Share

Office Girl Cantik

Penulis: Kafkaika
last update Terakhir Diperbarui: 2023-01-31 15:21:32

Amanda menatap Lesti seolah memikirkan sesuatu. Setelah menimbang-nimbang, ia pun memutuskan untuk ikut bekerja saja bersama Lesti.

"Tolong bantu aku biar jadi OG beneran di sini. Aku lagi miskin karena tabuganku kupakai DP dan sekarang sedang tidak punya kerjaan, kuliahku di skorsing dan--papa sepertinya berhenti kerja."

Amanda menjabarkan semua penderitaannya yang bertubi-tubi itu agar Lesti tak menolak permintaannya.

Lesti jadi terperangah dengan masalah masalah Amanda dan tak bisa berkomentar apapun.

"Baiklah, aku coba minta tolong Dion. Tapi kamu yakin mau kerja begini? Berat lho, kamu kan gak pernah kerja berat. Belum lagi kalau Tante Moana atau Om Dirja tahu, mereka pasti marah!"

"Jangan sembarangan kamu Les. Kamu pikir aku ini putri raja yang gak pernah kerjain hal begini doang? Masalah mama dan papa yang penting kamu gak laporan mereka gak bakal tahu kok!"

"Jadi model saja lah kamu, enak kan sekali potret bisa puluhan juta," saran Lesti karena tidak yakin temannya itu bisa kerja jadi office girl.

"Ogah ah, trauma aku!"

Lesti ingat Amanda pernah diminta pemotretan untuk produk pakaian dalam. Oleh manajernya dia diminta membesarkan bagian depan tubuhnya agar lebih bagus hasilnya. Mau tak mau karena sudah tanda tangan kontrak dia pun melakukannya. Ketika pemotretan, Amanda justru kabur karena ada kru yang ingin melecehkannya.

"Sudah harus kembaliin honor, didenda lagi karena batalin kontrak. Rugi aku!" Amanda sebal mengenang saat itu.

"Tapi ada hasilnya kok." Lesti menggerakan dagunya ke arah dada Amanda. Gadis itu spontan menangkupkan kedua tangannya di depan dada. Lesti hanya tertawa tergelak.

"Kurang ajar kamu!" degus Amanda hingga teringat candaan dosen pembimbingnya. Dengan konyol dia melirik ke dadanya. Masih standar kok, gak besar besar amat. Pikirnya.

***

Pria paruh baya  itu turun dari mobil tanpa menunggu supirnya membukakan pintu mobil. Pria itu adalah Apurwa Dinata. Dia punya nama belakang seperti nama perusahaan yang dia datangi itu. Dinata Group Company. Salah satu perusahaan keluarga terbesar di Indonesia.

Beberapa bulan yang lalu dialah pimpinan tertinggi perusahaan keluarganya ini, namun karena kesehatan akhirnya dia putuskan untuk menyerahkan sepenuhnya perusahaan ini pada keponakannya, Wisnu Hendrawan Dinata. Putra dari saudara kembarnya yang sudah meninggal beberapa tahun yang lalu.

"Pak, hati-hati!" Ujang mengejar tuannya. Dia  membuka payung untuk melindungi Purwa dari terik mentari. Namun harus berhenti karena Purwa menatapnya marah.

"Berhenti bersikap bodoh dan aku bukan manula yang harus terus dibimbing saat jalan. Aku bisa sendiri, Ujang!"

Beberapa satpam datang menyambut kehadiran pria itu dengan sangat sopan, bahkan salah satu diantara mereka menawarkan lengannya jika saja pria itu akan naik tangga memasuki gedung kantor. Tentu saja hal itu membuatnya bertambah kesal.

"Di mana anak kurang ajar itu? Apa dia sudah menganggapku buntung, tak bisa melakukan apa-apa sampai meminta semua orang memperlakukanku seperti ini?"

Purwa kemudian berjalan masuk dan memberi isyarat pada orang-orang yang menghadangnya tadi untuk membiarkannya sendiri. Termasuk Ujang asistennya. Dia tak sabar menunggu lift yang belum terbuka hingga berjalan ke arah tangga dan memutuskan menaiki tangga. Ototnya kaku karena kelamaan makan dan tidur di rumah, dia pikir mungkin ini akan membuatnya lebih baik.

