Share

BAB 4

Penulis: Nadianad
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-11 22:13:41

BAB 4 – Jerat yang Semakin Mengikat

Hujan turun dengan derasnya di luar istana, menciptakan irama yang menggema di seluruh lorong-lorong batu. Angin malam bertiup kencang, menggoyangkan tirai kamar Liora yang kecil dan sunyi. Namun, di dalam dirinya, badai yang jauh lebih besar tengah berkecamuk.

Sejak kepulangan Elgard, istana menjadi semakin gelap. Para pelayan tampak lebih hati-hati dalam bergerak, para prajurit lebih waspada, dan para bangsawan saling bertukar tatapan penuh makna. Pangeran Elgard tidak hanya kembali dari medan perang, tetapi ia juga kembali dengan aura yang lebih dingin dan lebih kejam dari sebelumnya.

Namun yang paling mengusik pikiran Liora adalah perintah yang di terimanya malam ini.

Ia akan diperkenalkan secara resmi sebagai selir Pangeran Elgard dalam sebuah perjamuan kerajaan.

Sebuah status yang tidak pernah ia inginkan.

---

Liora duduk di sudut kamarnya, menatap api lilin yang mulai meredup. Pikirannya dipenuhi dengan berbagai pertanyaan.

"Untuk apa semua ini?"

Sejak awal, ia hanyalah seorang gadis yang dijadikan tawanan, seseorang yang kehilangan segalanya. Tetapi kini, ia tiba-tiba diseret ke dalam permainan politik istana. Perdana Menteri Godric mengajaknya berbicara tentang perebutan kekuasaan. Pangeran Mike menawarinya kesempatan untuk membalas dendam.

Dan sekarang, Elgard, yang seharusnya hanya melihatnya sebagai seorang budak, justru mengumumkannya sebagai selir resminya.

Liora mengeratkan genggamannya pada kain selimut di pangkuannya.

"Apa yang sebenarnya kau rencanakan, Elgard?"

Pintu kamarnya terbuka tanpa ketukan. Seorang pelayan wanita memasuki ruangan dengan kepala tertunduk.

“Yang Mulia Pangeran Elgard menginginkan Anda bersiap,” katanya dengan suara gemetar.

Liora menatapnya tajam. “Bersiap untuk apa?”

Pelayan itu menelan ludah sebelum menjawab, “Malam ini… akan ada perjamuan kerajaan. Dan Anda akan diperkenalkan sebagai selir resmi Pangeran Elgard.”

Dunia Liora terasa berputar.

Selir resmi?

Kata-kata Mike kembali bergaung di kepalanya.

"Jika kau bergabung denganku, aku bisa memastikan Elgard tidak akan pernah menyentuhmu lagi. Aku bisa memastikan kau tidak perlu menjadi selirnya."

Namun, ia tidak memberikan jawaban kepada Mike. Ia tidak memilih pihak mana pun. Dan kini, Elgard seolah membuat keputusan untuknya.

“Tidak,” kata Liora dingin. “Aku tidak akan menghadiri apa pun.”

Pelayan itu menunduk lebih dalam, tetapi suaranya sedikit bergetar. “Saya hanya menyampaikan perintah, Nona. Jika Anda menolak… Pangeran Elgard sendiri yang akan datang menjemput Anda.”

---

Beberapa saat kemudian, Liora berdiri di depan cermin, mengenakan gaun berwarna merah darah yang kontras dengan kulitnya yang pucat.

Gaun ini indah, terbuat dari kain sutra mahal dengan bordiran emas yang rumit. Tetapi bagi Liora, gaun ini terasa seperti rantai yang mengikatnya semakin erat dalam permainan politik istana.

Pelayan wanita dengan hati-hati menyisir rambutnya, menatanya dengan sempurna. Tidak ada mahkota di kepalanya, tetapi kalung berlian yang menggantung di lehernya cukup untuk menunjukkan posisinya sebagai seseorang yang telah dipilih oleh sang pangeran.

Di sudut ruangan, seorang pengawal istana menunggu.

“Elgard menginginkan Anda segera hadir di aula perjamuan,” katanya tanpa ekspresi.

Liora menarik napas dalam.

Jika ia menolak, apa yang akan dilakukan Elgard?

Apakah pria itu akan menyeretnya ke aula di depan para bangsawan dengan paksa?

Tidak, ia tidak akan memberinya kepuasan seperti itu.

Dengan kepala tegak, Liora melangkah keluar dari kamar.

