Share

Banyak Persamaan

Adoria memanggil Amanda karena Purwa ingin mengobrol dengannya. Sebagai Kepala OB tentu saja Adoria melaksanakan perintah bosnya, membebaskan sementara Amanda tidak melakukan pekerjaan.

“Lihat tuh, si OG baru. Wajahnya saja terlihat polos, tapi ganjen juga sama pria tua!” terdengar bisik-bisik rekannya saat Amanda berjalan keluar hendak menemui Purwa.

“Gak penting tua atau muda, yang penting kan cuan,” sahut yang lainnya.

Miris Amanda mendengarnya. Tapi dia berusaha tidak memperdulikannya. Yang paling penting adalah, dia bukan seperti itu.

Amanda tahu dari Lesti bahwa pria yang ditolognya beberapa hari yang lalu itu adalah Apurwa Dinata, pemilik perusahaan Dinata Group yang sudah diambil alih jabatannya oleh Wisnu semenjak dia sakit. Purwa sangat suka mengobrol dengan Amanda karena gadis itu selalu apa adanya tidak seperti yang lain terkesan berhati-hati dan takut salah. 

"Ini sudah masuk jam istirahat, apa kau sudah makan?" tanya Purwa pada Amanda disela ngobrol mereka.

Purwa kemudian mengoreksi ucapannya agar Amanda tidak menolak ajakan makan siangnya, "Aku harus makan tepat waktu, kau mau menemaniku makan kan? Dengan begitu kau masih bisa melanjutkan ceritamu. Aku masih ingin mendengar kelanjutannya."

"Emm baiklah," tukas Amanda karena tidak mungkin dia menolak.

"Mau makan diluar?" Purwa menawarkan.

"Oh, tidak Pak, bagaimana kalau di kantin saja, di sana makanannya juga enak-enak. Dan kita tak perlu jauh-jauh. Lagipula nanti kan saya harus balik kerja, tidak enak sama teman yang lain," tukas Amanda setengah terus terang, berharap pria ini memahami posisinya.

"Oh, baiklah. Aku tahu memang di kantin perusahaan ada banyak makanan enak. Aku dulu yang mengusulkan beberapa menunya agar karyawan tidak jemu dengan makanannya. Ternyata kau juga menyukainya. Kita ini banyak persamaan ya?"

Sambil ngobrol mereka berjalan menuju kantin perusahaan. Sudah banyak orang yang sedang makan siang di kantin, membuat Amanda menyesal mengusulkan makan di tempat itu. Pandangan mereka kurang sedap terasa di hati meski mereka tersenyum menyapa dengan sopan pada Purwa. 

"Makanan apa yang kau sukai?" Purwa tak berhenti bertanya ini dan itu. Pria ini suka sekali mengobrol. Dan Amanda pun tak segan menanggapi. Jadi obrolan itu terus nyambung.

"Semua masakan mamaku saya pasti suka"

"Apa itu?"

"Banyak sih, Pak. Tapi kalau aku sakit mama pasti buatin saya bubur sumsum atau bubur memek."

Amanda teringat tidak seharusnya dia menyebutkan nama bubur yang terakhir itu. Tapi itu beneran nama buburnya, lho.

"Maaf untuk bubur yang terahir tadi, nama buburnya memang tidak sopan,” tukas Amanda menimpali ucapannya sendiri.

"Kau dari Aceh?" tanya Purwa. 

Dia sebenarnya tidak mempersoalkan nama bubur itu. Justru karena bubur itu dia teringat seseorang. Sekarang ada gadis yang mirip dengan seseorang itu dan menyebutkan bubur yang juga kesukaanya. Purwa menatap Amanda lekat-lekat.

"Ah, bukan Pak. Saya tinggal bersama mamaku di Kota Batu - Jawa Timur," ujar Amanda.

Pasti Purwa bertanya seperti itu karena memang bubur itu asalnya dari Aceh. Keluarga mamanya memang berasal dari Aceh, sayangnya tinggal kenangan karena semuanya lenyap setelah musibah tsunami itu. Bahkan Amanda sendiri tidak pernah mengenal mereka lantaran dia belum lahir.

"Dulu aku juga suka sekali dengan dua bubur itu."

