“Kenapa sekarang kamu mendadak pengen tahu tentang kehidupanku di kota?”
Pertanyaan Raya yang sedikit mendesak membuat Raihan sedikit ragu meski kemudian lelaki itu kembali dengan cepat mengembalikan keyakinannya. Sebagai seorang suami Raihan merasa berhak untuk mengetahui latar belakang dari wanita yang sudah dinikahinya.
“Apa aku salah kalau aku ingin tahu latar belakang dari perempuan yang sudah aku nikahi?”
Raihan melontarkan apa yang ada di dalam benaknya.
Raya menjadi termangu memikirkan apa yang sudah dikatakan dari pria yang sudah menikahinya itu. Dimana sebenarnya dalam pernikahan yang normal rasa ingin tahu Raihan itu adalah sesuatu yang wajar, apalagi Raya telah cukup tahu tentang kehidupan keluarga dari sosok yang kini berstatus sebagai suaminya, dan memang sudah seharusnya Raya bisa menceritakan juga tentang dirinya pada Raihan.
Raya kemudian
Raya langsung bergerak gelisah saat menyadari dirinya sedang memeluk sang suami. Bahkan batas yang sebelumnya sudah dia ciptakan telah bergeser, dan guling itu sendiri entah berada di mana sekarang.Saat menyadari adanya pergerakan, Raihan yang awalnya masih terlelap ikut membuka mata.Mereka berdua kemudian mulai saling menatap meski tanpa mengubah posisi. Sampai akhirnya Raya mulai melepaskan dekapannya, yang membuat Raihan berdehem gelisah. Sepanjang malam dia berusaha keras untuk menahan diri, dan pagi ini godaan itu terasa sangat menyiksa untuk pria normal seperti dirinya.“Ini sudah subuh, apa kamu tidak ke mushola,” ucap Raya dengan suaranya yang serak mengiringi sikapnya yang menjadi serba canggung.Raihan segera bangkit dan menjadi sangat rikuh.“Iya, aku agak terlambat bangun ini.”Setelahnya pria itu langsung keluar dari kam
Cepat-cepat Raya menutupi tubuhnya dengan jubah mandi, saat mendapati sang suami mendadak masuk ke dalam kamar.Raya ternyata tak mendengar suara Raihan tadi saat sebelum masuk yang sempat memanggilnya.“Ish, kamu kalau mau masuk itu bilang-bilang.”Raihan yang segera memalingkan wajahnya berusaha melerai debaran dadanya.“Maaf Dik, aku tadi udah manggil kamu, aku beneran nggak tahu kalau ....”“Udah, aku mau mandi dulu sekarang.”Dengan sangat rikuh Raya langsung berjalan menuju kamar mandi, menjadi sangat terlalu malu dengan apa yang terjadi tadi. Meski sekilas Raya sangat yakin jika pria yang sudah menikahinya itu telah melihat tubuh polosnya.Setelah mandi dan berganti pakaian, Raya segera menghampiri suaminya yang sudah menunggu di depan, karena memang rencananya mereka akan mengantar kue apem dan
Raya termangu saat mendengar permintaan sang suami.Seharusnya itu adalah permintaan yang wajar, namun bagi Raya yang masih terlalu bingung dengan perubahan yang terlalu drastis di dalam hidupnya saat ini membuatnya tak bisa menelaah apapun.Bahkan dia terlalu ragu untuk memberikan jawaban atas permintaan Raihan saat pria itu dengan terang-terangan meminta untuk tetap bertahan bersamanya.Mendapati tatapan Raya yang gamang, Raihan segera melerai suasana yang mendadak tegang dengan kekehan ringannya.“Hah ini sudah siang, bentar lagi pasti dhuhur, ayo Dik kita pulang,” ajak Raihan berusaha mencairkan suasana.Raya membalas dengan kekehan yang sama meski sikapnya kemudian menjadi sangat rikuh. Entah mengapa di depan seorang Raihan yang sederhana namun sangat bersahaja itu, Raya seakan mati gaya, padahal dulu dia selalu mudah menaklukkan lawan jenisnya. Tap
“Tunggu ...!” Raihan dengan terpaksa menahan langkah kakinya sembari perlahan menoleh ke belakang demi memenuhi panggilan dari saudara sepupunya yang sejak dulu selalu saja berusaha untuk menarik perhatian dirinya. Melihat perhatian Raihan kembali tertuju padanya Ida langsung menghampiri dengan antusias. Sebaliknya Raya kembali mengunggah kekesalannya meski gadis itu berusaha menahan diri untuk saat ini. “Mas, aku ada oleh-oleh buat Mas, besok akan aku antar ke rumah ya.” Ida masih saja menampakkan usahanya untuk mendekati sang sepupu yang sejak lama sudah diincarnya. Wanita muda yang beberapa waktu ini menjalani studinya di kota itu, baru kembali dan berencana akan melewati bulan puasa di kampung, memang biasanya Ida akan menyiapkan oleh-oleh untuk saudara sepupunya yang tampan, setiap kali dia datang. Mendengar ucapan Ida