---

Aula perjamuan kerajaan megah dan dipenuhi cahaya dari ratusan lilin yang tergantung di langit-langit. Meja-meja panjang dipenuhi oleh makanan lezat, anggur mahal, dan perhiasan yang berkilauan di leher para bangsawan.

Begitu pintu utama terbuka dan Liora memasuki ruangan, seluruh percakapan seketika terhenti.

Mata para bangsawan langsung tertuju padanya.

Mereka berbisik, beberapa dengan ekspresi terkejut, beberapa lainnya dengan senyum penuh intrik.

Di ujung ruangan, di atas singgasana kecil di samping kursi Raja Mark, berdiri seorang pria dengan jubah hitam, matanya keemasan dan tajam seperti mata elang yang mengawasi mangsanya.

Elgard.

Ia tidak tersenyum, tetapi ada kilatan kepuasan di matanya saat melihat Liora dalam balutan gaun yang telah ia pilihkan.

Liora ingin berbalik dan pergi, tetapi ia menahan diri.

Jika mereka ingin menjadikannya selir sang pangeran kejam, maka ia akan bermain dengan cara mereka—tetapi dengan aturan yang ia tentukan sendiri.

Ia berjalan dengan langkah anggun, menatap lurus ke depan, menolak untuk menunjukkan ketakutan.

Elgard mengulurkan tangan, dan dengan enggan, Liora meletakkan tangannya di atas tangan sang pangeran.

“Selamat datang di istana, Liora,” katanya, suaranya rendah tetapi cukup nyaring untuk didengar oleh semua orang di ruangan itu.

Liora menatapnya tajam.

Malam ini bukan hanya tentang menyerah pada takdir.

Malam ini adalah awal dari sesuatu yang lebih besar.

Dan Pangeran Elgard…

Akan menyesali hari di mana ia mencoba mengikatnya dalam rantai yang tak terlihat.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • MENJADI SELIR SANG PANGERAN KEJAM   BAB 22

    BAB 22 – Langkah di Antara Api---Di Ambang PilihanLedakan itu mengguncang gua. Debu beterbangan, batu-batu runtuh, dan suara pertempuran bergema di antara dinding batu yang mulai retak. Obor-obor yang menempel di dinding berjatuhan, apinya menyebar, menciptakan bayangan-bayangan menari di tengah kekacauan.Liora tersentak mundur, tubuhnya masih kaku karena kejutan dari apa yang baru saja ia baca. Ia adalah pewaris garis keturunan yang hilang—sesuatu yang tidak pernah ia bayangkan, sesuatu yang bahkan tidak pernah ia inginkan.Elgard, yang telah membebaskan diri, dengan sigap menarik pedang dari salah satu pria bertopeng yang terjatuh. Ia berbalik ke arah Liora."Kita harus pergi!" suaranya tegas, tidak memberi ruang untuk perdebatan.Namun, Liora tak bergerak. Matanya masih tertuju pada gulungan yang kini tergeletak di tanah, seakan-akan huruf-huruf di atasnya menyala dan membakar pikirannya."Kau sudah tahu tentang ini, bukan?" suara Liora terdengar lebih dingin daripada sebelumny

  • MENJADI SELIR SANG PANGERAN KEJAM   BAB 21

    BAB 21 – Jejak yang Tertinggal---Pelarian di Tengah KegelapanMalam semakin pekat saat Liora, Elgard, dan pria misterius itu berlari menembus hutan. Angin dingin membawa aroma tanah basah dan daun kering yang terinjak di bawah kaki mereka.Liora berusaha menyesuaikan napasnya, tetapi jantungnya masih berdegup kencang akibat semua yang terjadi. Sejak dibawa pergi dari penjara istana, ia tidak tahu siapa yang benar-benar bisa ia percayai.Elgard berada di sampingnya, wajahnya penuh kemarahan. Tapi yang lebih mengejutkan, bukan hanya kemarahan yang ia lihat—ada sesuatu yang lain. Sesuatu yang menyerupai ketakutan.Pria misterius di depan mereka berbalik sedikit, memastikan bahwa mereka masih mengikutinya. "Kita hampir sampai," katanya singkat.Liora menoleh ke belakang. Reruntuhan kastil tempat ia disekap kini telah menjadi puing-puing. Api kecil berkobar di beberapa titik, menerangi malam yang kelam. Namun, ia tahu

