Noda Hitam bab 56Sepasang kekasih perempuan memakai gaun berwarna putih tulang sedangkan lelaki memakai jas berwarna hitam.Keduanya berdiri di altar dan disaksikan oleh Pendeta dan juga tamu undangan, terlihat semua anak manusia tersebut saling senyum. Mencolek satu sama lain sehingga membuat para tamu undangan terkekeh melihat sepasang kekasih tersebut.Keduanya saling tatap dan pandang satu sama lain Seraya memegang tangan.Terlihat mempelai pria memejamkan mata sambil berkata "Saya mengambil engkau. Bella untuk memiliki dan memelihara mulai hari ini dan seterusnya, pada waktu baik atau buruk, pada waktu susah maupun duka, pada waktu Jaya maupun miskin, pada waktu sehat ataupun sakit, untuk mengasihi engkau dan menghargai engkau sampai kematian yang memisahkan kita berdua. Ini sumpah dan janji saya sesungguhnya."Setelah berucap setulus hati mempelai pria tersebut membuka matanya kini giliran mempelai perempuan memejamkan mata dan berucap "Saya, Bella mengambil engkau Bernard
"Mama! kakak sangat mesum, cepat nikahkan mereka!" teriak Rachel sembari berlari menuju kamarnya, sementara Bernard hanya bisa menggelengkan kepala melihat tingkah adiknya. Meski perempuan itu telah bersuami tetap saja tingkahnya seperti anak remaja yang baru lulus sekolah SMP.Tentu saja Bela malu ia memberanikan diri untuk mencium Bernard ternyata ada sepasang mata yang memperhatikan dengan langsung."Nanti kalau Rachel bilang ke mama, bagaimana? Sungguh saya tidak mau jika dianggap terlalu agresif, Tuan.""Bella sudah aku peringatkan ke sekian kalinya Jangan panggil aku dengan sebutan "Tuan" sungguh terdengar tidak nyaman sama sekali, aku mohon," kata Bernard dengan suara manjanya."Jika setelah menikah apa kamu juga akan memanggil aku dengan sebutan itu?" tanya Bernard yang berkacak pinggang di depan Bella."Tentu saja," jawab Bela sambil terkekeh geli."Panggil aku dengan sebutan sayang," ucap Bernard.Pria itu berbisik. Suaranya sangat pelan, sepelan mungkin sehingga perlak
Satu bulan sudah Sherin menyiapkan pernikahan Bella dan Ben, dan semuanya sudah sembilan puluh sembilan persen selesai.Ya, sebelum dia pulang ke negara Paman Sam, dia harus memastikan jika putra sulungnya sudah menikah dengan gadis yang dicintainya.Sehingga Ia bisa pulang dengan tenang dan kali ini hidupnya menjadi lebih ringan juga sangat bahagia karena sebentar lagi dia akan menjadi nenek juga putranya akan menjadi ayah yang baik buat anak kembarnya nanti."Nanti malam Ayah dan keluargamu yang dari Cianjur akan datang, bersikap baiklah karena itu orang tua, itu yang utama untuk perjalanan hidup rumah tangga kalian berdua."Baik Ma, Bela akan ingat itu, tapi bagaimana dengan Adella?”"Adella adalah cucu Mama, dia tidak akan ke mana-mana apalagi diungsikan karena hanya ada satu orang yang tidak menyukainya dan itu tidak akan berpengaruh.""Terima kasih Ma. Bella sangat berharap ada keajaiban di sana, ayah saya akan lebih menerima Adella dengan tulus.""Baiklah sebentar lagi Be
"Benar, ini adalah Adela gadis kecil yang Papa tolak keberadaannya," jawab sang istri dengan pelan mesti dengan senyum tapi suara itu sangat jelas di telinga ayahnya Bella."Tetap saja jika melihat anak kecil itu, aku sangat sakit hati saat Bella ditinggalkan begitu saja oleh suaminya dan dengan teganya menaruh bayi yang tidak berdosa, bahkan tanpa malu mereka pergi meninggalkan bayi itu yang ternyata tidak bisa melihat.""Belajar ikhlas, karena Putri kita sudah bahagia bersama pria yang tepat, dia suami yang baik bahkan saat kondisi Adella kritis Tuan Bernard lah yang menolongnya."Mereka terus berjalan saling berjejer menuju halaman yang luasnya mirip seperti lapangan bola, sangat jauh dengan rumah yang berada di Cianjur meski mereka terbilang orang kaya tetap saja di mata menantunya mereka adalah orang yang tidak mampu.Berjalan perlahan Setapak demi Setapak melangkah meski ragu tetap saja keluarga Bella me mantapkan diri untuk masuk ke rumah calon menantu mereka."Selamat d
