Beranda / Young Adult / MEREBUT HATIMU / 1. Mendadak Mau Dilamar

Share

MEREBUT HATIMU
MEREBUT HATIMU
Penulis: Rosida20

1. Mendadak Mau Dilamar

Penulis: Rosida20
last update Terakhir Diperbarui: 2021-08-01 01:02:35

Percakapan tentang rencana Kyai Haji Imran untuk bermenantukan dirinya, gadis bermata bulat bening itu mendengarnya sendiri..

 Saat itu motornya mogok hingga ia tinggalkan  di bengkel tak jauh dari rumahnya. Dan berjalan kaki pulang. Saat dilihatnya ada mobil milik Kyai Imran hatinya sempat heran kok tumben kyai yang merupakan tempatnya menimba ilmu agama itu datang tanpa memberi kabar. Ini tak biasanya pemilik Majelis Pengajian itu, bertandang ke rumahnya. Pasti ada yang sangat penting.

Anisa melangkah perlahan memasuki halaman rumahnya. Sengaja lewat pintu samping supaya tak mengganggu percakapan Kyai Haji Imran dengan ibunya.

Tapi saat ia memasuki pintu samping rumah yang tembus ke ruang makan dilihatnya bik Ani yang sehari hari membantu di rumah mereka tengah sibuk mengisi teh di cangkir.

"Untuk Pak Kyai, Bik Ani?" Suara Anisa merendah.

"Ya Mbak Nisa, "

"Mari biar aku ajah yang bawa, "

"Mbak Nisa baru pulang kuliah nggak capek?"

"Nggak apa apa, " segera Anisa meletakkan tas yang tersampir di pundaknya  pada kursi.

Gadis itu melangkah melewati ruang tengah, tapi saat sudah ada di balik ruang penyekat antara ruang tamu dan ruang tengah langkahnya terhenti mendengarkan ucapan Kyai Haji Imran

"Dik Nurani kita ini sudah lama bersahabat. Isteriku Hasanah almarhumah sudah menganggapmu adik, begitu juga aku. Kita ini sebuah keluarga. Dan sebelum meninggal isteriku menginginkan Anisa menjadi menantu kami. Sofyan sekarang sudah selesai pendidikannya. Bagaimana menurutmu jika mereka tunangan ..."

Anisa tercekat. Berdiri bak patung enggan meneruskan langkahnya. Hingga terdengar suara ibunya.

"Saya senang saja Pak Kyai, jika Anisa mendapat calon suami yang bisa dijadikan imam dalam keluarganya, tapi namanya anak sekarang saya harus membicarakannya dulu dengan Anisa, "

"Ya sudah jangan lama lama supaya kita cepat besanan. Kita tentukan hari pertunangan mereka ..."

Berdebar dada Anisa. Lalu perlahan ia berbalik membawa nampan yang berisi dua cangkir teh itu, dan diberikan lagi pada bik Ani

"Kenapa Mbak?" Bik Ani heran menatap Anisa.

Anisa tak menjawab tapi ia memberi isyarat supaya perempuan empat puluh tahun itu tak meneruskan suaranya. Bik Ani mengerti. Segera mengambil nampan di tangan gadis itu, dan dibawa ke depan. Sedangkan Anisa segera menghilang ke kamarnya.

Gadis berhijab sembilan belas tahun yang cantik alami itu sungguh tak menyangkah jika kedatangan lelaki yang sangat dihormatinya itu, sangat membuatnya terkejut. 

Anisa belum mau terikat pertunangan. Cita citanya setelah lulus kuliah mau berkarier, mau membahagiakan ibunya yang sejak dirinya kecil telah menanggung kehidupan mereka seorang diri. tanpa suami, karena sang suami pergi dengan perempuan lain.

Kalau langsung bertunangan, lalu menikah bagaimana dengan cita cita untuk membawa ibunya berlibur ke beberapa kota?

Ibunya selalu sibuk bekerja dan bekerja. Tak ada waktu untuk membahagiakan diri sendiri.

Anisa menghela napas panjang. Tak mungkin ia mengikat diri dengan lelaki secepat itu. Terlebih lagi dirinya menganggap Ustadz Sofyan kakak sendiri. Dari kecil sudah saling kenal karena Anisa dan ibunya rutin datang ke majelis Anugerah.

