"Apa-apaan ini!" hardik Nyonya Su.
"Membawa anak tidak jelas, masuk kedalam keluarga Liu!" ujar Nyonya Su, dengan marah.
"Bibi! panggil Zyan.
"Dalam keluarga Liu, aku adalah hukum," ujar Zyan mengingatkan.
"Kau …" ujar Nyonya Su. .
Rui langsung menggendong Bo Han, "dimana kamar kami?" tanya Rui.
"Kamar Bo Han," ujar Zyan menggulang perkataan Rui.
Rui "…."
Pelayan mengantarkan Bo Han ke kamarnya, Rui ingin melangkah ikut ke kamar Bo Han. Namun Zyan menahan Rui.
"Kita temui, kakek terlebih dahulu," ujar Zyan.
<Setelah puas memarahi Zyan Kakek Liu baru melepaskan, di balik pintu Zyan mengetuk-ngetuk telinga dan kepalanya. Satu jam mendengarkan nasehat dari kakek Liu, itu membut tubuh Zyan terasa mengkaku.Sesampainya dikamar, Zyan melihat diranjang besarnya sudah ada pembatas antara sisi ranjang."Apa ini?" tanya Zyan dalam hati.Zyan ingin menyingkirkan pembatas itu, namun Rui menahannya, "jika kau menyingkirkannya, maka aku akan tidur di tempat lain," ancam Rui.Seketika saja Zyan berhenti, dan akhirnya malah membaringkan diri di sisi ranjang. Keesokan paginya pembatas itu tersingkir dengan sendirinya.Rui semalaman tidur sambil memeluki Zyan, sampai-sampai Zyan tidak berani bergerak karena takut Rui terbangun dan melepaskan peluk
Zyan sengaja memberi jeda waktu, tak berapa lama Rui dan Bo Han sampai di kediaman utama keluarga Liu, mobil Zyan pun tiba."Apa ada dokumen untuk-ku?" tanya Zyan.Pelayan memberikan sebuah dokumen kepada Zyan. Tadi ketika dalam perjalanan pulang, Zyan meminta asisten Fu mengirimkan dokumen berkas sekolah untuk Bo Han.Zyan masuk ke kamarnya, dan melihat Rui yang baru saja selesai mandi, rambut panjang yang terurai basah, membuat lekuk tubuhnya terlihat dengan jelas. Kaki putih dengan jari-jari kaki yang imut.Wangi aroma vanilla, menyeruak di ruangan kamar mereka, Zyan maju perlahan tidak berkedip, karena tak ingin melewatkan pemandangan indah di depan matanya ini."Astaga.... kau menganggetkanku," ujar Rui.
"Uhuk…. uhuk…" Zyan pun terbatuk-batuk karena dibuat tesedak oleh Bo Han."Eheeem…" ujar Zyan seraya mendekat ke kursi Bo Han."Menurutmu siapa yang lebih tampan diantara kami?" tanya Zyan.Bo Han, terlihat serius menimbang-nimbang jawabannya. Bo Han melihat kearah Feng Chen, lalu melihat ke arah Zyan."Tuan itu tampan," Jawab Bo Han dengan tersenyum.Wajah Zyan seketika saja menggelap mendengar jawaban Bo Han. Namun terang kembali begitu mendengar perkataan selanjutnya."Tapi lebih tampan Papa," tambah Bo Han sekaligus memberikan tanda satu jempolnya dan memberikan kedipan mautnya kepada Zyan."Anak pintar, nanti
Zyan mulai menikmati tiap gigitan pangsitnya, namun Zyan lebih menikmati pemandangan Rui menghabiskan semua makanan yang ada diatas meja."Bagaimana mungkin dia tetap langsing, padahal makannya sebanyak itu," pikir Zyan keheranan.Setelah selesai, Zyan malah yang mengantarkan Rui pulang ke rumah utama. Disana Bo Han tengah menunggu."Mama!" panggil Bo Han seraya memeluk kaki Rui."Apakah Papa sedang libur?" tanya Bo Han."Emmm…." jawab Zyan canggung."Horaay, Papa akan makan malam bersama dengan kita," ujar Bo Han kegirangan."Apakah hari ini merasa senang di sekolah?" tanya Zyan."Ya, senang
Rui pun memilih ikut dengan Rou Chen dan Fei Yin, "Ayo akan kutunjukan makanan yang enak yang ada dikantin kita," ujar Rou Chen.Meja pun penuh dengan makanan mereka bertiga. Baru saja akan mulai makan, Anming dan Haocun mendekati mereka bertiga."Bolehkah kami bergabung disini," ujar mereka.Belum mendapat jawaban, mereka malah sudah duduk, "terima kasih," jawab mereka berdua."Ish kalian ini sungguh seperti lebah, selalu mengincar madu," ujar Rou Chen mendengus kesal sambil menunjuk-nunjuk Anming dan Haocun dengan sumpitnya."Hei! sudah, bukankah kita sama-sama ingin makan bukan? jadi berhentilah berdebat," ujar Anming."Ini, susu untukmu," ujar Anming seraya memberikan satu kotak
Rui tertegun tak percaya mendengar pengakuan maaf dari Zyan, Seorang Tuan Muda yang sejak lahir sudah tersedia sendok emas dan garpu emas ditangannya, malam ini menundukan harga diri dan egonya, meminta maaf kepada wanita biasa yang datang dari desa.Jika itu orang lain, jangan harap mendengar perkataan ini dari Tuan Muda Liu, ini hanya berlaku bagi Rui Seorang."Apa aku salah dengar?" tanya pikir Rui.Masih dalam ketertegunannya, Zyan mengulangi permintaan maafnya lagi seraya memeluknya erat."Tuan Liu…" ujar Rui."A-aku tidak bisa bernafas," ujar Rui lagi.Zyan pun segera melepaskan pelukannya. Menatapi wajah Rui. Baru ingin menciumnya namun pintu lift sudah terbuka. R
"Bo Han!" panggil Rui. "Jangan berlari, nanti terjatuh," Rui mengingatkan. "Mama, aku sangat senang sekali," ujar Bo Han. Rui memberikan semua bawaan mereka kepada Zyan, "kau yang bawa, aku akan mengawasi Bo Han!" perintah Rui. "Haish..." jawab Zyan. "Jika enggan maka pulang saja!" ujar Rui lagi. "Wanita ini benaran deh..." gumam Zyan dalam hati. Rui berbalik ke arah Zyan, lalu memakaikan kacamata hitamnya lagi. Zyan pun membawa tas ransel Bo Han dan juga keranjang piknik mereka. Zyan mengikuti kemana arah Rui membawanya. Merek
Di Liu Corporation, Zyan terlihat uring-uringan hampir di sepanjang hari. Wajahnya nampak cemberut sepanjang pertemuan dengan para bawahan Zyan."Apa ini, buat ulang!" ujar Zyan seraya melemparkan proposal yang telah dibuat.Zyan meninggalkan ruang pertemuan dengan hati kesal, hanya asisten Fu yang memahami apa yang terjadi."Nyonya Muda Liu masih menolak Tuan Muda Liu," gumam asisten Fu dalam hati.Di dalam ruangan pun serupa, Zyan masih saja uring-uringan. Bahkan catatan pertemuan yang asisten Fu buatkan tidak dibaca sama sekali.Sementara Rui dengan tenangnya pergi menjemput Bo Han. Sesampainya di sekolah Rui tidak melihat Bo Han melewati gerbang sekolah.Rui pun segera p