  • MENJADI SELIR SANG PANGERAN KEJAM   BAB 20

    BAB 20 – Badai dalam Kegelapan---Langkah di Antara BayanganLiora berlari di sepanjang lorong batu yang dingin, napasnya memburu. Suara pertarungan di luar semakin keras, dentingan logam bersilangan dengan jeritan para prajurit yang jatuh.Tangannya masih gemetar setelah berhasil membebaskan diri dari rantai. Belati kecil yang ia genggam terasa lebih berat dari seharusnya, tetapi ia tidak boleh ragu. Jika ia tetap di sini, ia hanya akan menjadi umpan.Ia berbelok di persimpangan gelap dan hampir menabrak seseorang.Sebuah tangan terangkat dengan cepat, mencekal pergelangan tangannya sebelum ia sempat menyerang.“Tenang.”Liora menahan napas. Cahaya obor di dinding mengungkapkan wajah seorang pria muda dengan rambut hitam panjang yang diikat rendah. Matanya tajam, tetapi bukan musuh.“Kau…” Liora menyipitkan mata, mencoba mengingat wajah itu.“Diam, ikuti aku,” bisik pria itu sebelum mena

  • MENJADI SELIR SANG PANGERAN KEJAM   BAB 19

    BAB 19 – Jerat di Balik BayanganDi Balik Penjara BayanganLiora membuka matanya perlahan.Gelap.Udara di sekitarnya lembap dan berbau tanah, seolah ia terperangkap di dalam ruang bawah tanah. Suara gemericik air terdengar samar, mungkin berasal dari rembesan dinding batu yang dingin.Ia mencoba menggerakkan tangannya, tetapi rantai besi yang membelenggunya menegaskan batasan kebebasannya.Liora menarik napas dalam, mencoba memahami situasinya.Ia diculik.Siapa pun pelakunya, mereka jelas memiliki tujuan yang lebih besar daripada sekadar menculik seorang selir.Kaki Liora terasa lemas, tetapi ia memaksakan dirinya untuk duduk tegak. Ia harus tetap sadar. Tetap waspada.Langkah kaki terdengar mendekat, dan sesaat kemudian, pintu kayu berat di depannya terbuka.Seseorang melangkah masuk.Dari siluetnya, ia bisa melihat sosok pria berperawakan tinggi dengan jubah gelap.

  • MENJADI SELIR SANG PANGERAN KEJAM   BAB 18

    BAB 18 – Bayangan yang HilangHilang Tanpa JejakAngin malam berhembus kencang, membawa hawa dingin yang menusuk ke dalam istana. Di balik dinding-dinding batu yang kokoh, suasana begitu mencekam. Para pengawal berlarian ke berbagai penjuru, pelayan-pelayan membisikkan kekhawatiran, dan di ruang utama, Pangeran Elgard berdiri dengan rahang mengeras.Di hadapannya, seorang prajurit berlutut dengan kepala tertunduk dalam ketakutan."Katakan sekali lagi," suara Elgard terdengar pelan, tapi dinginnya cukup membuat siapa pun menggigil.Sang prajurit menelan ludah sebelum akhirnya berani mengulang, "Yang Mulia… Nona Liora menghilang. Kami sudah mencari di seluruh istana, tapi tak ada jejaknya."Hening.Lalu, suara keras memenuhi ruangan saat Elgard dengan cepat meraih gelas anggurnya dan melemparkannya ke dinding, membuat pecahan kaca berhamburan di lantai.Semua orang di ruangan itu menahan napas.Mata Elgar

  • MENJADI SELIR SANG PANGERAN KEJAM   BAB 17

    BAB 17 – Keinginan yang TerlarangLiora duduk di tepi ranjangnya, menatap bayangan dirinya di cermin.Pernyataan Elgard malam itu terus berputar di kepalanya."Aku tidak ingin kehilanganmu."Seharusnya ia menepis kata-kata itu. Seharusnya ia tetap membenci Elgard, pria yang telah merenggut kebebasannya.Tapi kenyataannya?Setiap hari yang mereka lalui bersama hanya membuatnya semakin sadar—ada sesuatu yang perlahan berubah di antara mereka.Bukan hanya sekadar ketergantungan dalam situasi yang rumit.Bukan hanya sekadar kebiasaan berbagi ruangan yang sama.Tapi sesuatu yang lebih dalam… sesuatu yang seharusnya tidak mereka rasakan.Liora menutup matanya, menarik napas panjang.Tidak. Ia tidak boleh membiarkan perasaannya melemah.Ada banyak hal yang menghalangi mereka.Dan salah satunya adalah kenyataan bahwa mereka masih berada dalam perang politik yang berbahaya.

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status