Share

Ditolong Bos Ganteng

Author: Kafkaika
last update Last Updated: 2023-01-31 15:35:43

Amanda bernapas lega sambil meregangkan jemarinya setelah menyelesaikan pekerjaan. Dia buru- buru mengambil sweternya dan bersiap hendak pulang. Lesti ada tugas antar barang tadi dan dipastikan tidak balik karena sudah jam pulang. Jadinya Amanda pulang sendirian.

"Amanda, kau bisa bantu ambil alih kerjaan Pak Mail?" Adoria kepala OB itu menghampiri Amanda.

"Aduh Bu, ini sudah mau pulang. Memangnya Pak Mail kenapa?"

"Dia dibawa ke UGD tadi karena tiba-tiba pingsan. Pekerjaannya belum selesai, kamu tolong selesaikan sebentar ya?"

"Oh, baik Bu!" tukas Amanda meletakkan kembali tas dan sweternya lalu bergegas menyelesaikan pekerjaan Pak Mail, OB senior yang masih gigih bekerja karena memang masih banyak yang harus ditanggungnya.

Amanda mengambil alat vacuum cleaner yang masih tergeletak di lantai itu. Pegawai kantor sudah mulai satu persatu pulang. Dan Amanda bingung dengan alat sedot debu yang jelas berbeda dengan yang biasa dia pakai. Bilang saja tidak pernah. Karena memang Amanda jarang melakukan pekerjaan rumah jika di rumahnya. Dan di kontrakannya jelas tak memerlukan sedot debu karena tidak ada karpet disana.

Tadinya dia mau minta bantuan pada pegawai kantor yang masih ada, tapi di lantai ini sudah sepi. Membuatnya jadi merinding dan ingin cepat-cepat selesai. Namun karena tergesa-gesa dia malah menumpahkan debu-debu itu dari vacum cleanernya lagi.

"Oh Tuhan, jangan bilang kau masih mengutus tuan masalah untuk menghukumku," gumam Amanda sedih.

Tak jauh dari sana Wisnu yang tadi sudah di parkiran balik lagi ke ruangannya karena ada sesuatu yang tertinggal. Dia melihat gadis itu masih sibuk dan melewatinya begitu saja. Saat balik dari ruangannya dia masih melihatnya belum menyelesaikan pekerjaan. Padahal Wisnu lumayan lama di ruangannya tadi.

Teringat cerita asistennya tadi, bahwa Purwa hampir terpeleset dan gadis inilah yang menolong, membuat Wisnu berpikir untuk membantunya. Paling tidak sebagai ungkapan terima kasihnya. Lagipula di kantor sudah sepi, kasihan juga dia.

Wisnu berjalan menghampiri dan memperhatikan dari jauh cara kerja gadis itu yang tampak kaku. Dia tak habis pikir bagaimana HRD mempekerjakan orang seperti dia. Bisa jadi ucapan Roy waktu itu benar, dia hanya anak mama yang terpaksa mencari pekerjaan karena kondisi terdesak.

"Masih belum selesai juga?" tegur Wisnu

Amanda terkejut lalu dengan segera bangkit.

"Oh, Pak Wisnu? Sedikit lagi kok Pak," ujar Amanda keheranan bos besarnya ini masih ada di kantor dan bahkan sempat menegur pegawainya di saat jam pulang.

Wisnu tak banyak bicara dan langsung berjongkok mengambil penyedot debu itu. Amanda yang terkejut langsung mengikuti apa yang dilakukan bosnya, mencoba menolak bantuannya. Tapi tangannya malah tak sengaja menggenggam tangan Wisnu yang sudah lebih dulu menggapai alat itu. Keduanya sontak saling berpandangan dalam jarak dekat lalu saling membuang muka seperti adegan-adegan romantis di film.  Amanda kemudian menarik tangannya dengan gugup.

"Maaf pak, tidak perlu repot biar saya yang selesaikan," tukas Amanda tidak enak melihat sang bos malah mengerjakan pekerjaannya.

Bagaimana coba kalau ada yang lihat?

"Tidak apa," ucapnya singkat dan menyalakan alat vacum cleaner yang sejak tadi tidak berhasil dinyalakan Amanda.

