Leora gadis desa pembangkang yang diculik paksa dan kedua orang tuanya dibunuh didepan matanya lalu dia dibawa oleh pihak kerajaan untuk dijadikan selir calon raja bangsawan Vorst. Ia menjadi selir termuda dan oleh sebab itu ia sering diremehkan oleh selir-selir seniornya. Bagimana gadis 13 tahun itu akan beranjak dewasa? Akankah dia bisa membalaskan dendamnya pada calon raja yang telah merenggut kebahagiaannya? Atau dia malah terjebak jatuh cinta pada sang calon raja. "Harusnya kau menjadi pemimpin yang bijak! Kau merenggut kebahagiaan kami demi hasratmu sendiri, aku bersumpah akan membunuhmu seperti kau membunuh kedua orang tuaku dengan keji!" Leora celine. "Membunuh perasaanku padamu? Pffttt." Elgard Antonio Vorst. "Aku akan merebut jabatanmu, kebahagianmu selirmu dan semua yang kau punya kak." Mike Antonio Vorst.
View MoreMasa kepimpinan sangat kejam tengah dirasakan oleh rakyat kecil yang hidup hanya untuk membayar pajak kepada pemerintahan.
Ketika rakyat tidak bisa membayar pajak maka mereka harus menerima hukuman. Entah itu di penjara di penjara kerajaan atau menjadi budak kerajaan. Namun jika sebuah keluarga yang mempunyai seorang anak gadis. Maka, anak gadis mereka itulah yang akan menjadi bahan untuk membayar pajak mereka. Tapi ketika orang tua juga tidak setuju, maka prajurit kerajaan tidak segan untuk membunuh siapa saja yang membantah perintah sang raja ataupun sang pangeran. Zaman kerajaan adalah zaman yang paling kejam. Memiliki raja yang kejam serta keturunannya yang ikut kejam. Membuat rakyat hidup menderita dan juga sengsara. Banyak orang tua yang merelakan anak gadis mereka menjadi selir sang raja dan juga pangeran. *** Kerajaan Heraum adalah kerajaan yang dipimpin oleh seorang raja bernama Mark. Dibawah kepimpinannya ia sangat kejam kepada rakyat. Raja Mark memiliki 2 putra yaitu pangeran Louise dan pangeran Mike. Pangeran Louise lah yang menjadi penerus kekejaman raja Mark. Ia mewarisi semua sifat yang dimiliki oleh sang raja. Bahkan diusianya yang masih muda pangeran Louise sangat suka berganti-ganti selir setiap harinya. Begitu juga dengan sang adik. Seperti hari ini dua pangeran sedang menagih pajak kepada rakyat. Mereka menaiki kuda dengan beberapa prajurit yang mengkawal mereka. Beberapa prajurit ada yang sudah menghancurkan rumah beberapa warga yang tidak bisa membayar pajak tersebut. "Jika tidak ada yang bisa membayar pajak. Maka kalian semua akan dihukum." Seru seorang prajurit yang telah di perintahkan oleh pangeran Louise. "Mohon ampun pangeran, saya tidak bisa membayar pajak untuk hari ini dikarenakan dagangan saya yang tidak terjual habis." Ucap seorang laki-laki paruh baya sambil menunduk hormat. "Periksa seluruh isi rumahnya." Kata Louise memerintahkan prajuritnya. Sang prajurit pun melaksanakan perintah tersebut. "Jangan pangeran, kami berjanji akan membayarnya nanti." Ucap wanita istri dari pria paruh baya tadi. "Maka kalian harus menerima hukumannya." Ucap Louise. Mike hanya diam tanpa mau ikut campur. "Lepaskan! Mau apa kalian. Lepaskan aku!" Teriak seorang gadis yang digeret oleh beberapa prajurit. Mendengar itu suami istri tersebut menoleh. "Yang mulia, mereka memiliki seorang putri." Tutur sang prajurit. "Bagus. Bawa dia keistana sekarang." Perintah Louise. "Jangan pangeran. Kami mohon, jangan bawa putri kami." Ucap wanita itu sambil berlutut. "Putrimu akan menjadi selirku." "Tidak! Aku tidak mau! Lepaskan aku!" Berontak gadis itu lagi. "Kau tidak bisa membawa putriku semaumu." "Kau membantah perintahku?" Tanya Elgard. "Kau pangeran yang kejam. Kau sangat tidak pantas menjadi seorang raja." Teriak gadis itu lagi. Elgard yang sudah emosi pun lantas mencengkram dagu gadis itu dengan kasar. "Kau tau, aku bisa dengan mudah membunuhmu dan juga kedua orang tua mu itu. Tapi tidak! Aku malah ingin membuatmu menderita terlebih dahulu." Ucap Elgard dengan tegas. "Dan kau! Jika kau