Share

BAB 2

Author: Nadianad
last update Last Updated: 2025-02-10 22:05:12

Liora merasa semuannya menjadi gelap. Hari sudah malam, ia meringkuk diatas lantai tanah didalam ruangan penjara kecil ini. Ia pasrah dengan apa yang terjadi pada dirinya. 3 tahun, ya dia harus terus seperti ini selama 3 tahun sampai usianya menginjak 17 tahun. Apakah setelah itu ia akan dibunuh? Atau dibebeskan atau bahkan menjadi selir dari pria bajingan berdarah bangsawan itu.

Tiba-tiba Liora mendengar suara gerbang besi yang dibuka paksa. Lalu ia menatap kearah sinar yang memasuki ruangan yang pengap itu, terlihat dua pelayan memasuki ruangan ini dengan membawa nampan yang berisi setelah air dan sepiring roti gandum.

Liora didudukkan secara paksa dan disuapin secara paksa juga. Hingga ia tercekik dan merasa sesuatu dari tenggorokannya mendesak untuk keluar. Pelayan ini menyuapinya dengan cara kasar, mencekoki air putih secara terus-menerus sampai air putih itu tumpah mengenai bajunya. Liora menitikkan air matanya, ia merasa lapar tapi apakah roti hambar ini bisa mengenyangkannya sampai besok.

Setelah selesai makan, Liora diseret paksa oleh kedua pelayan wanita bersifat bengis itu. Ia dipaksa masuk kedalam harrem yang diisi banyak matras selir.

Semua pandang mata memandang kearahnya jijik, beberapa gadis kenalannya tadi pagi sudah berpakaian rapi. Sementara ia terus digeret secara paksa dan kasar memasuki kamar mandi. Lalu ia di lemparkan kekamar mandi.

"Gadis pemberontak sepertimu harus dikasari. "

Bapp

Pintu ditutup kasar, Liora memandang kearah shower yang lebih kumuh dari pemandian yang tadi pagi. Ia mencoba membersihkan diri, memakai shampo dan sabun yang ia rasa wanginya sesuai dengan seleranya. Ia melihat gaun berwarna merah berani dengan renda menggoda yang mengitari tangannya. Pakaian ini pas, tidak membuat tubuh kecilnya tenggelam seperti tadi. Baru saja ia ingin keluar, ia menatap kearah pisau buah yang terletak dimeja. Ada banyak buah-buahan disana beserta dengan pisau buahnya.

Ia mengurungkan niatnya untuk keluar, air matanya kembali jatuh. Ia mengingat kepergian orang tuanya. Setelah ini, dia harus masuk kedalam penjara kumuh bau tanah itu lagi. Menahan lapar dan haus seharian. Ia kemudian mendekati pisau itu, lalu mengenggamnya erat.

"Ibu." Lirih Liora menatap kosong dan datar kearah depan.

"Ayah, putrimu disiksa hiks." Lirih Liora. Liora kembali menangis terisak, hingga tanpa sadar pisau buah yang ia gengggam dan nan tajam itu menusuk nadiny. Membuat darah segar dengan cepat mengalir deras dipergelangan tangannya.

Liora melihat kedepan, ia melihat bayangan putih yang bewujud seperti kedua orang tuanya seolah-olah menyuruhnya untuk cepat mengakhiri hidupnya. Ntah itu perbuatan setan yang menginginkannya mati atau memang sangat orang tua yang tak ingin melihatnya lebih tersiksa lagi. Liora bertekad kuat untuk membunuh dirinya sendiri, terlepas dari bayangan itu ia juga merasa tersiksa secara perlahan seperti ini.

"Mending aku mati, dari pada harus menahan sakit ini selama bertahun-tahun." Lirih Liora memejamkan matanya membiarkan rasa sakit menjulur dinadinya. Hingga pandangannya memutih, kepalanya bak dihantam ribuan balok, lututnya lemas hingga yang ia dengar terakhir kali adalah suara dobrakan pintu.

"Siapkan tabib!" Suara itu yang terakhir ia dengar.

***

Kedua pelayan panik mengendong tubuh kecil Liora memasuki harrem, bahkan mereka sampai tak menyadari ada dua orang pangeran yang tengah memilih selir untuk penghangat ranjang mereka malam ini.

Pandangan Elgard dan Mike jatuh pada gadis kecil dengan darah mengucur dipergelangan tangannya, bahkan darahnya mengotori marmer harrem. Para selir meringis jijik dan kesakitan merasakan apa yang Liora rasakan.

