Sebenarnya aku masih menutup tubuh depanku dengan selimut, jadi bagian penting tubuhku tidak terlihat. Akan tetapi, wajah Karl sangat memerah sambil menutup wajahnya ketika mengatakan hal seperti itu, tadi. Steein juga memalingkan wajahnya dan melihat ke samping. Aku jadi merasa bersalah karena mereka seperti itu.
“Maaf ... Tapi, aku tidak punya baju di sini,” ucapku dengan nada pelan.
Mungkin Karl dan Steein lupa fakta bahwa aku sekarang tidak sedang berada di kamarku. Ya, di kamar Raja Edgar sama sekali tidak ada baju yang bisa aku pakai. Walaupun aku bisa memakai kemeja dan celana, namun ukuran badan Raja Edgar yang jauh lebih besar dari badanku pasti akan membuat baju dan celana itu seketika jatuh ke bawah begitu aku pakai.
Jangan tanyakan tentang bajuku semalam. Karena bukan aku yang membukanya, dan setelah aku cari-cari keberadaan baju itu hari ini, aku sama sekali tidak menemukannya. Jadi, aku tidak memiliki sesuatu yang bisa dipakai untuk men
Steein menanyakan hal itu dengan sangat pelan. Ia bahkan seperti tidak sanggup untuk mengucapkan kalimat itu dari mulutnya.Aku juga seperti itu. Walaupun aku sudah bertekad untuk mengungkapkan semua, tapi jantungku tetap saja terkejut dan berdetak lebih keras ketika mendengar pertanyaan itu. Rasanya, kilasan peristiwa yang aku alami terulang kembali dalam ingatanku.Aku menahan napas dan memejamkan mata sebentar untuk membuatku tenang. Aku melihat pergelangan tanganku yang terbuka, dan di sana juga ada cap merah yang ditinggalkan Raja Edgar sebagai bukti tindakannya. Melihat hal itu, aku jadi semakin bertekad untuk menceritakan semuanya.“Benar,” jawabku.Itulah hasil dari tekadku. Rencanaku menceritakan semua, tapi hanya satu kata yang bisa terucap. Selebihnya aku hanya menggertakkan gigiku kuat-kuat untuk menahan agar air mataku tidak menetes lagi.BRAAAK!!“DASAR MANUSIA SIALAN ITU! AKU AKAN MEMBUNUHNYA!!!” teriak
Tubuhku tersentak. Tidak aku sangka semua masalah jadi serunyam itu. Akan tetapi, jalan pikiran dan kesimpulan yang diberikan Marquess Bradley cukup masuk akal. Itu artinya, sedikit banyaknya, cepat atau lambat, akan ada lebih banyak orang yang berpikir seperti itu.Karena aku tenggelam dalam pikiranku selama mempertimbangkan jawaban yang harus aku berikan, suasana di ruangan itu menjadi sangat intens. Jadi, demi kebaikan bersama, sebaiknya aku berkata jujur dan meluruskan fakta ini.“Tidak, Tuan. Saya dan Raja Edgar tidak memiliki hubungan khusus,” jawabku tegas.“Hmm, begitu ya,” balas Marquess. Marquess sepertinya kembali mengatur isi pikirannya mengenai hal ini, karena aku baru saja memberikan informasi.Akan tetapi, ketika keadaan menjadi hening, dan aku menunggu Maequess kembali berbicara, yang memulai percakapan lebih dulu bukanlah Marquess, melainkan Karl.“Apakah kamu menyukai Yang Mulia, Lissa?”
"Lissa...,” ucap Raja Edgar dengan mata berbinar seolah-olah ia terharu karena telah menemukanku.Namun, ketika Raja Edgar turun dari kudanya dan berjalan ke arahku, aku menghentikan langkah Raja Edgar dan berkata, “Berhenti si situ, Yang Mulia. Saya ingin memberikan transaksi kepada Yang Mulia.”Berbeda dengan Marquess yang sabar menantikan rencanaku, Karl dan Steein tampak terkejut karena aku baru saja memberikan perintah kepada Raja Edgar.Walau aku inginnya berbicara dengan jarak yang jauh dengan Raja Edgar, tapi ucapanku tadi tidak berhasil membuat langkah Raja Edgar berhenti. Sambil terus melangkah ke arahku, ia menjawab, “Apa maksudmu?”“Saya akan kembali ke Istana, jika Yang Mulia memberikan saya kebebasan,” ucapku. Aku berupaya untuk berani. Akan tetapi posisi Raja Edgar yang semakin dekat denganku membuat aku menjadi semakin takut. Aku pun mengepalkan tanganku untuk mengurangi getarannya.Mungkin,
Sedikit berbahaya mengatakannya di sini. Naiklah ke atas kuda. Dalam perjalanan, aku akan mengatakannya,” bisik Raja Edgar. Ketika Raja Edgar berbisik, embusan napasnya menggelitik telingaku sehingga bulu kudukku spontan berdiri.Aku tidak yakin apakah syarat itu akan menguntungkanku. Akan tetapi, sekarang aku tidak punya pilihan lain. Aku sudah terlalu lama berada di luar dan melibatkan terlalu banyak orang. Jadi, aku harus menghentikan diskusi yang semakin membuat orang lain menjadi repot. Beberapa dari para pelayan Marquess Bradley juga sudah terlihat terlalu lelah dengan wajah yang mulai memucat karena telah berdiri terlalu lama di malam yang dingin.“Baiklah,” jawabku. Kemudian, aku melangkah ke tempat kuda Raja Edgar berada.Tadi aku tidak merasakannya karena aku berdiri di depan pintu Mansion Marquess Bradley, sehingga kehangatan dari dalam Mansion itu masih terasa di tempat aku berdiri. Akan tetapi, sekarang setelah aku berjalan beberap