Kakinya slip saat sudah menaiki beberapa anak tangga. Untung seseorang dengan sigap menahannya.

"Bapak tidak apa-apa?" tanya Amanda pada Purwa.

Awalnya Purwa masih mempertahankan ekspresi dinginnya dan ingin menolak bantuan lanjut gadis itu. Namun saat melihat wajah Amanda, Purwa terhenyak. Seolah wajah itu menggiringnya ke masa lalunya. 

"Siapa namamu?" Purwa menatap lekat wajah itu yang sekilas terasa familiar.

"Amanda pak, saya office girl baru disini," Amanda tersenyum mengenalkan diri.

"Oh, Amanda. Terima kasih untuk tadi. Jika tidak ada kamu aku pasti sudah terjatuh," ucap Purwa.

Menatap gadis itu Purwa heran, tubuhnya kecil bagaimana tadi dia kuat menahannya yang hampir jatuh.

"Bapak mau ke lantai berapa? Biar saya bantu naik lift."

Amanda menawarkan diri karena melihat pria yang ditolongnya tadi sedikit bermasalah dengan geraknya. 

"Oh, sudahlah. Lupakan saja, aku tadi hanya ingin menghajar anak kurang ajar itu. Tapi biarlah, dia mungkin masih repot," ujar Purwa membuat Amanda bertanya-tanya siapa anak kurang ajar yang dimaksud. Apa anaknya ada yang kerja di sini atau orang lain yang sudah berulah dengannya?

Anak kurang ajar yang disebutkan Purwa itu masih meeting dengan dewan direksinya. Tak tahu menahu tentang kedatangannya. Begitu asistennya memberitahu tentang kejadian Purwa yang hampir jatuh di tangga tadi, Wisnu langsung menyingkat rapatnya dan terburu-buru menghampiri Purwa yang ternyata asyik bercengkrama dengan seorang ofiice girl cantik. 

'Orangtua genit!' batin Wisnu.

"Om? Harusnya bilang kalau datang, aku bisa jemput," ujar Wisnu mendekati Purwa.

Amanda bangkit dan memohon diri. Dia menunduk sopan saat melewati Wisnu dan berlalu. Wisnu hanya meliriknya sesaat dan teringat itu gadis pengantar kopi pahit.

"Office girl itu cantik," ujar Purwa masih menatap kepergian Amanda sampai menghilang di balik tembok.

"Om masih bisa melihat gadis cantik juga?" Wisnu menggoda Purwa kemudian duduk disampingnya.

"Tadinya aku mau marah-marah sama kamu, tapi setelah bicara dengan gadis itu aku jadi lupa."

"Memang Om marah kenapa lagi?"

"Bilang hanya pergi sehari, nyatanya hampir seminggu tidak pulang, apa kau anggap aku sudah meninggal?" Mendadak ingat lagi apa yang membuatnya marah.

Wisnu menyesal harusnya tadi tidak mengungkit perihal alasan marahnya.

"Ada hal mendesak di Singapura yang tidak bisa aku tinggal begitu saja," tukas Wisnu mejelaskan.

Purwa hendak bangkit dan Wisnu pun mencoba membantunya berdiri namun ditolak mentah-mentah.

"Aku bisa sendiri!"

"Astaga, tadi mau dibantu gadis itu? Ada apa dengan bantuanku?" Wisnu menggeleng karena ulah Purwa yang masih keras kepala ini. Merasa masih sehat dan tak mau dibantu orang lain.

"Bagaimana menurutmu office girl tadi?"

Wisnu melirik Purwa dan heran mengapa masih terus membahas office girl itu. Gadis itu memang cantik.  Kemarin Roy sampai terkesan dan sekarang Om nya juga berlaku sama.

"Udah tua masih genit saja!" goda Wisnu.

"Genit kepalamu! Kamu yang harusnya tanya pada dirimu masih normal tidak?"

"Normal apanya?"

"Gadis itu menurutmu cantik tidak?"

"Cantik itu relatif, Om"

"Berarti kamu memang tidak normal"

Wisnu terbelalak dibilang tidak normal hanya karena hal sepele itu. 

"Aku bangkit dari penyakitku karena hanya ingin memastikanmu menikah dulu!"