Selisih umur mereka yang tujuh tahun membuat Anisa memanggilnya Kakak. Tapi enam tahu lalu Ustadz Sofyan berangkat ke Yaman. Kembali ke Indonesia enam bulan lalu. Tentu saja Anisa sudah sembilan belas tahun, tumbuh menjadi gadis cantik.

Mereka hanya bertegur sapa sekedarnya jika bertemu di Majelis, karena Anisa memang dua kali seminggu datang untuk memberi pelajaran mengaji pada anak anak sekitar Majelis milik kyai Haji Imran itu.

Kedatangan Kyai Haji Imran dirasa terlalu tiba tiba. Lelaki enam puluh tahun itu tak mengajaknya bicara terlebih dahulu. Bagaimana pun kelak yang akan menjalani rumah tangga adalah dirinya, bukan ibunya.

Anisa mendesah mengingat percakapan Kyai Imran dengan ibunya. Walau belum melamar secara resmi, namun setidaknya sudah ada ucapan. Bahwa Sang Kyai menginginkan antara dirinya dengan Ustadz muda itu untuk bertunangan.

Nurani tak tahu jika putrinya sudah mendengar percakapannya dengan Kyai Haji Imran. Makanya saat Anisa menyampaikan protesnya ia jadi sedikit bingung.

"Bu Nisa sudah dengar semua, harusnya kan Kak Ustadz Sofyan nanya Nisa dulu, nggak langsung Pak Kyai ke sini mau melamar, " protes Anisa. Padahal sejak kepulangan sang Ustadz yang sedang jadi idola anak muda itu, mereka sudah beberapa kali bertemu di Majelis.

"Mungkin ingin cara langsung melalui orang tua saja, setelah kamu mau kemudian menjalani Taaruf.  Kalian sudah lama berpisah "

Anisa tercengang mendengar ucapan ibunya, "Taaruf, mau berapa taun Taarufnya?" Ujarnya, "Taaruf kalau dua duanya sepakat menikah, aku akan masih mau kuliah, mau berkarier, Bu ..."

"Maksud Ibu kalian biar nggak canggung bisa lebih dekat , kan sejak Nak Ustadz Sofyan kuliah di Yaman kalian nggak saling ketemu, tuh ..." sebisa mungkin Nurani memberikan arahan pada Anisa.

"Nisa belum bisa memutuskan, Bu, tapi menurut Ibu bagaimana?"

Nurani terdiam sejenak, "Ustadz Sofyan lelaki muda yang sudah menentukan pijakan hidupnya berlandaskan ibadah. Sebagai orang tua Ibu ingin kamu mendapat pendamping seperti dia, tapi tentunya terserah kamu, Nak, "

Jika ditelaah memang Nurani condong untuk bermenantukan pemuda yang meniti hidup di jalan dakwa itu.

"Nisa masih ingin lanjut kuliah dan kerja, apa Ibu nggak ingin Nisa jadi Sarjana?"

"Nisa soal pendidikanmu pasti Ustadz Sofyan tak akan menghalanginya. Bukankan iman itu jika disandingkan dengan ilmu yang mumpuni, akan membuat hidup seseorang itu lebih terarah lagi?"

Anisa sudah menduga pasti ibunya setuju jika dirinya menerima Ustadz Sofyan sebagai pendamping hidupnya.

Ia tahu pasti tak sedikit gadis yang mau mendampingi Ustadz Sofyan yang sedang ngetop itu. Muda, tampan, dan anak seorang Kyai pula.

Jika ibunya merasa cocok memiliki calon menantu lelaki muda itu wajar menurutnya. Terlebih Ibu Haji Hasanah isteri Kyai Haji Imran adalah kakak kelasnya dulu waktu mereka bersekolah di sekolah menengah pertama yang berbasis agama,.sampai pada sekolah lanjutan atas.

Mereka berpisah saat lulus sekolah. Jika ibunya yang hobby masak mendapat bea siswa meraih diploma Tata Boga. Tapi ibu Hasanah sang sahabat menikah dengan Kyai Haji Imran karena dijodohkan.

Persahabatan mereka terus berlanjut, hingga Anisa dan ibunya sering mengaji di Majelis milik mereka. Tentu saja Anisa mengenal Ustadz Sofyan sejak masih anak anak.