membantah sekali lagi, maka kau dan istrimu itu akan bertemu dengan ajalmu detik itu juga." "Lebih baik kami mati. Dari pada harus hidup dibawah pemerintahanmu." Ujar pria paruh baya itu tanpa takut sama sekali. Karena sudah begitu emosi Elgard lantas langsung mengeluarkan pedangnya dan menebaskan pedang tersebut pada tubuh pria baya tersebut. "Ayah!" Teriak gadis itu dengan air mata yang sudah mengalir dipipinya. Tak hanya pria paruh baya itu, Elgard melakukan hal yang sama pada istrinya pria tersebut. Beberapa orang yang ada disana melihat kejadian tersebut hanya mampu terdiam ketakutan. "Ayah, ibu." Lirih gadis tersebut yang melihat kedua orang tuanya sudah mati dengan darah yang mengalir disekitaran mereka. "Kau pembunuh. Kau pangeran berhati iblis. Aku bersumpah akan membalaskan perlakuanmu ini." Ucapnya sambil terisak. *** Gadis itu bernama Leora. Leora anak satu-satunya dari sepasang suami istri yang keseharian mereka adalah berdagang dan mengembala. Namun sekarang Leora hanya sendiri karena kedua orang tua sudah dibunuh oleh pangeran kejam itu. Leora kini telah dibawa kedalam kerajaan. Ia tak sendiri ada beberapa gadis juga yang sama sepertinya. "Ayo berdiri! Dan bersiaplah." Ucap salah satu pelayan dengan kasar. "Aku tidak mau." Bantah Leora. "Kau tinggal menuruti perintah pangeran saja. Maka kau akan hidup aman." "Aku tidak mau." "Bagi siapa saja yang membantah perintahku maka kalian akan hidup di penjara bawah tanah selama 3 tahun kedepan." Ucap Elgard. "Aku tidak peduli. Lebih baik aku membusuk dipenjara dari pada harus menjadi selirmu." "Dasar gadis pembangkang." Rutuk seorang pelayan "Bawa dia dan gadis pembangkang lainnya masuk kedalam penjara." Perintah Elgard. Pelayan itu pun langsung pergi membawa Leora dan beberapa gadis lainnya. *** "Masuk!" Ucap pelayan itu sambil menolak tubuh Leora memasuki penjara. Dan mengunci penjara tersebut. Leora melihat kesekeliling penjara. Tempat itu begitu kumuh dan juga gelap. Hanya ada beberapa lampu disana. Biarlah jika ia harus mati disini, setidaknya dia tidak akan menjadi selir dari orang yang telah membunuh kedua orang tuanya. "Ibu, ayah." Lirih Leora lagi mengingat kedua orang tuanya. "Leora, aku sangat sedih melihat kematian orang tuamu." ucap gadis yang dikenali Leora. Leora hanya tersenyum tipis mendengar itu semua.BAB 22 – Langkah di Antara Api---Di Ambang PilihanLedakan itu mengguncang gua. Debu beterbangan, batu-batu runtuh, dan suara pertempuran bergema di antara dinding batu yang mulai retak. Obor-obor yang menempel di dinding berjatuhan, apinya menyebar, menciptakan bayangan-bayangan menari di tengah kekacauan.Liora tersentak mundur, tubuhnya masih kaku karena kejutan dari apa yang baru saja ia baca. Ia adalah pewaris garis keturunan yang hilang—sesuatu yang tidak pernah ia bayangkan, sesuatu yang bahkan tidak pernah ia inginkan.Elgard, yang telah membebaskan diri, dengan sigap menarik pedang dari salah satu pria bertopeng yang terjatuh. Ia berbalik ke arah Liora."Kita harus pergi!" suaranya tegas, tidak memberi ruang untuk perdebatan.Namun, Liora tak bergerak. Matanya masih tertuju pada gulungan yang kini tergeletak di tanah, seakan-akan huruf-huruf di atasnya menyala dan membakar pikirannya."Kau sudah tahu tentang ini, bukan?" suara Liora terdengar lebih dingin daripada sebelumny
BAB 21 – Jejak yang Tertinggal---Pelarian di Tengah KegelapanMalam semakin pekat saat Liora, Elgard, dan pria misterius itu berlari menembus hutan. Angin dingin membawa aroma tanah basah dan daun kering yang terinjak di bawah kaki mereka.Liora berusaha menyesuaikan napasnya, tetapi jantungnya masih berdegup kencang akibat semua yang terjadi. Sejak dibawa pergi dari penjara istana, ia tidak tahu siapa yang benar-benar bisa ia percayai.Elgard berada di sampingnya, wajahnya penuh kemarahan. Tapi yang lebih mengejutkan, bukan hanya kemarahan yang ia lihat—ada sesuatu yang lain. Sesuatu yang menyerupai ketakutan.Pria misterius di depan mereka berbalik sedikit, memastikan bahwa mereka masih mengikutinya. "Kita hampir sampai," katanya singkat.Liora menoleh ke belakang. Reruntuhan kastil tempat ia disekap kini telah menjadi puing-puing. Api kecil berkobar di beberapa titik, menerangi malam yang kelam. Namun, ia tahu
