Share

BAB 3

Author: Nadianad
last update Huling Na-update: 2025-02-11 20:00:05

Liora masih terbaring di ranjangnya, pikirannya penuh dengan kata-kata pelayan tadi. Ratu Carolline. Wanita itu bisa mengubah seorang raja yang kejam. Namun, apa hubungannya dengan dirinya? Ia hanya seorang gadis biasa yang kehilangan segalanya.

Ia menarik napas dalam, menatap langit-langit kayu ruangan itu. Tubuhnya masih lemah akibat kehilangan banyak darah, tapi pikirannya tidak bisa diam. Apa sebenarnya yang mereka inginkan dariku? Mengapa semua orang berbicara seolah aku memiliki peran penting dalam kerajaan ini?

Pintu ruangan tiba-tiba terbuka. Seorang pria tua dengan jubah panjang memasuki ruangan dengan langkah mantap. Wajahnya penuh keriput, namun matanya tajam seperti mata elang yang mengamati mangsanya. Liora mengenal pria ini. Perdana Menteri Godric. Ia adalah penasihat utama Raja Mark, pria paling berpengaruh di istana selain keluarga kerajaan.

Tanpa basa-basi, Godric berbicara. "Kau gadis yang membuat keributan itu?" suaranya berat, penuh wibawa.

Liora hanya menatapnya dingin, tak berniat menjawab.

"Menarik," gumam Godric, lalu ia berjalan mendekat, tangannya bersedekap. "Kau tahu, banyak orang di kerajaan ini yang menginginkan tahta. Banyak yang ingin menggulingkan Raja Mark. Dan tentu saja, Pangeran Elgard adalah pewaris yang tidak disukai banyak orang."

Liora menyipitkan matanya. "Apa yang kau inginkan dariku?"

Godric tersenyum kecil, seolah menguji reaksinya. "Aku ingin tahu, apakah kau memiliki ambisi?"

Liora mengernyit. Ambisi? Satu-satunya yang kuinginkan hanyalah membalas dendam.

"Aku tidak tertarik pada kerajaan ini," katanya tegas.

Godric tertawa kecil. "Itulah yang membuatmu menarik. Kau bukan orang yang bisa dipermainkan, dan justru itu yang membuatmu berbahaya."

Ia mendekat, menatap Liora secara terus-menerus. "Kau pikir Pangeran Elgard benar-benar tidak peduli padamu? Gadis yang berani mencoba bunuh diri hanya untuk keluar dari cengkeramannya? Tidak, Liora. Kau telah menarik perhatiannya. Dan ketika seorang pangeran tertarik pada sesuatu, itu berarti kau bisa menjadi alat atau ancaman."

Liora mengepalkan tangannya. "Aku tidak akan menjadi alat siapa pun."

"Bagus," Godric tersenyum tipis. "Lalu, bagaimana kalau kau menjadi ancaman?"

Liora terdiam.

"Kau mungkin menganggap Elgard sebagai monster," lanjutnya, "tapi tahukah kau? Ada monster yang lebih besar di istana ini. Raja Mark sudah tua, dan banyak pihak menginginkan tahtanya. Para bangsawan, saudara tirinya, bahkan beberapa jenderalnya sendiri. Jika kau cukup cerdas, kau bisa menggunakan keadaan ini untuk sesuatu yang lebih besar daripada sekadar balas dendam."

Liora masih tidak mengerti sepenuhnya. Tapi satu hal yang pasti— ia bukan satu-satunya orang yang membenci keluarga kerajaan ini.

Godric berjalan menuju pintu, lalu menoleh sekali lagi. "Aku akan menunggumu membuat keputusan, Liora. Apakah kau hanya ingin menjadi korban, atau seseorang yang bisa mengubah takdir?"

Pintu tertutup. Liora menggenggam selimutnya erat. Untuk pertama kalinya, ia sadar bahwa ada lebih banyak permainan yang terjadi di istana ini.

Dan mungkin, hanya mungkin, ia bisa memainkan perannya sendiri.

---

Istana yang Penuh Pengkhianatan

Dua hari berlalu sejak percakapan Liora dengan Perdana Menteri Godric. Tubuhnya mulai pulih, tetapi pikirannya tetap berputar dengan segala informasi yang baru ia ketahui.

Malam ini, ia tidak di kurung di penjara bawah tanah, melainkan di sebuah kamar kecil yang jauh lebih layak. Mungkin Elgard telah memerintahkan pemindahannya, atau mungkin ini bagian dari rencana yang lebih besar.

Saat Liora tengah termenung, pintu kembali terbuka. Kali ini, seorang pelayan pria memasuki ruangan, membungkuk hormat.

"Yang Mulia Pangeran Mike ingin bertemu dengan Anda," katanya.

Liora menegang. Pangeran Mike? Saudara tiri Elgard?