"Terus apa hubungannya dengan gadis itu?"

Kedua om dan ponakan itu masuk ke dalam lift dan menghilang bersama perdebatan kecil mereka.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Fransisko Vitalis
ponakan om tidak normal
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • MENJADI ISTRI KEPONAKAN MAMAKU   Pada Akhirnya...

    Annisa banyak salah dan dosa pada Amanda. Anak itu sejak pertama sudah dibuat tidak menyukainya. Sekarang apa dia bisa begitu saja memaafkannya dan membiarkan papanya menyetujui hubungan mereka? Pundaknya mulai turun dan dia merasa tidak mungkin Amanda rela membiarkan Dirja menikah dengannya. Dia kembali melihat sosok Dirja yang masih dengan sabar mendengarkan kata-kata putrinya. Jikapun pria itu diminta memilih dia atau putrinya, sudah bisa dipastikan Dirja akan memilih putrinya daripada Annisa. Karma itu memang ada. Dulu dia sangat membenci Amanda dan selalu berusaha membuatnya terluka. Sekarang, di saat dirinya sudah sangat yakin bahwa hanya pria yang baik dan penuh perhatian itulah yang bisa menerima semua kekurangannya dan sanggup menjadi imamnya dalam mengarungi kehidupan barunya, dia harus juga dibenci oleh Amanda. “Ya sudahlah, mungkin ini hukmuna dari tuhan untukmu, Annisa!” gumam Annisa pada dirinya sendiri sambil mengusap air mata di sudut matanya. “Kalau Papa memang men

  • MENJADI ISTRI KEPONAKAN MAMAKU   Menunggu Keputusan (2)

    Amanda tidak bisa memejamkan matanya mengingat apa yang sudah di sampaikan Wisnu padanya tadi sore. Dia ingin menelpon mamanya, namun sudah larut malam waktu Milan. Artinya di Jakarta saat ini menjelang subuh. Tentu dia harus bersabar menunggu pagi agar bisa menghubungi mamanya.Keresahan Amanda tentu bisa dirasakan Wisnu karena beberapa kali harus mengganti posisi tidurnya. “Kau tidak bisa tidur?” tanyanya.“Oh, Maaf! Aku pasti mengganggu tidur, Mas Wisnu” ucap Amanda sedih.“Mana yang tidak nyaman, biar aku usap.” Wisnu memeriksa Amanda. Lalu dengan lembut dia mengusap punggung Amanda agar membuatnya lebih nyaman. “Katanya besok mau belanja di Galerria, tapi selarut ini kau belum tidur juga?”“Aku terus kepikiran papa, Mas!”“Kenapa?”Amanda tidak menyahut, Wisnu pasti juga tahu apa yang sedang dipikirkannya. Kemudian Wisnu mendekatkan tubuhnya dan memeluk Amanda. “Ya sudah jangan dipikirkan dulu, nanti malah bikin kamu stress. Gak bagus kan buat perkembangan baby kita!”“Papa itu s

  • MENJADI ISTRI KEPONAKAN MAMAKU   Menunggu Keputusan

    Dirja sebenarnya juga akan memberikan kejutan pada putri dan menantunya itu tentang rencana mengakhiri masa sendirinya. Tapi dia juga dibuat kecewa lantaran Wisnu dan Amanda tidak di rumah.Dia sudah memikirkan betul keputusannya. Beberapa bulan dekat dengan Annisa dan merasa wanita itu sepertinya memiliki hati untuknya, Dirja kemudian memikirkan pendapat Marina dan Moana agar dirinya menikah lagi. Jika dulu dia masih betah sendiri karena menghargai perasaan Moana dan Amanda, sekarang semuanya sudah berjalan baik. Moana sudah menikah lagi, dan putrinya bahkan sebentar lagi akan memberinya cucu. Tidak ada alasan baginya untuk sendiri terus.Mirzha tentu sudah mengenal Dirja sebagai ayah Amanda karena datang dan berbincang langsung dengan Dirja saat pernikahan Wisnu. Mirzha mengakui Dirja memang sosok yang matang dan juga mapan. Tentu itu adalah hal yang penting untuk putrinya yang bisa dibilang terkadang labil itu. Annisa memang membutuhkan sosok yang dewasa, matang dan bisa membimbi