Semua proses akad nikah berjalan dengan lancar tanpa ada hambatan apapun sehingga keduanya sangat berbahagia bahkan dua keluarga tanpa bisa menghentikan air mata mereka turut bersuka cita pada akhirnya keduanya bersatu dalam cinta."Anda sudah resmi menjadi pasangan suami istri. Semoga lekas bahagia sampai akhir hayat," ucap pendeta.Bernard mendekatkan wajahnya dengan menunduk ke arah Bella, semua pasang mata menatap pada kedua pasangan suami istri yang baru saja disahkan itu.Bernard mendaratkan ciuman di bibir manis Bella, wanita itu pun membuka bibirnya dan menerima kecupan dari sang suami sungguh seperti mimpi. Bernard mencium Bella semakin dalam sehingga Ia lupa Jika masih ada orang-orang yang menatapnya."Maaf. Tolong pasangkan cincin ini dari jari Anda tegur pendeta sambil membawa cincin pernikahan kedua mempelai tersebut. Sontak saja Bernard melepas tautan bibir mereka sehingga tamu undangan yang hanya kerabat terdekat itu pun saling tertawa melihat tingkah Bernard yang
"Aku butuh uang banyak, Rin, lima belas juta, kamu adakan?" tanya Bela, memohon. "Maksudnya?" tanya Rini, kaget. "Aku pinjam uangmu, please!" Bela memohon pada sahabatnya. Hanya Rini sahabat satu-satunya yang masih peduli di saat suka maupun duka. Di Jakarta Bela tidak punya siapa-siapa, selain Rini dan anak tirinya yang sedang sakit parah. Rini menganjur nafas panjang, kedua tangannya mengusap wajah dengan gusar. "Uang se gitu aku tidak punya, bahkan bulan ini aku belum mengirim ke kampung, hanya ada lima juta, itu pun bagi tiga, ya." "Tapi...Rin...." "Kalau kamu mau, dua juta, sisanya buat aku kirim ke kampung dan makan." Bela menggeleng, karena yang ia butuh kan lima belas juta, bukan dua juta. "Tolong aku, Rin, anak itu harus segera operasi, aku janji ini yang terakhir kalinya aku hutang padamu," ucap Bela memohon pada sahabatnya itu. Bela benar-benar tidak tahu caranya harus dapat uang banyak dalam hitungan satu hari saja, sedangkan hidupnya benar-benar sendiri dan misk
"Aku mau ambil tawaran kamu," ucap Bella saat pintu rumah kontrakan Rini, terbuka lebar. "Hah! kamu, yakin?" tanya Rini, kaget sekaligus girang. Perempuan itu tersenyum lebar, merasa bahagia, karena pada akhirnya mempunyai teman satu pekerjaan. Satu dunia peradaban. "Kok, kamu terlihat sangat bahagia gitu kalau aku jual diri?" ucap Bella ketus. Mata gadis itu menyipit seraya menatap tajam ke arah sahabatnya itu. "Bukan senang, tapi aneh saja, kamu mabuk apa sih? jangan-jangan cuma meledek saja," elak Rini, seraya menyenggol tubuh Bela dengan kencang. Tetap saja, meski tak mengaku, Rini tertawa puas melihat wajah Bella memberengut. "Aku butuh uang itu, apa pun akan aku lakukan demi Adella, untuk bisa sembuh kembali." Bella sangat takut jika putrinya tidak tertolong, bahkan ia merasakan sakit. Kala melihat bibir mungil itu sedang meringis, bahkan sesekali merintih. "Kamu yakin? dia hanya anak tiri, loh!" ujar Rini, meyakinkan sahabatnya, karena jika sudah terjun ke dunia hitam y
Wajah yang memulai memerah karena pengaruh dari alkohol, membuat pria itu tak merespons sapaan Bella untuk beberapa saat. "Mau aku temani," ucapnya lagi. Gadis itu berjalan lebih dekat dengan sang pria.Seketika pria itu menatap tajam ke arah Bella dengan wajah memerah."Pergilah!" seru pria itu seraya telunjuk tangannya menunjuk ke sembarang arah. "Tidak! Kamu butuh teman curhat, dan aku mau jadi teman kamu malam ini," elak Bella, seraya duduk dekat pria yang entah siapa namanya. Pria setengah wajah Indonesia itu, menatap Bella dengan lekat. "Kamu mirip dia! Tapi kamu lebih manis, dia tidak perawan, dan kamu?" racau pria itu sembari tangannya menyodorkan gelas kosong, tanda ingin Bella menuangkan minumannya. "A--aku ma--masih pera--perawan," balas Bella terbata. Setelah menenggak minuman dalam gelas dengan tandas, pria itu tampak tertawa. Menertawakan wanita yang berada di hadapannya. "Kalau Tuan tidak percaya, sekarang buktikan, tapi sebelum itu aku butuh uang dua puluh juta,