“Menyingkirlah atau kau akan di kantor sampai subuh karena alat ini," tukasnya karena Amanda masih berusaha menghalangi

"Oh, baik!" Amanda kemudian membiarkannya saja.

'Dia ganteng sekali sih, udah ganteng baik hati lagi' Amanda membatin sambil diam-diam sesekali melirik ke arah Wisnu.

Sekarang dia baru tahu mengapa para perempuan itu selalu terlihat konyol di depannya, selalu memujinya setinggi langit, mengelu-elukannya dan berharap mendapat balasan senyuman saat menyapanya. Karena memang dia ganteng dan baik hati.

Rasanya tidak masalah juga dia pulang terlambat kalau semisal selalu kejadian begini. Amanda sepertinya mulai menyukai kantor ini.

***

Wisnu butuh beberapa saat tercenung sebelum keluar mobil dan masuk dalam rumah. Teringat saat mereka tak sengaja saling berkontak mata dalam jarak dekat dan spontan jantungnya berdegup tak teratur. Untungnya dia memiliki pembawaan yang tenang dan dengan mudah menyembunyikan perasaannya.

Gadis itu bermata teduh dan indah. Seperti menatap samudra biru yang meneduhkan hati siapapun yang melihatnya. Dan saking teduhnya bisa-bisa ada yang tenggelam di samudra itu karena terlena dan nyaman.

Jika kemarin dia hanya mengabaikan Roy dan Purwa yang tampak berlebihan dalam mengagumi gadis itu, sekarang dirinya pun sudah mulai tertular virus itu. Dalam hatinya menggerutu mengapa juga harus tertular virus itu dari mereka.

Bahkan saat guyuran shower membasahi tubuhnya, wajah itu masih juga nempel di pikirannya. Logikanya membuat sebuah dugaan, bisa jadi karena gadis itu cantik sehingga mudah saja terekam di otak pria yang memang menyukai visual seperti itu. Seolah membatasi perasaannya sendiri.

Dua tahun yang lalu dia pernah melabuhkan hatinya pada seorang wanita dan berharap dialah wanita terakhir di hidupnya. Mereka bahkan hampir menikah, tapi takdir berkata lain. Wanita yang selangkah lagi menyandang nama keluarganya itu ternyata menghianatinya. Membuatnya merasa semua wanita sama saja dan hanya mendekatinya karena harta.

Dia sudah kenyang melalang buana di dunia percintaan sejak SMA nya dulu. Mengenal banyak wanita dengan beragam karakter mereka. Dan dihianati kekasihnya saat hampir menikah membuatnya tidak terlalu tertarik lagi dengan hal semacam itu. Usianya sudah berkepala tiga tapi dia masih merasa nyaman sendiri dan lebih fokus mengelola dan membesarkan perusahaan keluarganya.

***

"Dimana Om Purwa?" tanya Wisnu pada ART nya saat sarapan. Dia belum melihat orang tua itu sejak bangun tadi.

"Lho den, bukannya Pak Purwa sama Ujang sudah berangkat ke kantor?" ujar Titik ART itu.

Wisnu melongo mendengar ucapan Titik, dia menatap jam dinding dan melihat memang sudah siang. Tapi untuk apa juga pria itu masih ke kantor? Bukannya dia sudah memutuskan pensiun.

"Apa Om Purwa masih rutin minum obatnya, Bik?" Wisnu menanyakan perkembangan pengobatan Purwa.

"Semakin kesini sepertinya Bapak mulai lengah lagi. Bapak bilang dia sudah sehat. Bahkan kemarin dia minta belikan makanan instan sama Ujang"

"Dikasih sama Ujang?"

"Dikasih lah, Den. Ujang mana bisa tolak permintaan Bapak, Den Wisnu tahu sendiri gimana sifat bapak"

Wisnu melenguh teringat bagaimana keras kepalanya si bocah tua nakal itu. kemudian dia menelpon Ujang bertanya ada urusan apa Purwa pergi ke kantor. Apalagi dirinya masih di rumah.

“Tadi nyariin Mbak yang kemarin tolongin Pak Purwa, Mas,” ujar Ujang menjawab telpon Wisnu.

'Astaga, pria itu genit sekali!'