Baru saja aku menambahkan berkuda sebagai kegiatan favoritku, kini aku ingin mencabutnya kembali.Berkuda tidak semudah yang dibayangkan. Itu juga tidak terlalu menyenangkan seperti kesan awal. Jika berkuda, maka harus duduk di alas punggung kuda yang keras. Sudah begitu, duduknya bukan dengan cara duduk manis ala wanita bangsawan. Akan tetapi, duduk mengangkang hingga membuat paha dalam terasa sangat sakit. Bahkan, hentakan-hentakan tubuh yang disebabkan oleh langka kaki kuda itu membuat pinggangku sakit. Bahkan, di tengah perjalanan, aku bersandar di dada bidang Raja Edgar dan melimpahkan semua beban tubuhku padanya, karena tulang punggungku tidak sanggup lagi menahan beban tubuhku.Rasanya, selama dua hari berturut-turut aku mendapatkan siksaan fisik yang luar biasa. Dimulai dari tubuhku yang nyeri karena apa yang dilakukan oleh Raja Edgar waktu itu, hingga barusan aku menaiki kuda dengan kondisi tubuh seperti ini. Jika di dunia ini ada salep atau tukang urut, aku i
"Jika Yang Mulia ingin memaksakan kehendak Anda, silakan saja. Maka saya juga akan melakukannya dengan cara saya. Mari kita lihat, cara Yang Mulia dengan cara saya, siapa yang akan lebih dulu membuat keinginan masing-masing terjadi,” ucapku sambil menyeringai.Ada pepatah yang mengatakan bahwa ‘karena nira setitik, rusak susu sebelanga’. Mirip dengan hal itu, orang-orang pasti setuju akan fakta bahwa dibutuhkan sedikit waktu untuk seseorang untuk jatuh, dibandingkan waktu mereka untuk bangkit kembali.Sesuai dengan istilah-istilah itu, Raja Edgar pasti mengerti maksud ucapanku, bahwa aku tidak akan menggunakan cara yang baik untuk memaksakan kehendakku terwujud. Apalagi setelah aku ada mengungkit tentang kematian sebelumnya. Aku bisa melihat ekspresi wajah Raja Edgar yang ketakutan. Itu adalah tanda kemenangan mutlak untukku.“Baiklah, kamu memang tidak bisa dikalahkan mengenai strategi. Jadi, aku akan mengalah kali ini,” ucap Raja
"Tentu saja aku siap, Tuan Bradley,” balasku dengan percaya diri.Di tengah keceriaan aku dan Marquess Bradley, ekspresi wajah Karl dan Steein terlihat tidak terlalu baik.“Apakah kamu benar-benar baik-baik saja, Lissa?” tanya Karl dengan kerutan dahi di wajahnya yang biasa ia tunjukkan jika ia merasa gelisah dan khawatir.“Tentu saja aku baik-baik saja, Karl. Jangan khawatir,” balasku.“Ya, ampun Tuan Duke Kesar, kendalikan dirimu. Sekalipun kamu menyukai Nyonya Anette, tidak seharusnya kamu khawatir berlebihan dan menunjukkan sisi lemahmu di saat-saat yang penting seperti ini,” cetus Marquess Bradley yang bermaksud menggoda putranya itu.Wajah Karl spontan memerah karena ucapan terus terang itu, sementara aku hanya tertunduk malu.“Duduklah, Lissa,” ucap Steein sambil menarik kursi di sebelahnya.Aku baru tersadar kalau dari tadi aku dengan tidak sopan berbicara panjang lebar sam
“Ahh, Halo ... Ternyata semuanya sudah ada di sini,” ucap Rissa sambil menyelipkan rambut di balik daun telinganya.Aku hampir saja tertawa karena melihat sikap manis dan nada bicara Rissa yang ramah itu. Padahal jelas sekali tadi mata Rissa sempat berkerut begitu ia melihat sosok diriku di ruangan rapat ini.“Aku ada mendengar kabar bahwa kalian sedang membicarakan sesuatu yang penting. Apakah boleh, aku yang bukan bangsawan, ikut dalam rapat ini? Karena aku merasa bahwa topik rapat kali ini berkaitan denganku,” lanjut Lissa.“Jelas boleh, Saintess. Jika Saintess tidak sibuk, kami sangat senang jika Saintess ikut dalam rapat,” ucap para bangsawan itu secara bersusulan.Lissa kemudian duduk di bangku kosong yang ditarik oleh slah satu bangsawan. Setelah ia duduk, ia melihat ke arahku sehingga tatapan kami bertemu. Sepertinya Rissa ingin menunjukkan bahwa ia adalah orang yang sangat dihargai dan mendapat perlakuan spesia