"Hormat yang mulia, bisakah kami membawa gadis pemberontak ini keruangan perawatan? " Tanya kepala pelayan yang tak henti menyiksa para selir. Elgard menaikkan sebelah alis matanya.

"Apa yang terjadi padanya?" Tanya pria muda berperawakan gagah dan tampan itu.

"Dia menyakiti dirinya sendiri, dia memotong urat nadinya." Ujar kepala pelayan yang masih tak kunjung berani menatap wajah pengerannya itu.

"Sial!" Rutuk Elgard.

"Berikan perawatan yang layak untuknya."

Kepala pelayan itu mengangguk dan membawa Liora keruangan tabib. Elgard memandang darah segar yang membanjiri marmer harrem. Lalu pandangannya jatuh pada wajah pucat dengan rambut gelap itu. Manik biru terang yang tertutup bulu mata lentik, wajah putih pucat dan bibir merah yang hampir membuatnya menggila dan hilang tata krama sebagai seorang pangeran menjadi putih pucat dan pecah-pecah.

Tabib memberbani pergelangan tangan Liora. Liora masih hidup, goresan pisau itu tak tetap mengenai nadinya hanya saja ia banyak kekurangan darah.

Pintu terbuka kasar, menampilkan seorang pangeran bertubuh kekar memasuki ruang perawatan. Para tabib dan pelayan menunduk seketika, Louise menatap tubuh kecil yang melemas dan terbaring di ranjang sana.

"Ada yang bisa hamba bantu, yang mulia?" Kata sang tabib. Mata abu-abu Louise terangkat menatap tabib tersebut.

"Setelah dia benar-benar sehat, kembalikan dia kepenjara. Dan jangan biarkan dia keluar dari penjara sebelum aku kembali kekerajaan." Ujar Elgard dingin, lalu dia keluar dan kembali membanting pintu kamar yang terdiri dari dua pintu kayu yang menjulang tinggi.

***

Liora merasa pergelangan tangannya kesemutan, sangat perih dan kebab. Ia menatap kesekeliling ruangan berhiasan coklat tak ada seorang pun diruangan ini. Ia kembali memejamkan matanya.

Ia fikir dia sudah benar-benar mati, tetapi kenyataan pahit harus ditelannya mentah-mentah. Tuhan seolah-olah menginginkannya untuk menanggung penderitaan ini lebih lama lagi.

Cklek

Pintu terbuka, menampilkan seorang wanita berumur sekitar 40 tahun membawa nampan. Wajah wanita ini lebih lama dari pada pelayan lainnya dan wanita inilah salah satu budak yang memandikannya saat pertama kali menginjak kerajaan.

"Anda kekurangan banyak darah, anda harus makan makanan bergizi untuk kedepannya tuan putriku yang sangat manis."

Senandung wanita ini membuat Liora menyunggingkan senyuman tipis, sebuah suara ramah dan nada yang sedikit lari dari suaranya.

"Buka mulutmu, putri yang cantik." Kata wanita itu. Liora membuka mulutnya dan merasakan suapan lembut masuk kedalam mulutnya. Roti dengan hati sapi, dengan daging merah, kacang kacangan dan juga kentang.

"Mengapa aku masih disini?" Lirih Liora dan wanita itu menatap Liora dengan prihatin.

"Karena belum masanya kau berakhir, tuan putriku." Kata budak ini dan lagi-lagi menyuapi Liora dengan sangat lembut tanpa pemaksaan seperti wanita yang tadi malam dipenjara.

"Kenapa aku harus makan makanan bangsawan?" Budak itu menyuapi Liora lagi dengan lembut.

"Kau kekurangan banyak darah dan kau harus makan makanan bergizi." Jawab budak ini.

"Memangnya apa peduli kalian jika aku mati?" Jawaban Liora membuat hati budak pelayan ini terhenyak.

"Bukan kami yang perduli, tuan putri." Ujar pelayan itu lembut. Lalu pelayan itu menyambung katanya dan lebih tepatnya seperti berbisik.

"Tetapi calon raja kita." Liora tersentak dan hampir menyemburkan susu yang ia minum. Bagaimana bisa pria bajingan itu memperdulikannya? Apakah itu salah satu cara untuk membuat hidupnya lebih menderita.

Kemudian pelayan itu menangkup wajah kecil Liora dengan sentuhan lembut dan tulus.

