih seperti dulu," seloroh Alan yang berjalan mendekati Vale yang berdiri waspada melihatnya.

"Aku ingin kau menjadi kekasih gelapku, menuruti apa yang aku inginkan. Aku tidak akan pernah melepaskan Violet karena aku masih menginginkannya. So... Kalau kau menolak aku tetap akan memaksamu, nona Vale. Untuk sekarang aku tidak akan pernah memaksamu melayaniku. Tapi nanti kau sendiri yang akan mendatangiku," urai Alan dengan seringai jahat di wajahnya.

"Mimpi!" ucap Vale yang mendorong keras tubuh Alan kemudian masuk ke dalam kamar mandi sambil menutup pintu dengan kencang. Alan tersenyum menatap punggung Vale yang kesal setelah mereka berdebat panjang.

Karena sudah malam Alan membuka pintu kamar mandi dengan kunci cadangannya. Dia memaksa wanita itu untuk tidur di ranjang bersamanya.

"Tidurlah jangan banyak drama sudah malam jangan berpikir keras untuk kabur dari rumahmu."

"Diamlah jangan banyak bicara kalau tak ingin besok pagi tidak ingin aku pergi sialan! Mmph... "

Alan mencium Vale yang masih saja merajuk tangannya menahan belakang kepala Vale agar tak melawan. Alan tak berhenti sedikit pun menciumnya sampai Vale memukul-mukul dada bidang lebar Alan yang penuh dengan tato.

"Yak! Kau mau buatku mati!"

"Tidurlah sudah hampir pagi, kau pasti lelah jangan membuatku melakukan lebih."

"Kenapa kau melakukan ini kau tahu kita tak lagi bersama. Apa hubunganmu dengannya sedang tak baik-baik saja?"

"Jangan membahas orang lain kalau kita sedang bersama, tidurlah sudah hampir pagi."

Hening

Tak ada jawaban membuat Alan menundukkan kepalanya melihat wajah Vale yang sudah tertidur membuat hati Alan menghangat mengenang moment ini terulang lagi.

"Dasar mata bantal baru sebentar kamu bicara sekarang sudah tertidur," gumamnya sambil memandangi wajah Vale yang tambah dewasa semakin cantik.

"Maaf membuatmu kesal, inilah caraku mendapatkanmu kembali," gumam Alan sambil memeluk erat Vale yang sudah tertidur.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • MENGGODA MANTAN ISTRI   Ban 151

    Alan memerintahkan baby sister datang ke hotel untuk menjaga Anya. Sedangkan dia ingin bermesraan bersama Valeria. "Aku bukannya senang merayakan wasiatmu, tapi aku speechless kenapa Ayah Satia tidak jujur dan malah berhutang banyak denganku. Apa dia hanya pura-pura saja? Pantas saja dia meninggalkan perusahaan, pergi ke Rusia bersama wanita mudanya, hanya untuk mengujiku," ucap Alan yang kini sedang menciumi tubuh Vale dengan mesra. Valeria tertawa kecil. "Jadi, semua ini adalah ujian? Ujian yang sangat mahal!" Alan mencium leher Valeria. "Ya, ujian untuk melihat apakah kita cukup kuat untuk menghadapi semua ini bersama-sama. Dan sejauh ini, ki

  • MENGGODA MANTAN ISTRI   Bab 150

    "Terima kasih sudah menjadi suamiku kembali. Meskipun kau membuatku sedikit khawatir tadi malam." Alan tertawa kecil. "Maaf, sayang. Aku terlalu bersemangat." Valeria mencubit lengan Alan pelan. "Lain kali, jangan terlalu bersemangat. Tapi... aku senang." Alan memeluk Valeria. "Baiklah, sayang. Aku berjanji akan lebih lembut... kecuali jika kau menginginkan sebaliknya. Malam yang luar biasa. Aku senang kita bisa menghabiskan waktu bersama seperti ini. "Aku juga. Rasanya seperti kita kembali muda lagi." "Kita akan selalu muda di hati, sayang. Selamanya."