Raya menjadi kaget saat mendapati sang suami masuk ke dalam kamar, ketika dirinya sedang asyik mencoba beberapa pakaian miliknya yang sudah lama tak dia pakai. Gaun-gaun miliknya yang dulu sering dia pakai buat nongkrong di mall, atau pergi ke cafe. Tentu saja sekarang semua pakaian itu tak bisa dia pakai di luar yang hanya akan semakin memantik omongan tentang dirinya yang sudah dianggap sebagai perempuan yang tidak benar.“Dik, kamu pakai pakaian apa itu?” sergah Raihan memekik tertahan dengan manik matanya semakin melebar karena pakaian Raya yang serba terbuka bahkan terlalu pendek yang membuat kaki jenjangnya terpampang lugas.Jantung Raihan sudah berdetak gelisah saat mendapati penampilan sangat istri yang terlalu mengundang seperti itu. Sebagai seseorang yang selalu menjaga pandangan apa yang dia lihat sekarang menjadi sangat menggusarkan dirinya.Untungnya Raya adalah wanita yang sudah di
Fokus pandangan Raihan hanya tertuju pada gumpalan daging lembut yang tampak basah dan merekah. Hasratnya merangkak naik yang membuatnya tak lagi bisa menahan diri lagi. Hingga sebuah dorongan semakin mendesaknya untuk menempelkan bibirnya pada bibir lembut sang istri yang berwarna pink merona itu.Segera rasa manis menjalar di inderanya, mencecap kelembutan bibir yang terasa basah saat dia pagut. Raihan terhanyut dengan nuansa romansa yang tercipta di antara mereka, terlebih saat dia mendapati sikap pasrah sang istri, seakan menerima dengan rela segala yang dia lakukan.Untuk pertama kalinya Raihan merasakan bagaimana manisnya sebuah ciuman yang segera membuatnya terbuai serasa tubuhnya teraliri listrik ribuan volt. Dirinya bergetar dengan dorongan semakin kuat ingin mendapatkan yang lebih dan lebih.Keberaniannya begitu mudah muncul ketika melihat penerimaan Raya yang tampak semakin pasrah.Tapi se
“Ida.” Raihan memberikan sapaan pada sang sepupu yang sontak disambut dengan senyuman menggoda oleh Ida yang selalu saja berusaha untuk menarik perhatian lelaki itu.Raya segera menatapnya dengan jengah melihat suaminya didekati oleh wanita yang sok merasa cantik itu.“Ada apa Da?” tanya Raihan kemudian sembari memandang gelisah pada sang istri saat mendapati Ida semakin merangsek mendekat.Raya tentu saja langsung bisa menduga jika perempuan itu memang berniat untuk menggoda sang suami. Raya menatap geram sembari mengepalkan tangan. Gadis itu malah disusupi kecemburuan melihat Raihan didekati oleh wanita lain, padahal selama ini mereka bahkan masih belum menjadi pasangan suami istri normal. Raya masih mempertanyakan banyak hal untuk sekedar bisa menerima takdirnya saat ini, menjadi istri seorang Raihan, yang hanya seorang ustadz kampung.“Mas, kemarin aku kan udah bilan
“Mas, menurutmu apa yang bisa aku lakukan untuk membersihkan nama baik kamu lagi?”Nyatanya Raihan tak bisa menjawab pertanyaan dari istrinya. Lelaki itu hanya bisa diam dan kembali menarik nafas dalam.Hati Raya menjadi semakin gundah, karena keberadaannya malah membuat susah dari pria yang sesungguhnya telah banyak menolongnya itu.Gadis itu segera bertekad di dalam hati untuk bisa melakukan sesuatu yang dapat meringankan kesusahan suaminya.“Eh sudah mulai masuk waktu isya’, ayo bersiap Di, kamu ringkas meja lipat ini dan Alqur’annya, aku akan bersiap untuk adzan.”Raihan segera mengkahiri percakapan itu demi bisa menghentikan segala gundah yang sempat dia tangkap dari wajah sang istri. Sungguh Raihan tak ingin membuat pikiran sang istri terbebani.Raya segera ikut bersiap dengan memperbarui wudlunya sebelum ikut mengenakan mukenanya kembali.***Setelah menimbang dengan baik, Raya dengan yakin baru mengungkapkan rencananya kepada sang suami.“Mas, aku punya rencana untuk menarik a