"Jangan akhiri hidupmu lagi, tuan putri. Aku sangat yakin kau mampu mengubah persejarahan dunia. Kau mampu membuat pangeran Elgard bertekuk lutut dibawahmu, mengubah kekejaman sejarah dunia eropa, dan memerdekakan kami sebagai budak yang sering disiksa. Membebaskan kehidupan rakyat jelata yang tersiksa dengan iuran pajak yang sangat tinggi. Dan kau akan menjadi pengganti ratu carolline yang meninggal 5 tahun lalu." Liora menggelengkan kepalanya. Sampai kapan pun ia tidak akan sudi menjadi selir dan harus menyerahkan tubuhnya pada penguasa keji seperti Elgard.

"Tidak akan!"

"Kami memohon padamu, kami juga berharap padamu dan kami sangat yakin kau bisa mewujudkan harapan kami."

"Tidak akan! Aku tidak akan menyerahkan tubuhku pada pria bengis seperti mereka!" Ujar Liora menggeleng tegas.

"Aku sangat yakin darah ratu Carolline memberkatimu. Kisahmu dan kisahnya sangat mirip budak itu. Carolline siapa?

"Carolline?" Budak itu mengangguk.

"Ibu pangeran Edgard. Dulunya Mark adalah raja penggila kelamin dan sangat kejam pada rakyatnya. Namun Carolline adalah wanita berhati lembut mampu membuat Mark tergila-gila padanya dan berubah atas tindakan Carolline. Hidup rakyat menjadi damai dan tentram setelah Mark mensahkan Carolline menjadi istrinya. Namun setelah Carolline meninggal, Mark kembali menjadi kejam dan kekejamannya diwarisi oleh pangeran Louise." Liora terhenyak seketika mendengar apa yang dikatakan pelayan itu.

"Tidak akan! Aku tidak tertarik sama sekali dengan jabatan seorang ratu dan penguasa dunia. Aku hanya akan membalaskan dendamku pada pria bengis itu."

"Itu yang akan membuat sang pangeran tertarik padamu, aku pamit." Pelayan itu pergi meninggalkan Liora sendiri. Ia tidak mengerti dengan masa depannya, ia memejamkan matanya meratapi kesialan yang sedang dirasakannya hingga bau maskulin itu, kembali tercium di indra penciumannya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • MENJADI SELIR SANG PANGERAN KEJAM   BAB 22

    BAB 22 – Langkah di Antara Api---Di Ambang PilihanLedakan itu mengguncang gua. Debu beterbangan, batu-batu runtuh, dan suara pertempuran bergema di antara dinding batu yang mulai retak. Obor-obor yang menempel di dinding berjatuhan, apinya menyebar, menciptakan bayangan-bayangan menari di tengah kekacauan.Liora tersentak mundur, tubuhnya masih kaku karena kejutan dari apa yang baru saja ia baca. Ia adalah pewaris garis keturunan yang hilang—sesuatu yang tidak pernah ia bayangkan, sesuatu yang bahkan tidak pernah ia inginkan.Elgard, yang telah membebaskan diri, dengan sigap menarik pedang dari salah satu pria bertopeng yang terjatuh. Ia berbalik ke arah Liora."Kita harus pergi!" suaranya tegas, tidak memberi ruang untuk perdebatan.Namun, Liora tak bergerak. Matanya masih tertuju pada gulungan yang kini tergeletak di tanah, seakan-akan huruf-huruf di atasnya menyala dan membakar pikirannya."Kau sudah tahu tentang ini, bukan?" suara Liora terdengar lebih dingin daripada sebelumny

  • MENJADI SELIR SANG PANGERAN KEJAM   BAB 21

    BAB 21 – Jejak yang Tertinggal---Pelarian di Tengah KegelapanMalam semakin pekat saat Liora, Elgard, dan pria misterius itu berlari menembus hutan. Angin dingin membawa aroma tanah basah dan daun kering yang terinjak di bawah kaki mereka.Liora berusaha menyesuaikan napasnya, tetapi jantungnya masih berdegup kencang akibat semua yang terjadi. Sejak dibawa pergi dari penjara istana, ia tidak tahu siapa yang benar-benar bisa ia percayai.Elgard berada di sampingnya, wajahnya penuh kemarahan. Tapi yang lebih mengejutkan, bukan hanya kemarahan yang ia lihat—ada sesuatu yang lain. Sesuatu yang menyerupai ketakutan.Pria misterius di depan mereka berbalik sedikit, memastikan bahwa mereka masih mengikutinya. "Kita hampir sampai," katanya singkat.Liora menoleh ke belakang. Reruntuhan kastil tempat ia disekap kini telah menjadi puing-puing. Api kecil berkobar di beberapa titik, menerangi malam yang kelam. Namun, ia tahu