Wisnu pun menghabiskan air putih di gelasnya dan bangkit segera pergi ke kantor. Sepertinya dia sedikit bersemangat setelah mendengar gadis itu disebut.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Fransisko Vitalis
walau hanya cleaning service,fapi senang karena lunya bos ganteng dan baok
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • MENJADI ISTRI KEPONAKAN MAMAKU   Pada Akhirnya...

    Annisa banyak salah dan dosa pada Amanda. Anak itu sejak pertama sudah dibuat tidak menyukainya. Sekarang apa dia bisa begitu saja memaafkannya dan membiarkan papanya menyetujui hubungan mereka? Pundaknya mulai turun dan dia merasa tidak mungkin Amanda rela membiarkan Dirja menikah dengannya. Dia kembali melihat sosok Dirja yang masih dengan sabar mendengarkan kata-kata putrinya. Jikapun pria itu diminta memilih dia atau putrinya, sudah bisa dipastikan Dirja akan memilih putrinya daripada Annisa. Karma itu memang ada. Dulu dia sangat membenci Amanda dan selalu berusaha membuatnya terluka. Sekarang, di saat dirinya sudah sangat yakin bahwa hanya pria yang baik dan penuh perhatian itulah yang bisa menerima semua kekurangannya dan sanggup menjadi imamnya dalam mengarungi kehidupan barunya, dia harus juga dibenci oleh Amanda. “Ya sudahlah, mungkin ini hukmuna dari tuhan untukmu, Annisa!” gumam Annisa pada dirinya sendiri sambil mengusap air mata di sudut matanya. “Kalau Papa memang men

  • MENJADI ISTRI KEPONAKAN MAMAKU   Menunggu Keputusan (2)

    Amanda tidak bisa memejamkan matanya mengingat apa yang sudah di sampaikan Wisnu padanya tadi sore. Dia ingin menelpon mamanya, namun sudah larut malam waktu Milan. Artinya di Jakarta saat ini menjelang subuh. Tentu dia harus bersabar menunggu pagi agar bisa menghubungi mamanya.Keresahan Amanda tentu bisa dirasakan Wisnu karena beberapa kali harus mengganti posisi tidurnya. “Kau tidak bisa tidur?” tanyanya.“Oh, Maaf! Aku pasti mengganggu tidur, Mas Wisnu” ucap Amanda sedih.“Mana yang tidak nyaman, biar aku usap.” Wisnu memeriksa Amanda. Lalu dengan lembut dia mengusap punggung Amanda agar membuatnya lebih nyaman. “Katanya besok mau belanja di Galerria, tapi selarut ini kau belum tidur juga?”“Aku terus kepikiran papa, Mas!”“Kenapa?”Amanda tidak menyahut, Wisnu pasti juga tahu apa yang sedang dipikirkannya. Kemudian Wisnu mendekatkan tubuhnya dan memeluk Amanda. “Ya sudah jangan dipikirkan dulu, nanti malah bikin kamu stress. Gak bagus kan buat perkembangan baby kita!”“Papa itu s

  • MENJADI ISTRI KEPONAKAN MAMAKU   Menunggu Keputusan

    Dirja sebenarnya juga akan memberikan kejutan pada putri dan menantunya itu tentang rencana mengakhiri masa sendirinya. Tapi dia juga dibuat kecewa lantaran Wisnu dan Amanda tidak di rumah.Dia sudah memikirkan betul keputusannya. Beberapa bulan dekat dengan Annisa dan merasa wanita itu sepertinya memiliki hati untuknya, Dirja kemudian memikirkan pendapat Marina dan Moana agar dirinya menikah lagi. Jika dulu dia masih betah sendiri karena menghargai perasaan Moana dan Amanda, sekarang semuanya sudah berjalan baik. Moana sudah menikah lagi, dan putrinya bahkan sebentar lagi akan memberinya cucu. Tidak ada alasan baginya untuk sendiri terus.Mirzha tentu sudah mengenal Dirja sebagai ayah Amanda karena datang dan berbincang langsung dengan Dirja saat pernikahan Wisnu. Mirzha mengakui Dirja memang sosok yang matang dan juga mapan. Tentu itu adalah hal yang penting untuk putrinya yang bisa dibilang terkadang labil itu. Annisa memang membutuhkan sosok yang dewasa, matang dan bisa membimbi