  • MENJADI ISTRI KEPONAKAN MAMAKU   Kejutan Yang Gagal

    Amanda menjadi sedih karena Wisnu menolak keinginanya. Suasana hatinya mulai buruk dan dia bangkit sambil mendorong beberapa map hingga jatuh berserakan ke lantai. Dengan langkah kasar keluar dari ruang kerja Wisnu.Wisnu menghela napas dan menutup laptopnya. Lalu bergegas membuntuti istrinya yang sedang ngambek.Pintu kamar tertutup dengan kasar.“Sayang, kondisimu masih lemah, aku takut malah menyakitimu dan baby kita,” Wisnu mencoba menjelaskan meski pintu tertutup.“Iya, aku udah jelek, gendut, Mas Wisnu udah gak bergairah lagi!” Amanda berteriak sebal.“Ya udah, buka dulu! Gak enak kan di dengar orang ngobrol sambil teriak-teriak.”“Gak mau! Udah sana pergi ke kantor, ketemu sama cewek-cewek cantik, gak usah mikirin wanita yang gendut dan jelek ini!”“Siapa yang gendut dan jelek? Kamu cantik kok!”Sesaat tidak terdengar suara dari dalam. Wisnu berpikir Amanda akan membukakan pintu untuknya. Pintu memang terbuka, tapi karena Amanda ingin melepar bantal dan selimut.“Tidur saja di

  • MENJADI ISTRI KEPONAKAN MAMAKU   Hamil Kembar

    Wisnu sudah datang dan sangat tergesa langsung menuju kamar untuk bisa melihat kondisi istrinya. Saat masuk kamar, Marina mengingatkan Wisnu untuk membersihkan diri dulu. Banyak virus di tempat umum, tidak baik untuk ibu hamil.Amanda sebenarnya menolak pergi ke rumah sakit. Bau disinfektan sangat membuatnya pusing. Bisa-bisa dia malah muntah-muntah hebat lagi. Tapi melihat kondisi istrinya yang lemas, Wisnu tidak mau ambil resiko. Dia langsung menggendongnya ke mobil dan meminta Abduh menyupir ke rumah sakit.Setelah dipasang infus, Amanda mulai terlihat segar lagi. Dia mungkin saja mengalami dehidrasi karena banyak cairan yang keluar tapi tidak bisa memasukan makanan atau minuman ke dalam tubuhnya. Wisnu nampak sangat cemas.“Masih istirahat, Bu Amanda?” tanya dokter Ririn, spesialis obgyn, yang diminta Wisnu menjadi dokter pribadi istrinya.“Apa ada masalah dengan kehamilannya, dokter? Kenapa dia mengalami mual dan muntah yang hebat?” Wisnu tak sabar menanyakan tentang kesehatan is

  • MENJADI ISTRI KEPONAKAN MAMAKU   Setelah Sebulan

    Abim menemani Wisnu mengunjungi kantor perusahaan di Surabaya. Dia bertemu Annisa yang sedang mengerjakan sesuatu di ruangannya. Lalu Abim memberanikan diri menghampirinya.“Eh, Abim! Kok tiba-tiba Ke Surabaya?” Annisa sedikit terkejut melihat Abim.“Ada sedikit urusan, kau betah pindah kerja di sini?” Abim senang melihat Annisa yang terlihat ramah itu. Sama seperti dulu saat pertama dia kerja di kantor Jakarta.Mereka sudah duduk dan menikmati minuman sambil berbincang-bincang.“Apa kabar Naira?” tanya Annisa.“Baik,” jawab Abim.“Kau tampak lebih bahagia di sini?”“Ya iyalah, kerjaan di sini tidak seruwet di Jakarta. Lagi pula Pak Dirja baik sekali. Aku jadi betah kerja di Surabaya”“Baguslah! Aku senang melihatmu lebih baik!” ucap Abim menatap Annisa dengan tatapan yang sulit dimengerti.“Terima kasih, Abim! Aku minta maaf ya, kalau sering buat kamu sakit hati!”Abim sedikit terkejut mendengar permintaan maaf Annisa. Artinya dia memang serius ingin berubah. Seperti yang dikatakanny

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status