Tapi mereka laki laki dan perempuan, jelas tak seperti kalau satu jenis. Otomatis tidak akrab. Terlebih lagi setelah lulus sekolah lanjutan atas Ustadz Sofyan berkuliah di Yaman. Dan pulang hanya setahun sekali. Jika orang tuanya kangen, maka mereka yang ke Yaman.

"Nisa..."

"Yah, Bu,"

"Kamu sungguh tak tertarik dengan keinginan Pak Kyaimu?"

Anisa menatap ibunya bimbang. Menolak jelas akan membuat ibunya kecewa, walau ibunya tak memaksa harus menerima sang Ustadz. 

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • MEREBUT HATIMU   Bab.30 Memulai Persahabatan

    Rico sudah berdiri di depan Cafe Santai Tapi Sopan milik Tony. Melihat kedatangan Rico tentu saja Jono dan Gsni teringat pesan Tony supaya meminta maaf pada pemuda itu.Tentu saja Rico mundur beberapa langkah saat melihat Jono dan Gani langsung mendekat. Bukan hanya sekedar mundur. Tapi ia juga siaga penuh.Jono dan Gani saling pandang. Mereka tampak gugup. Sedetik kemudian Jono mengangguk pada Gani yang langsung tanggap. Gani maju selangkah ke hadapan Rico dengan tatap canggung dan ragu.Jono di tempatnya berdiri yang berjarak tak sampai satu meter memperhatikan dengan dada berdebar.Sedangkan Rico tetap tak bergerak di tempat berdiri. Ia hanya menunggu apa yang akan dilakukan anak buah Tony. Mau menyerang atau justru minta maaf seperti yang dikatakan Anisa.Jono menoleh pada Gani, dan Gani langsung menjejeri Jono. Hingga mereka berdua bak dua orang murid sedang ketakutan di hadapan gurunya.Rico masih menunggu apa yang akan dilakukan oleh Jono dan Gani. "Kami mihta maaf atas peny

  • MEREBUT HATIMU   Bab.29 Terpaksa Menyakiti Melinda

    Melinda masih menghadang di depan motor Anisa, dia sengaja memancing kemarahan gadis yang dikhawatirkan menggoda Rico.Sebenarnya Anisa bisa saja mendorong gadis itu, lalu pergi tapi itu tak dilakukannya."Tolonglah Melin, kasih lewat aku," setengah memohon Anisa mencoba melunakkan hati Melinda. Tapi rupanya gadis itu tak tergoyah hatinya atas bujukan Anisa. Ia tetap senyum sinis, sedangkan tatapannya pada susunan rantang yang terikat di boncengam motor. "Aku nggak suka ya sama cewek yang tebar pesona!" Seru Melinda kesal.Anisa terkejut. Yang tebar pesona siapa, ya?"Jangan pura pura deh, pasti kamu sengaja nyuruh orangnya Tony nyerang Rico, setelah itu kamu datang deh pura pura jadi penolong. Biasa kayak di sinetron sinetron, gitu!"Astagfirullah ..." seru Anisa menatap Melinda yang punya pemikiran negatif pada ketulusannya."Jangan bawa bawa Astagfirullah, deh, kalau emang bener, jangan berlindung dibalik ucapan istigfar deh!"Anisa tak habis pikir kenapa Melinda memiliki pikiran

  • MEREBUT HATIMU   Bab.28. Mencari Permusuhan

    Anisa berjalan ke parkiran motor. Tak disangkah Sisil sudah menunggu di sana."Asalamu'alaikum Bu Ustadzah Anisa," tersenyum Sisil menggoda Anisa."Wa'alaikum salam, sehat?" Anisa memandang Sisil."Badan sehat tapi hati sedih Bu Ustadzah karena sakit cinta," tersenyum Sisil. Anisa tertawa kecil ,"Masa sih?"Sisil lebih mendekat pada Anisa. Kini raut wajahnya serius, "Nis," "Serius, nih?" Anisa mengerling. "Oh beneran," tangan Sisil menarik tangan Anisa, sepasang mata bulatnya meredup."Duh kenapa lagi nih, anak," bisik hati Anisa."Nis,""Ya,""Aku mau ngomong serius," ujar Sisil ,"Masalah Bang Ustadz ,"Anisa terkejut. Tapi tersenyum beberapa saat kemudian."Nisa,""Ya,""Kayaknya Bang Ustadz nih membuat aku nggak bisa tidur, dia nggak naksir aku," tampakvwajah Sisil galau, "Nis aku mau bicara dari hati ke hatu," lanjutnya menatap Anisa dengan mata lekat ke wajah sahabatnya itu."Soal apa, ya, Sil?""Ustadz dan dirimu." mata Sisil lekat ke manik mata Anisa, "Waktu itu aku melihat