Pangeran Mike terkenal sebagai seorang pria yang ambisius. Berbeda dengan Elgard yang dikenal kejam, Mike lebih licik. Ia dikenal sebagai orang yang selalu bermain di balik bayangan.

Liora bangkit perlahan, meskipun pikirannya dipenuhi keraguan. Apa lagi yang mereka inginkan dariku?

Saat ia berjalan melewati koridor istana, ia melihat sesuatu yang membuatnya semakin yakin bahwa istana ini penuh dengan kebusukan. Para bangsawan berbicara dalam bisikan, para pelayan menghindari kontak mata, dan para prajurit berdiri kaku, seolah takut akan sesuatu.

Setibanya di aula, Pangeran Mike sudah menunggunya dengan senyum misterius di wajahnya.

"Liora," katanya, suaranya lembut tetapi menusuk. "Aku mendengar banyak hal tentangmu."

Liora menatapnya tanpa ekspresi. "Dan aku tidak tertarik pada apa pun yang kau tawarkan."

Mike tertawa kecil, lalu berjalan mendekatinya. "Oh, tapi kau seharusnya tertarik. Karena aku tahu kau membenci Elgard."

Liora terdiam.

"Apa kau tahu, jika Elgard menjadi raja, rakyat akan semakin menderita?" lanjut Mike, nadanya tenang tetapi menusuk. "Tetapi jika aku naik tahta… segalanya akan jauh lebih baik."

Liora mengangkat alisnya. "Apa kau sedang mencoba merekrutku?"

Mike tersenyum. "Aku hanya menawarkan pilihan. Jika kau ingin balas dendam, maka kau butuh sekutu."

Liora menatapnya dalam diam. Sekutu?

"Pertimbangkan ini, Liora" Mike berbisik, "jika kau bergabung denganku, kau akan mendapatkan balas dendam yang kau inginkan. Aku bisa memastikan Elgard tidak akan pernah menyentuhmu lagi. Aku bisa memastikan kau tidak perlu menjadi selirnya."

Liora menatapnya tajam. Ada sesuatu dalam kata-kata Mike yang membuatnya ragu. Apakah ini benar-benar tentang keadilan, atau hanya permainan politik lainnya?

Mike menepuk bahunya pelan. "Aku tidak meminta jawaban sekarang. Tapi ingat ini, istana ini penuh dengan orang yang hanya mencari keuntungan mereka sendiri. Jangan sampai kau dimanfaatkan sebelum kau bisa menggunakan mereka terlebih dahulu."

Ia berbalik dan berjalan pergi, meninggalkan Liora dengan pikirannya sendiri.

Untuk pertama kalinya, Liora menyadari bahwa ia memiliki lebih banyak pilihan daripada yang ia kira.

---

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • MENJADI SELIR SANG PANGERAN KEJAM   BAB 22

    BAB 22 – Langkah di Antara Api---Di Ambang PilihanLedakan itu mengguncang gua. Debu beterbangan, batu-batu runtuh, dan suara pertempuran bergema di antara dinding batu yang mulai retak. Obor-obor yang menempel di dinding berjatuhan, apinya menyebar, menciptakan bayangan-bayangan menari di tengah kekacauan.Liora tersentak mundur, tubuhnya masih kaku karena kejutan dari apa yang baru saja ia baca. Ia adalah pewaris garis keturunan yang hilang—sesuatu yang tidak pernah ia bayangkan, sesuatu yang bahkan tidak pernah ia inginkan.Elgard, yang telah membebaskan diri, dengan sigap menarik pedang dari salah satu pria bertopeng yang terjatuh. Ia berbalik ke arah Liora."Kita harus pergi!" suaranya tegas, tidak memberi ruang untuk perdebatan.Namun, Liora tak bergerak. Matanya masih tertuju pada gulungan yang kini tergeletak di tanah, seakan-akan huruf-huruf di atasnya menyala dan membakar pikirannya."Kau sudah tahu tentang ini, bukan?" suara Liora terdengar lebih dingin daripada sebelumny

  • MENJADI SELIR SANG PANGERAN KEJAM   BAB 21

    BAB 21 – Jejak yang Tertinggal---Pelarian di Tengah KegelapanMalam semakin pekat saat Liora, Elgard, dan pria misterius itu berlari menembus hutan. Angin dingin membawa aroma tanah basah dan daun kering yang terinjak di bawah kaki mereka.Liora berusaha menyesuaikan napasnya, tetapi jantungnya masih berdegup kencang akibat semua yang terjadi. Sejak dibawa pergi dari penjara istana, ia tidak tahu siapa yang benar-benar bisa ia percayai.Elgard berada di sampingnya, wajahnya penuh kemarahan. Tapi yang lebih mengejutkan, bukan hanya kemarahan yang ia lihat—ada sesuatu yang lain. Sesuatu yang menyerupai ketakutan.Pria misterius di depan mereka berbalik sedikit, memastikan bahwa mereka masih mengikutinya. "Kita hampir sampai," katanya singkat.Liora menoleh ke belakang. Reruntuhan kastil tempat ia disekap kini telah menjadi puing-puing. Api kecil berkobar di beberapa titik, menerangi malam yang kelam. Namun, ia tahu

