"Dibandingkan Jessica, memang Gina itu lebih kuno. Penampilannya tidak bisa seperti Jessica yang fashionable, tapi, Gina lebih rajin membersihkan rumah dan masakannya enak dibandingkan Jessica yang tidak bisa apa-apa."Hasmi menanggapi pertanyaan sang anak dengan wajah yang sangat serius, membuat Haris semakin penasaran, sebenarnya sang ibu menginginkan ia rujuk dengan Gina atau tidak."Jadi, bagaimana menurut Mama? Apakah Mama setuju jika aku rujuk dengan Gina?" tanya Haris untuk yang kedua kalinya. Karena pertanyaan tentang hal itu belum dijawab sama sekali oleh ibunya."Sebenarnya berat juga. Mama tidak suka, Gina justru merasa tinggi hati karena dikejar olehmu, tapi mau bagaimana? Mama juga capek setiap hari membersihkan rumah dan memasak di rumah ini.""Aku akan memikirkan cara agar Gina tidak merasa tinggi hati meskipun aku mengajaknya untuk rujuk!""Bagaimana caranya?" Hasmi menatap wajah anaknya dengan sorot mata yang serius seolah tidak yakin apakah hal seperti itu bisa dila
Wajahnya merah dan ia tidak berani berucap apapun ketika Bara melontarkan pertanyaan tersebut padanya. Sementara itu, usai melontarkan pertanyaan seperti itu para Gina, Bara menatap wajah sang istri seolah menunggu jawaban. 'Bagaimana ini? Apa yang harus aku katakan? Kalau menolak, apakah itu akan membuatnya marah, kalau menerima, tapi aku benar-benar masih terlalu kikuk.' Hati Gina bicara, sembari menutup matanya karena tidak ingin Bara tahu ia sekarang kebingungan untuk mencari jawaban. Untuk sesaat, situasi di kamar itu hening. Sampai akhirnya.... "Gina, musnahkan semua perasaan ragu atau rendah dirimu itu, jika memang kau bukan wanita yang menurutku baik, aku tidak mungkin menikahi mu, sekarang tidurlah. Aku tadi hanya bercanda." Bara mengucapkan kalimat tersebut dengan nada suara yang masih lembut seperti tadi, lalu ia kembali mencium kening sang istri untuk sekedar meyakinkan Gina bahwa ia tidak sedang berpikir macam-macam tentang penyatuan pertama mereka beberapa saat
Mendengar apa yang dikatakan oleh Gina, Bara merunduk dan kembali mencium kening istrinya pertanda ia senang dengan kalimat yang diucapkan oleh sang istri. "Aku senang, kamu memikirkan anak-anak kita dengan sangat teliti, ASI eksklusif memang yang terbaik untuk mereka, tapi kamu juga harus jaga kesehatan tubuh kamu, jangan sampai kelelahan." Gina tersenyum mendengar tanggapan Bara. Ditatapnya sang suami yang saat itu juga melakukan hal yang sama padanya. "Iya. Aku tahu. Terima kasih." "Soal anak, aku memang ingin punya anak darimu, tapi aku tidak mendesak mu untuk secepatnya hamil, biar Tuhan saja yang menentukan kapan kita diberi lagi anugrah itu, masih ada Gavin dan Raya yang bisa membuat rumah kita ceria." Bara mengucapkan kalimat tersebut dengan wajah serius. "Kalau Karina memaksa untuk menyusui Gavin gimana?" "Itu tidak mungkin terjadi." "Bukannya kamu bilang dia sudah bersedia menyusui Gavin?" "Air susunya kering, mungkin karena obat-obatan yang dia konsumsi aga
"Jangan bangkit dulu!" pintanya sambil terus melingkarkan tangannya untuk memeluk sang istri. Gina jadi gugup. Meskipun tadi ia sudah berhasil untuk mengatasi perasaan tidak nyamannya karena tidak percaya diri dan menyerahkan diri seikhlasnya saat Bara memasukinya, tapi jika harus mengulang lagi penyatuan mereka, Gina merasa masih tidak sanggup. Perempuan itu merasa terlalu malu karena ia belum tahu apakah penyatuan pertama mereka mampu membuat Bara jadi puas?Namun, ia tidak bisa menolak keinginan sang suami untuk tidak beranjak, Gina diam dalam pelukan Bara menanti apa yang akan terjadi selanjutnya sementara mereka masih belum berpakaian sama sekali. "Aku mau punya anak darimu, jadi setiap habis berhubungan, jangan langsung bangkit berdiri, biar cepat jadi," bisik Bara di telinga Gina dan Gina tertegun mendengar penjelasan Bara yang mencegahnya langsung bangkit usai mereka menyatukan diri.'Ternyata, dia sampai memperhatikan masalah ini dengan baik.'Gina membatin sambil menatap
Gina terus melakukan sentuhan pada tubuh Bara, sampai akhirnya pakaian mereka sudah terlepas dari tubuh mereka masing-masing dan sampai sejauh itu pun, Gina tetap memimpin memulai lebih dulu. Bara yang tidak tahan hanya diam saja ketika disentuh Gina perlahan membalas apa yang dilakukan oleh sang istri pada tubuhnya.Bara melakukannya dengan sangat perlahan, tidak mau terlalu tergesa-gesa khawatir membuat inisiatif Gina menghilang dan lagi-lagi wanita itu jadi tidak percaya diri kembali.Ketika salah satu tangan Bara menyentuh bagian dada Gina. Perempuan itu terhenyak. Akan tetapi, Bara tidak membiarkan apa yang dilakukannya membuat Gina tidak berinisiatif kembali hingga ia mendekatkan bibirnya ke salah satu telinga Gina dan membisikkan sesuatu di sana. "Dadamu indah, kalau kamu merasa dadamu jelek, itu artinya kamu terlalu merendahkan dirimu sendiri, Sayang."Bisikan Bara diiringi sentuhan lembut jemari tangan pria itu di dada Gina. Gina yang awalnya kembali tidak percaya diri ber