BAB 20 – Badai dalam Kegelapan---Langkah di Antara BayanganLiora berlari di sepanjang lorong batu yang dingin, napasnya memburu. Suara pertarungan di luar semakin keras, dentingan logam bersilangan dengan jeritan para prajurit yang jatuh.Tangannya masih gemetar setelah berhasil membebaskan diri dari rantai. Belati kecil yang ia genggam terasa lebih berat dari seharusnya, tetapi ia tidak boleh ragu. Jika ia tetap di sini, ia hanya akan menjadi umpan.Ia berbelok di persimpangan gelap dan hampir menabrak seseorang.Sebuah tangan terangkat dengan cepat, mencekal pergelangan tangannya sebelum ia sempat menyerang.“Tenang.”Liora menahan napas. Cahaya obor di dinding mengungkapkan wajah seorang pria muda dengan rambut hitam panjang yang diikat rendah. Matanya tajam, tetapi bukan musuh.“Kau…” Liora menyipitkan mata, mencoba mengingat wajah itu.“Diam, ikuti aku,” bisik pria itu sebelum mena
BAB 19 – Jerat di Balik BayanganDi Balik Penjara BayanganLiora membuka matanya perlahan.Gelap.Udara di sekitarnya lembap dan berbau tanah, seolah ia terperangkap di dalam ruang bawah tanah. Suara gemericik air terdengar samar, mungkin berasal dari rembesan dinding batu yang dingin.Ia mencoba menggerakkan tangannya, tetapi rantai besi yang membelenggunya menegaskan batasan kebebasannya.Liora menarik napas dalam, mencoba memahami situasinya.Ia diculik.Siapa pun pelakunya, mereka jelas memiliki tujuan yang lebih besar daripada sekadar menculik seorang selir.Kaki Liora terasa lemas, tetapi ia memaksakan dirinya untuk duduk tegak. Ia harus tetap sadar. Tetap waspada.Langkah kaki terdengar mendekat, dan sesaat kemudian, pintu kayu berat di depannya terbuka.Seseorang melangkah masuk.Dari siluetnya, ia bisa melihat sosok pria berperawakan tinggi dengan jubah gelap.
BAB 18 – Bayangan yang HilangHilang Tanpa JejakAngin malam berhembus kencang, membawa hawa dingin yang menusuk ke dalam istana. Di balik dinding-dinding batu yang kokoh, suasana begitu mencekam. Para pengawal berlarian ke berbagai penjuru, pelayan-pelayan membisikkan kekhawatiran, dan di ruang utama, Pangeran Elgard berdiri dengan rahang mengeras.Di hadapannya, seorang prajurit berlutut dengan kepala tertunduk dalam ketakutan."Katakan sekali lagi," suara Elgard terdengar pelan, tapi dinginnya cukup membuat siapa pun menggigil.Sang prajurit menelan ludah sebelum akhirnya berani mengulang, "Yang Mulia… Nona Liora menghilang. Kami sudah mencari di seluruh istana, tapi tak ada jejaknya."Hening.Lalu, suara keras memenuhi ruangan saat Elgard dengan cepat meraih gelas anggurnya dan melemparkannya ke dinding, membuat pecahan kaca berhamburan di lantai.Semua orang di ruangan itu menahan napas.Mata Elgar
BAB 17 – Keinginan yang TerlarangLiora duduk di tepi ranjangnya, menatap bayangan dirinya di cermin.Pernyataan Elgard malam itu terus berputar di kepalanya."Aku tidak ingin kehilanganmu."Seharusnya ia menepis kata-kata itu. Seharusnya ia tetap membenci Elgard, pria yang telah merenggut kebebasannya.Tapi kenyataannya?Setiap hari yang mereka lalui bersama hanya membuatnya semakin sadar—ada sesuatu yang perlahan berubah di antara mereka.Bukan hanya sekadar ketergantungan dalam situasi yang rumit.Bukan hanya sekadar kebiasaan berbagi ruangan yang sama.Tapi sesuatu yang lebih dalam… sesuatu yang seharusnya tidak mereka rasakan.Liora menutup matanya, menarik napas panjang.Tidak. Ia tidak boleh membiarkan perasaannya melemah.Ada banyak hal yang menghalangi mereka.Dan salah satunya adalah kenyataan bahwa mereka masih berada dalam perang politik yang berbahaya.