  • MENJADI SELIR SANG PANGERAN KEJAM   BAB 20

    BAB 20 – Badai dalam Kegelapan---Langkah di Antara BayanganLiora berlari di sepanjang lorong batu yang dingin, napasnya memburu. Suara pertarungan di luar semakin keras, dentingan logam bersilangan dengan jeritan para prajurit yang jatuh.Tangannya masih gemetar setelah berhasil membebaskan diri dari rantai. Belati kecil yang ia genggam terasa lebih berat dari seharusnya, tetapi ia tidak boleh ragu. Jika ia tetap di sini, ia hanya akan menjadi umpan.Ia berbelok di persimpangan gelap dan hampir menabrak seseorang.Sebuah tangan terangkat dengan cepat, mencekal pergelangan tangannya sebelum ia sempat menyerang.“Tenang.”Liora menahan napas. Cahaya obor di dinding mengungkapkan wajah seorang pria muda dengan rambut hitam panjang yang diikat rendah. Matanya tajam, tetapi bukan musuh.“Kau…” Liora menyipitkan mata, mencoba mengingat wajah itu.“Diam, ikuti aku,” bisik pria itu sebelum mena

  • MENJADI SELIR SANG PANGERAN KEJAM   BAB 19

    BAB 19 – Jerat di Balik BayanganDi Balik Penjara BayanganLiora membuka matanya perlahan.Gelap.Udara di sekitarnya lembap dan berbau tanah, seolah ia terperangkap di dalam ruang bawah tanah. Suara gemericik air terdengar samar, mungkin berasal dari rembesan dinding batu yang dingin.Ia mencoba menggerakkan tangannya, tetapi rantai besi yang membelenggunya menegaskan batasan kebebasannya.Liora menarik napas dalam, mencoba memahami situasinya.Ia diculik.Siapa pun pelakunya, mereka jelas memiliki tujuan yang lebih besar daripada sekadar menculik seorang selir.Kaki Liora terasa lemas, tetapi ia memaksakan dirinya untuk duduk tegak. Ia harus tetap sadar. Tetap waspada.Langkah kaki terdengar mendekat, dan sesaat kemudian, pintu kayu berat di depannya terbuka.Seseorang melangkah masuk.Dari siluetnya, ia bisa melihat sosok pria berperawakan tinggi dengan jubah gelap.

  • MENJADI SELIR SANG PANGERAN KEJAM   BAB 18

    BAB 18 – Bayangan yang HilangHilang Tanpa JejakAngin malam berhembus kencang, membawa hawa dingin yang menusuk ke dalam istana. Di balik dinding-dinding batu yang kokoh, suasana begitu mencekam. Para pengawal berlarian ke berbagai penjuru, pelayan-pelayan membisikkan kekhawatiran, dan di ruang utama, Pangeran Elgard berdiri dengan rahang mengeras.Di hadapannya, seorang prajurit berlutut dengan kepala tertunduk dalam ketakutan."Katakan sekali lagi," suara Elgard terdengar pelan, tapi dinginnya cukup membuat siapa pun menggigil.Sang prajurit menelan ludah sebelum akhirnya berani mengulang, "Yang Mulia… Nona Liora menghilang. Kami sudah mencari di seluruh istana, tapi tak ada jejaknya."Hening.Lalu, suara keras memenuhi ruangan saat Elgard dengan cepat meraih gelas anggurnya dan melemparkannya ke dinding, membuat pecahan kaca berhamburan di lantai.Semua orang di ruangan itu menahan napas.Mata Elgar

  • MENJADI SELIR SANG PANGERAN KEJAM   BAB 17

    BAB 17 – Keinginan yang TerlarangLiora duduk di tepi ranjangnya, menatap bayangan dirinya di cermin.Pernyataan Elgard malam itu terus berputar di kepalanya."Aku tidak ingin kehilanganmu."Seharusnya ia menepis kata-kata itu. Seharusnya ia tetap membenci Elgard, pria yang telah merenggut kebebasannya.Tapi kenyataannya?Setiap hari yang mereka lalui bersama hanya membuatnya semakin sadar—ada sesuatu yang perlahan berubah di antara mereka.Bukan hanya sekadar ketergantungan dalam situasi yang rumit.Bukan hanya sekadar kebiasaan berbagi ruangan yang sama.Tapi sesuatu yang lebih dalam… sesuatu yang seharusnya tidak mereka rasakan.Liora menutup matanya, menarik napas panjang.Tidak. Ia tidak boleh membiarkan perasaannya melemah.Ada banyak hal yang menghalangi mereka.Dan salah satunya adalah kenyataan bahwa mereka masih berada dalam perang politik yang berbahaya.

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status