  • MENJADI ISTRI KEPONAKAN MAMAKU   Kejutan Yang Gagal

    Amanda menjadi sedih karena Wisnu menolak keinginanya. Suasana hatinya mulai buruk dan dia bangkit sambil mendorong beberapa map hingga jatuh berserakan ke lantai. Dengan langkah kasar keluar dari ruang kerja Wisnu.Wisnu menghela napas dan menutup laptopnya. Lalu bergegas membuntuti istrinya yang sedang ngambek.Pintu kamar tertutup dengan kasar.“Sayang, kondisimu masih lemah, aku takut malah menyakitimu dan baby kita,” Wisnu mencoba menjelaskan meski pintu tertutup.“Iya, aku udah jelek, gendut, Mas Wisnu udah gak bergairah lagi!” Amanda berteriak sebal.“Ya udah, buka dulu! Gak enak kan di dengar orang ngobrol sambil teriak-teriak.”“Gak mau! Udah sana pergi ke kantor, ketemu sama cewek-cewek cantik, gak usah mikirin wanita yang gendut dan jelek ini!”“Siapa yang gendut dan jelek? Kamu cantik kok!”Sesaat tidak terdengar suara dari dalam. Wisnu berpikir Amanda akan membukakan pintu untuknya. Pintu memang terbuka, tapi karena Amanda ingin melepar bantal dan selimut.“Tidur saja di

  • MENJADI ISTRI KEPONAKAN MAMAKU   Hamil Kembar

    Wisnu sudah datang dan sangat tergesa langsung menuju kamar untuk bisa melihat kondisi istrinya. Saat masuk kamar, Marina mengingatkan Wisnu untuk membersihkan diri dulu. Banyak virus di tempat umum, tidak baik untuk ibu hamil.Amanda sebenarnya menolak pergi ke rumah sakit. Bau disinfektan sangat membuatnya pusing. Bisa-bisa dia malah muntah-muntah hebat lagi. Tapi melihat kondisi istrinya yang lemas, Wisnu tidak mau ambil resiko. Dia langsung menggendongnya ke mobil dan meminta Abduh menyupir ke rumah sakit.Setelah dipasang infus, Amanda mulai terlihat segar lagi. Dia mungkin saja mengalami dehidrasi karena banyak cairan yang keluar tapi tidak bisa memasukan makanan atau minuman ke dalam tubuhnya. Wisnu nampak sangat cemas.“Masih istirahat, Bu Amanda?” tanya dokter Ririn, spesialis obgyn, yang diminta Wisnu menjadi dokter pribadi istrinya.“Apa ada masalah dengan kehamilannya, dokter? Kenapa dia mengalami mual dan muntah yang hebat?” Wisnu tak sabar menanyakan tentang kesehatan is

  • MENJADI ISTRI KEPONAKAN MAMAKU   Setelah Sebulan

    Abim menemani Wisnu mengunjungi kantor perusahaan di Surabaya. Dia bertemu Annisa yang sedang mengerjakan sesuatu di ruangannya. Lalu Abim memberanikan diri menghampirinya.“Eh, Abim! Kok tiba-tiba Ke Surabaya?” Annisa sedikit terkejut melihat Abim.“Ada sedikit urusan, kau betah pindah kerja di sini?” Abim senang melihat Annisa yang terlihat ramah itu. Sama seperti dulu saat pertama dia kerja di kantor Jakarta.Mereka sudah duduk dan menikmati minuman sambil berbincang-bincang.“Apa kabar Naira?” tanya Annisa.“Baik,” jawab Abim.“Kau tampak lebih bahagia di sini?”“Ya iyalah, kerjaan di sini tidak seruwet di Jakarta. Lagi pula Pak Dirja baik sekali. Aku jadi betah kerja di Surabaya”“Baguslah! Aku senang melihatmu lebih baik!” ucap Abim menatap Annisa dengan tatapan yang sulit dimengerti.“Terima kasih, Abim! Aku minta maaf ya, kalau sering buat kamu sakit hati!”Abim sedikit terkejut mendengar permintaan maaf Annisa. Artinya dia memang serius ingin berubah. Seperti yang dikatakanny

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status