  • MENGGODA MANTAN ISTRI   Bab 149

    Reinhard dan Elsa, dua anak Alan Chester Clark yang gendut dan lucu, berlarian di sekitar taman pesta pernikahan Abizar, membuat para tamu undangan tertawa. Mereka berguling-guling di atas rumput, mengejar kupu-kupu, dan saling kejar-kejaran. 'Lihatlah mereka! Seperti dua anak kelinci yang berlarian!" ucap para tamu. "Mereka sangat menggemaskan! Aku jadi ingin punya anak juga." Di sisi lain taman, Valeria, dan Violet, duduk di sebuah bangku tamu undangan, menikmati suasana pesta sambil mengobrol. Anya duduk di pangkuan Valeria, tersenyum terus tanpa henti. "Anya, kamu kenapa senyum terus? Ada yang lucu ya?" Violet tertawa. "Dia memang selalu ceria. Lihat giginya, baru tumbuh beberapa

  • MENGGODA MANTAN ISTRI   Bab 148

    "Jadi, anakku sudah mulai mengikuti jejak ayahnya, ya?" ucap Alan sambil tertawa. Valeria mendelik. "Jangan tertawa! Ini serius! Aku khawatir dia akan terlalu banyak pacar nanti." Alan masih tertawa. "Tenanglah. Aku yakin dia akan baik-baik saja. Setidaknya dia punya bakat alami. Mungkin suatu hari nanti dia akan menulis buku tentang pengalaman pacarannya, judulnya." "Petualangan Cinta Seorang Playboy Cilik". Valeria memukul pelan lengan Alan. "Jangan mengada-ada! Ini serius!" Alan tertawa. "Baiklah, baiklah. Aku berjanji akan membicarakan ini dengan Reinhard. Tapi jangan berharap aku akan melarangnya pacaran. Aku sendiri kan juga pernah mengalami masa-masa itu. Tapi aku akan memastikan dia tahu batasannya. Aku tidak ingin dia terluka."

  • MENGGODA MANTAN ISTRI   Bab 147

    Sore hari menjelang, mentari mulai terbenam, menorehkan warna jingga dan ungu di langit. Alan dan Valeria masih berbaring di ranjang, saling berpelukan. Suasana kamar masih dipenuhi aroma intim dan sisa-sisa gairah. Valeria tersenyum. "Aku merasa sangat senang. Seperti kembali ke masa pacaran kita dulu." "Aku juga. Rasanya seperti waktu berhenti, hanya ada kita berdua." "Anak-anak akan kembali dalam seminggu. Kita harus memanfaatkan waktu ini sebaik mungkin." "Tentu. Bagaimana kalau kita memasak makan malam bersama? Sesuatu yang romantis, hanya untuk kita berdua." "Ide bagus! Bagaimana kalau kita membuat pasta? Dengan saus truffle dan anggur merah?" Alan tersenyum. "Kau selalu tahu

  • MENGGODA MANTAN ISTRI   Bab 146

    Jan 23.00 malam baru pulang dari kantor. Ia masuk ke kamar , melihat Valeria, matanya melebar. Ia berjalan mendekat dengan langkah pasti. Kamar gelap hanya diterangi cahaya remang dari lampu tidur di meja samping ranjang. Alan berbisik, sedikit serak. "Wow..." menatap Valeria yang tertidur pulas dengan lingerie sutra berwarna merah marun. "Pekerjaan yang melelahkan di kantor, langsung sirna begitu melihatmu..." Alan mendekati Valeria dan menyentuh pipinya dengan lembut, jari-jarinya merasakan kelembutan kulit Valeria. "Lingerie itu... sangat menggoda." Ia menarik napas dalam-dalam, aroma parfum Valeria memenuhi indranya. "Kau selalu tahu bagaimana membuatku tenang dan... tergoda sekaligus." Ia menunduk, mencium lembut leher Valeria. "Kau luar biasa, Valeria." Alan kemudian berbaring di samping Valeria, memeluknya dengan erat. Ia merasakan detak jantung Valeria yang t

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status