Purwa menatap Amanda kemudian tertunduk karena terkenang wanita yang sangat dicintainya. Dia belum move on dari bayangan istrinya. Karena itu dia sangat senang bisa berlama-lama mengobrol dengan Amanda, seolah melihat istrinya hidup kembali di wajah gadis itu.

"Benarkah, Pak?"

"Ya, sampe sekarang pun suka. Tapi karena tidak ada lagi yang membuatkannya jadi sudah tidak pernah makan lagi," Purwa lekas kembali pada obrolan dan menyingkirkan bayangan istrinya.

"Oh, nanti kapan-kapan kalau saya buat bubur itu, Pak Purwa bisa coba kok!"

Amanda kemudian menyesali ucapannya, karena dengan begitu akan ada kemungkinan  lebih sering mengobrol lagi. Tapi sebenarnya tidak mengapa, pria ini kelihatannya baik.

Wisnu datang menghampiri mereka ke kantin. Begitu tiba dikantor tadi dia sebenarnya sudah mencari keberadaan Purwa tapi karena sekretarisnya menyampaikan ada beberapa dokumen yang perlu tanda tangan ahirnya dia selesaikan dulu kerjaannya.

Amanda sudah melihat kehadiran Wisnu yang berjalan ke arah mereka. Teringat peristiwa semalam yang jujur membuatnya sulit memejamkan matanya. Dia sengaja tidak menceritakan hal itu pada Lesti karena pasti dia akan marah besar padanya. Bagaimana bisa seorang Presiden Direktur yang membawai beberapa perusahaan besar harus mengerjakan pekerjaan seorang OB? Itu pasti jadi pembicaraan yang tidak pantas terlebih jika diketahui karyawan lain.

Pria itu semakin mendekat dan Amanda bisa merasakan degupan jantungnya yang bertambah cepat. Ya Tuhan, dia berjalan lebih dekat. Please, berhenti di sana dan jangan mendekat lagi! Bisa-bisa jantungnya copot. 

"Ternyata om disini?"

Suara itu terdengar dan Wisnu sudah berdiri di samping meja mereka.

"Saya pamit dulu," Amanda bangkit namun Purwa tidak menghendakinya.

"Tidak-tidak, kenapa kau harus pergi? Duduklah lagi, kita lanjutin mengobrolnya," ujar Purwa menyuruh Amanda duduk lagi. "Dan kau, kalau mau duduk, duduk saja. Jangan buat Amanda ketakutan!" Purwa berkata manis pada Amanda namun dingin pada keponakannya itu.

"Maaf pak, saya harus kembali bekerja, sudah masuk jam kerja lagi" Amanda masih ingin pergi. Asli, dia grogi sekali ada di dekat Wisnu. Dia takut akan bersikap memalukan jika terus ada disini

"Ya, pergilah!" tukas Wisnu membiarkan Amanda pergi. Sementara Purwa tampak sebal.

Wisnu tak peduli dengan pamannya yang sedang sebal itu kemudian dia duduk disampingnya.

"Dia terlalu muda untuk om, usianya mungkin 24-25 tahun bahkan lebih muda, itu terpaut jauh sekali dengan usia Om. Dan lagi, aku keberatan jika harus memanggilnya tante,'' Wisnu mencandai Purwa dan pria itu mendelik mendengarnya.

"Anak kurang ajar! Apa kau pikir aku sedang mencari calon istri? Aku justru sedang mencoba membantumu mencari pasangan. Biar saat aku kritis aku tak harus berjuang lagi untuk sembuh karena ingat kamu belum menikah."

"Huh, kok itu lagi yang dibahas?"

Wisnu memijit keningnya karena hal itu. Tidak tanggung-tanggung, saking kebeletnya pria ini ingin punya mantu sampai-sampai harus mendekati seorang OG untuknya. Dipikir dirinya tidak bisa cari wanita apa? Kalau dia mau dia bisa saja menikah hari ini juga. Tidak kurang wanita yang mengidolakannya.

Komen (3)
goodnovel comment avatar
silvia Rosalinda
sekalian om cariin jodoh buat sy jg.. hehehe.....
goodnovel comment avatar
Fransisko Vitalis
bos punya om yg baik...carikan jodoh utk ponakannya..
goodnovel comment avatar
Nova Hari Saputro
jadi penasaran sama bubur memek?
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status