  • MEREBUT HATIMU   Bab. 27 Tak Disangkah Menjemput Gadis Pujaan

    Jono terdiam melihat Tony tak beriaksi saat melaporkan tentang pengeroyokan pada Rico."Kalau nggak dibantu cewek yang datang tiba tiba menyerang, dan mengancam polisi akan datang, sudah habis dia Bos," ujar Jono dengan gaya seorang yang berhasil memberi tindakan penyerangan pasa Rico. Dengsn begitu ia sudah mwringankan bosnya.Padahal bukan bwgitu tujuan Tony mengejar Rico."Itu namanya pengecut satu orang dikeroyok!" Dengus Tony yang tak suka pada cara Jono yang mengeroyok Rico. "Aku tak suka curang, dan apa yang kau dan Gani itu lakukan adalah sebuah kecurangan. Namanya tak gentle," "Tapi ...""Apa pun alasannya adalah curang. Aku kan tak pernah bilang padamu untuk mengeroyok Rico, "Lagi pula aku kan tak memberikan kuasa padamu untuk mewakiliku menyerang Rico, apalagi mengeroyok," bagi Tony apa yang dilakukan Jono adalah salah karena ia tak memerintahkan untuk menyerang Rico. "Maaf, Bos," "Jadi semua ada aturan mainnya. Aku memang mengejar Rico untuk memberi pelajaran pada dia su

  • MEREBUT HATIMU   Bab 26 Melinda Tak Suka Cowoknya Memuji Anisa

    Rico mematikan mesin mobil. Usron mendekat. Tentu saja terkejut melihat dagu Rico di tutup verban. Lalu pipi majikan mudanya itu agak lebam. Tapi ia tak berani bertanya. Rico juga tak mau membahas tentang kondisinya."Sron di mobil ada catering dibawa ke dalam, ya," seperti biasa ia memberikan kunci mobil pada pelayan setianya, supaya mobil dimasukkan ke garasi. "Catering?" Usron mengulang ucapan tuan mudanya, tapi tetap membawa rantang catering ke dalam rumah.Di kamar Rico langsung menuju cermin di lemarinya. Mengaca dan memeriksa raut mukanya serta ada lebam pula di lengan kanannya.Sekali lagi Rico memperhatikan mukanya di cermin. Menyentuh sebelah pipinya yang agak lebam. Agak perih. Lalu turun ke dagunya yang terluka terkena sodokan sepatu Jono.Tiba tiba ia terbayang saat dagunya diobati oleh Anisa. Tanpa sadar bibirnya tersenyum. Anisa itu orang lembut. Tapi kenapa ya, aku kok kasar selama ini sama dia, ya. Padahal kalau nggak ada Anisa nggak tahu, pasti udah bonyok sama anak

  • MEREBUT HATIMU   Menolong Rico

    "Oke kita habisi ajah..!" Jono langsung mundur dan setengah memutari tubuh Rico langsung saja menyerang dari belakang. Tak mau membuang kesempatan, Gani pun menyerang dari depan. Rico terkejut juga harus menghadapi serangan depan dan belakang dengan hitungan tepat bersamaan. Bisa lolos dari serangan Gani, tapi menerima tendangan serta kibasan tangan Jono yang menyerangnya dari belakang. Walau Rico bisa dan kuat menghadapi serangan mereka, namun Jono dan Gani yang sebelum bergabung dengan Tony adalah anak jalanan, tentu sudah kerap berkelahi dan mengenal berbagai tekhnik berkelahi, bukanlah lawannya yang bukan anak jalanan asli seperti kedua lawannya yang tangguh oleh berbagai suasana itu. Rico tersungkur terkena tendangan Jono. Saat bangun, dan sebelum berdiri tegak tiba tiba saja meluncur sodokan sepatu Gani yang mengarah ke kepalanya. Rico kaget segera menghindar , namun ujung sepatu Jono mengenai dagunya, membuat dagunya terasa perih. Bukan itu saja Gani tak mau membuang kesem

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status