'Bagaimana ini? Kenapa dia tiba-tiba bersikap seperti ini? Biasanya dia selalu kuat dan bisa meyakinkan orang lain juga untuk kuat, tapi sekarang kenapa dia jadi terlihat rapuh? Apakah itu karena aku terlalu sering tidak percaya diri di hadapannya?'Gina membatin dalam kegelisahan perasaannya, hingga ia mau tidak mau berpikir keras, apa yang akan ia lakukan untuk menanggulangi sikap suaminya sekarang.Sementara itu, Bara menundukkan kepalanya, berusaha untuk menyembunyikan parasnya agar Gina tidak tahu, ia sekarang sedang berbohong untuk membuat sang istri bisa jera bersikap tidak percaya diri terus menerus di hadapannya.'Ayolah, Gina! Lepaskan semua perasaan tidak percaya dirimu itu sekarang, kau wanita terbaik yang pernah aku temui, tidak bisa disejajarkan dengan Karina sama sekali!'Bara juga membatin, sembari menunggu reaksi Gina atas apa yang sudah ia lakukan.Sementara itu, Gina yang sedang merasa disudutkan setelah mendengar apa yang dikatakan oleh Bara segera beringsut mendek
"Aku....""Gina, aku sudah bilang padamu, kamu dan Karina itu tidak bisa disamakan, dan yang pasti, kamu lebih baik daripada dia karena itulah aku menikahi kamu, jadi apapun yang membuat kamu merasa tidak percaya diri, musnahkan perasaan itu, kamu itu perempuan yang cantik luar dalam."Entah, sudah berapa kali Bara mengucapkan kalimat itu untuk menenangkan Gina, tapi tetap saja Gina memiliki kecemasan, seandainya Bara justru tidak puas dengannya bagaimana?Ketika situasi di antara mereka sedang sangat serius karena Bara masih mencoba untuk meyakinkan Gina bahwa ia adalah perempuan terbaik di mata Bara, Arin kembali. "Arin, kau jaga Gavin dan Raya di sini, aku akan memberikan kau bonus jika kau bekerja dengan baik, kalau mereka butuh ASI, panggil saja Gina melalui telpon antar ruang yang ada di kamar ini."Bara langsung bicara seperti itu pada Arin dan Arin mengiyakan seraya mengucapkan terima kasih karena akan diberikan bonus segala.Wajahnya terlihat berseri-seri, sampai ia menatap
"Kenapa dengan dadaku?" tanya Gina dengan perasaan tidak menentu. 'Apa, Arin mau bilang kalau dadaku ini bukan dada yang disukai oleh Bara?'Hati Gina bicara seperti itu, dalam perasaan gelisah nya. Arin tersenyum penuh arti melihat betapa kacaunya Gina kelihatannya. "Pak Bara itu kata Bu Karina sangat menyukai dada wanita, ya, kamu lihat sendiri dada Bu Karina itu bagus banget, kan? Makanya, saat Gavin lahir, Bu Karina enggak mau menyusui Gavin, khawatir kalau bentuk dadanya jadi tidak bagus lagi."Arin bicara dan Gina menarik napas panjang mendengar itu semua."Dada kamu enggak kayak dada perempuan yang belum menyusui, apa Pak Bara tidak keberatan untuk itu?" lanjut Arin dan pertanyaannya semakin membuat Gina gelisah.Gina menundukkan kepalanya, tidak bisa menjawab pertanyaan Arin yang membuatnya sedikit gugup. "Jangan-jangan, kamu sengaja menunda malam pertama kalian, karena kamu enggak percaya diri sama dada kamu?" Arin semakin menjadi seorang provokator hingga membuat Gina se
Gina menatap wajah Bara yang saat itu masih tertidur dengan lelapnya di dekat Gavin.Perasaan cemburunya itu membuat sekujur tubuhnya memanas sampai ada keinginan Gina untuk membangunkan Bara agar ia bisa meminta penjelasan.Namun, membayangkan bagaimana reaksi Bara jika ia meminta penjelasan soal itu, membuat Gina mengurungkan niatnya sampai akhirnya, perempuan tersebut meletakkan ponsel milik Bara ke tempatnya semula lalu turun dari tempat tidur dan melangkah menuju pintu kamar, setelah itu keluar dari kamar untuk ke kamar Gavin memeriksa Raya.Ketika Gina masuk ke dalam, ternyata Arin yang ada di sana menjaga Raya yang sedang tertidur pulas.Menyadari pintu kamar dibuka, Arin yang saat itu belum tertidur benar membuka matanya dan ia heran ada Gina di kamar di mana ia berada.Teman satu kampung Gina itu bangkit, dan mengucek matanya yang terasa sepat karena sebenarnya ia sudah mengantuk. Namun, karena ada Gina, Arin yang masih tidak percaya Gina akhirnya menikah dengan Bara mengus