  • MENJADI SELIR SANG PANGERAN KEJAM   BAB 20

    BAB 20 – Badai dalam Kegelapan---Langkah di Antara BayanganLiora berlari di sepanjang lorong batu yang dingin, napasnya memburu. Suara pertarungan di luar semakin keras, dentingan logam bersilangan dengan jeritan para prajurit yang jatuh.Tangannya masih gemetar setelah berhasil membebaskan diri dari rantai. Belati kecil yang ia genggam terasa lebih berat dari seharusnya, tetapi ia tidak boleh ragu. Jika ia tetap di sini, ia hanya akan menjadi umpan.Ia berbelok di persimpangan gelap dan hampir menabrak seseorang.Sebuah tangan terangkat dengan cepat, mencekal pergelangan tangannya sebelum ia sempat menyerang.“Tenang.”Liora menahan napas. Cahaya obor di dinding mengungkapkan wajah seorang pria muda dengan rambut hitam panjang yang diikat rendah. Matanya tajam, tetapi bukan musuh.“Kau…” Liora menyipitkan mata, mencoba mengingat wajah itu.“Diam, ikuti aku,” bisik pria itu sebelum mena

  • MENJADI SELIR SANG PANGERAN KEJAM   BAB 19

    BAB 19 – Jerat di Balik BayanganDi Balik Penjara BayanganLiora membuka matanya perlahan.Gelap.Udara di sekitarnya lembap dan berbau tanah, seolah ia terperangkap di dalam ruang bawah tanah. Suara gemericik air terdengar samar, mungkin berasal dari rembesan dinding batu yang dingin.Ia mencoba menggerakkan tangannya, tetapi rantai besi yang membelenggunya menegaskan batasan kebebasannya.Liora menarik napas dalam, mencoba memahami situasinya.Ia diculik.Siapa pun pelakunya, mereka jelas memiliki tujuan yang lebih besar daripada sekadar menculik seorang selir.Kaki Liora terasa lemas, tetapi ia memaksakan dirinya untuk duduk tegak. Ia harus tetap sadar. Tetap waspada.Langkah kaki terdengar mendekat, dan sesaat kemudian, pintu kayu berat di depannya terbuka.Seseorang melangkah masuk.Dari siluetnya, ia bisa melihat sosok pria berperawakan tinggi dengan jubah gelap.

  • MENJADI SELIR SANG PANGERAN KEJAM   BAB 18

    BAB 18 – Bayangan yang HilangHilang Tanpa JejakAngin malam berhembus kencang, membawa hawa dingin yang menusuk ke dalam istana. Di balik dinding-dinding batu yang kokoh, suasana begitu mencekam. Para pengawal berlarian ke berbagai penjuru, pelayan-pelayan membisikkan kekhawatiran, dan di ruang utama, Pangeran Elgard berdiri dengan rahang mengeras.Di hadapannya, seorang prajurit berlutut dengan kepala tertunduk dalam ketakutan."Katakan sekali lagi," suara Elgard terdengar pelan, tapi dinginnya cukup membuat siapa pun menggigil.Sang prajurit menelan ludah sebelum akhirnya berani mengulang, "Yang Mulia… Nona Liora menghilang. Kami sudah mencari di seluruh istana, tapi tak ada jejaknya."Hening.Lalu, suara keras memenuhi ruangan saat Elgard dengan cepat meraih gelas anggurnya dan melemparkannya ke dinding, membuat pecahan kaca berhamburan di lantai.Semua orang di ruangan itu menahan napas.Mata Elgar

  • MENJADI SELIR SANG PANGERAN KEJAM   BAB 17

    BAB 17 – Keinginan yang TerlarangLiora duduk di tepi ranjangnya, menatap bayangan dirinya di cermin.Pernyataan Elgard malam itu terus berputar di kepalanya."Aku tidak ingin kehilanganmu."Seharusnya ia menepis kata-kata itu. Seharusnya ia tetap membenci Elgard, pria yang telah merenggut kebebasannya.Tapi kenyataannya?Setiap hari yang mereka lalui bersama hanya membuatnya semakin sadar—ada sesuatu yang perlahan berubah di antara mereka.Bukan hanya sekadar ketergantungan dalam situasi yang rumit.Bukan hanya sekadar kebiasaan berbagi ruangan yang sama.Tapi sesuatu yang lebih dalam… sesuatu yang seharusnya tidak mereka rasakan.Liora menutup matanya, menarik napas panjang.Tidak. Ia tidak boleh membiarkan perasaannya melemah.Ada banyak hal yang menghalangi mereka.Dan salah satunya adalah kenyataan bahwa mereka masih berada dalam perang politik yang berbahaya.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status