BAB 16 – Pengkhianatan di Balik BayanganLiora tidak bisa mengabaikan firasat buruk yang menggelayuti hatinya.Sejak pagi, istana terasa lebih mencekam. Bisikan-bisikan di koridor semakin banyak, para pelayan terlihat lebih waspada, dan beberapa prajurit tampak gelisah saat berjaga.Sesuatu sedang terjadi.Dan Liora tahu, cepat atau lambat, badai itu akan menghantamnya.Di ruangannya, Elgard berdiri dengan ekspresi tegang. Di hadapannya, seorang pengawal berlutut, menyampaikan laporan."Pangeran, kita menemukan seseorang yang mencoba menyelinap ke dalam bagian istana yang seharusnya terlarang."Elgard menyipitkan mata. "Siapa?"Pengawal itu ragu sejenak sebelum akhirnya menjawab, "Seorang selir… dan dia membawa surat dari pihak luar."Jantung Liora mencelos.Selir?Apa mungkin salah satu dari mereka adalah pengkhianat?Elgard mengangguk pelan, lalu melirik Liora. "Aku ingin ka
BAB 15 – Kebenaran yang Menyakitkan Liora tidak bisa tidur malam itu. Bukan karena udara yang dingin atau nyala lilin yang meredup di sudut ruangan. Melainkan karena kata-kata Elgard yang terus terngiang di kepalanya. "Aku tidak ingin membunuhmu." Apa artinya itu? Selama ini, ia selalu berpikir bahwa hubungannya dengan Elgard adalah permainan kekuasaan. Ia hanyalah selir yang tidak diinginkan, boneka yang terperangkap dalam istana kejam ini. Tapi semakin lama ia berada di sisi Elgard, semakin banyak hal yang tidak bisa ia pahami. Perlakuan Elgard padanya terlalu kontradiktif—kadang ia terasa seperti musuh, kadang terasa seperti sesuatu yang lebih dari sekadar penguasa dan selir. Dan itu yang membuat segalanya semakin berbahaya. Liora tidak boleh jatuh ke dalam jebakan ini. Karena pada akhirnya, Elgard tetaplah musuhnya. --- Pagi yang Mencekam Saat fajar menyingsing, ketegangan sudah menggantung di udara. Kabar tentang pergerakan Pangeran Mike semakin santer terdengar.
BAB 14 – Dinding yang Mulai RetakMalam itu terasa begitu panjang bagi Liora.Elgard belum kembali sejak peristiwa penyusupan di istana, dan meskipun ia mencoba mengabaikan kekhawatirannya, pikirannya terus berputar.Ia tidak seharusnya peduli.Ia tidak seharusnya merasa seperti ini.Namun, setiap suara di luar pintu membuatnya tersentak, berharap melihat sosok Elgard masuk dengan selamat.Ketika akhirnya pintu terbuka dan Elgard melangkah masuk, Liora langsung bangkit dari duduknya.Tapi sebelum kata-kata keluar dari bibirnya, ia melihat noda darah di lengan dan dadanya."Kau terluka?" tanyanya cepat, tanpa berpikir.Elgard mengangkat alis, tampak terkejut dengan reaksinya. "Ini bukan darahku."Liora menelan ludah. "Apa yang terjadi?"Elgard berjalan melewati ruangan dan menjatuhkan diri di kursi, tampak kelelahan. "Penyusupnya tertangkap. Tapi ini bukan hanya percobaan pembunuhan biasa, Liora."Liora mendekat, duduk di hadapannya. "Apa maksudmu?"Elgard menatapnya dengan serius. "Or
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments